Arrogant Husband

Menuju ke Rumah Mertua



Menuju ke Rumah Mertua

0"Sayang, ngomong-ngomong ayah sudah pulang dari rumah sakit," ucap Saga sambil rebahan di samping dengan Alisa.     
0

"Benarkah? Kapan sayang?"     

"Hmm, jam sebelas tadi sayang. Maaf aku tak memberitahumu lebih dulu."     

Alisa mengerti, karena tak mungkin Pak Surya ingin bertemu dengan dirinya. Sedangkan, sang ayah mertua masih belum membuka hati.     

"Tidak apa-apa. Aku mengerti kok."     

Saga merasa kasihan dengan sang istri. Wanita itu masih menunggu Pak Surya bisa menerimanya sebagai menantu. Sang suami terus memberikan dukungan padanya agar selalu berdoa. Tak ada yang tak mungkin di dunia ini.     

Pria itu menaruh kepala Alisa tepat di dada bidangnya. Tak dapat dipungkiri, bahwa wanita itu masih berharap agar Pak Surya mau menerimanya. Mereka berdua berdekatan satu sama lain. Alisa memeluk tubuh sang suami dengan erat.     

"Nanti malam aku ingin menemui ayah di rumah sana. Apakah kau mau ikut denganku sayang?" tanya Saga mengajak Alisa pergi bersama.     

Alisa sangat ingin ikut, tapi dirinya takut kalau Pak Surya mengusirnya seperti yang sudah-sudah. Alhasil, wanita itu menolak untuk pergi malam ini.     

"Tidak. Aku tak ingin ikut malam ini ke rumah ayah. Aku hanya ingin di rumah saja bersama dengan Lisa."     

"Benarkah? Kau yakin sayang?" Saga menatap wajah Alisa secara intens.     

"Iya sayang. Pergilah nanti malam menemui ayah dan ibumu di sana. Aku hanya ingin di rumah saja bersama anak kita."     

Saga tak bisa memaksa kehendak pada sang istri. Niat hati ingin mengajaknya ke rumah ayah dan ibu, tapi Alisa tak mau pergi ke sana.     

"Baiklah."     

Pria itu mengembuskan napas panjang, sembari mengelus-elus puncak kepala sang istri. Alisa merasa nyaman berada di dalam dekapannya. Wanita itu masih bermanja di dekatnya.     

'Maafkan aku sayang. Padahal aku ingin sekali ikut bersama denganmu malam ini, tapi aku yakin, ayahmu tak akan pernah suka.'     

Walau hati Alisa merasa gundah, tapi tak ia tampakkan kepada Saga. Ia tak akan membuat sang suami merasa khawatir padanya.     

***     

Saat ini, Saga tengah bersiap-siap untuk menuju ke rumah orang tuanya. Pria itu mengenakan kemeja panjang berwarna hitam dengan celana yang senada. Sang istri di belakang sembari menatapnya. Wanita itu sedang menggendong Lisa.     

"Sayang?" panggil Saga sembari memegang wajah sang istri dengan lembut.     

"Iya sayang, ada apa?"     

"Kau yakin tak mau ikut bersama denganku? Hanya sebentar saja. Aku mohon."     

Dengan wajah yang memelas, Saga berusaha untuk meminta sang istri untuk ikut bersama dengannya. Namun, Alisa masih tetap ragu untuk ikut serta.     

"Bagaimana dengan Lisa?" Alisa memandang ke arah sang anak yang mulai tertidur.     

"Lisa biar di rumah dulu bersama dengan pelayan kita. Aku janji, hanya sebentar saja," ucap Saga.     

"Ta–tapi ...."     

Alisa merasa takut kalau harus ke sana bersama dengan Saga. Namun, sang suami begitu menginginkannya pergi ke rumah orang tuanya.     

"Baiklah." Alisa akhirnya menyerah. Ia menuruti ucapan Saga.     

Wanita itu meletakkan Lisa yang telah tertidur di dalam keranjang bayi dengan perlahan. Kemudian, Alisa hendak bersiap-siap sebentar untuk berganti pakaian. Sementara itu Saga menunggunya di luar.     

Alisa merasa bingung sekarang. Di sisi lain, ia ingin ikut bersama dengan sang suami. Namun, di sisi lain dirinya merasa takut pada Pak Surya.     

"Ya Tuhan, aku harus bagaimana ini?" Alisa melangkah menuju ke lemari dan memilih-milih pakaiannya. Ia hendak mengenakan gaun panjang malam ini.     

Tak ingin membuat sang suami menunggu lebih lama lagi, Alisa pun lekas untuk berganti pakaian. Kemudian, berdandan dengan natural malam ini. Dengan sedikit riasan bedak dan lipstik berwarna merah muda.     

Beberapa saat kemudian, Alisa sudah selesai bersiap-siap. Tak lupa, dirinya berpamitan pada sang anak sebelum pergi. Langkahnya menuju ke keranjang Lisa.     

"Nak, ibu pergi dulu ya. Cuma sebentar saja. Jangan rewel ya sayang ibu tinggal," ucap Alisa.     

Wanita itu menuruni anak tangga dengan cepat. Ia lekas menuju ke dapur untuk memanggil salah satu pelayan agar menjaga Lisa dulu di dalam kamar. Ketika Alisa sudah berada di dapur, semua pelayan tampak menundukkan kepala. Mereka semua segan padanya.     

Alisa langsung memberi perintah pada salah satu di antara mereka untuk menjaga anaknya di kamar. Pelayan itu pun segera naik ke atas. Kemudian, Alisa dengan cepat melangkah menuju halaman depan.     

Saga sudah siap di depan mobil. Pria itu pun menatap ke arah Alisa dengan pandangan takjub saat dirinya melangkah menghampiri. Pria mana yang tak terkagum-kagum dengan kecantikan Alisa? Wanita cantik, seksi, serta manis itu pasti banyak yang suka.     

"Kau cantik sekali malam ini sayang," puji Saga pada sang istri. Alisa langsung tersipu malu mendengarnya.     

"Kau ini bisa saja membuatku tersipu." Alisa senyum-senyum sendir.     

Saga mengulurkan tangannya ke arah Alisa. Ia ingin mengantar sang istri untuk masuk ke dalam mobil. Sambutan tangan darinya pun diterima oleh Alisa. Saga langsung membawanya serta membukakan pintu mobil.     

Setelah mereka sudah duduk di tempat masing-masing, Alisa merasa sangat gugup karena ingin bertemu dengan Pak Surya. Apakah pria paruh baya itu akan melarangnya datang lagi? Ataukah sebaliknya. Saga menoleh ke arah sang istri. Ia bisa melihat ekspresi tegang yang dirasakan oleh Alisa.     

"Sayang?" Saga langsung menggenggam erat tangan Alisa. "Kenapa kau merasa tegang sekali?" tanyanya.     

"Aku merasa takut. Sungguh! Aku takut kalau ayahmu tak suka aku datang ke sana. Lantas, bagaimana nantinya?"     

Rasa cemas masih menyelimuti perasaan Alisa. Tak bisa dipungkiri, bahwa rasa gugup serta takut akan Pak Surya tak bisa disembunyikan dari Saga. Walaupun, ibu mertuanya sudah bisa menerimanya dengan baik, tapi tak dengan Pak Surya.     

"Jangan takut sayang. Aku akan selalu ada di sampingmu."     

Saga mencoba menyingkirkan segala perasaan takut yang dialami oleh sang istri. Ia tak mau, kalau Alisa jadi berubah pikiran karena hal ini.     

"Baiklah. Kita berangkat sekarang saja, ya."     

Kemudian, Saga langsung menyalakan mesin mobil. Pria itu perlahan meninggalkan halaman rumah bersama dengan mobil sport-nya. Di sampingnya, Alisa masih dengan perasaan takut serta gugup. Namun, sebisa mungkin, Saga membantu untuk menyingkirkan perasaan itu.     

"Jangan takut. Percayalah. Ayahku tak akan mungkin kelewat batas. Ada aku yang selalu bersamamu. Aku janji, ayah tak akan mengusirmu lagi," ucap Saga dengan mantap.     

"Tapi sayang? Kalau ayahmu tetap mengusirku dan tak ingin aku ada di sana, bagaimana?"     

"Simple saja. Aku tak akan menemui ayah lagi sampai beliau bisa menerimamu dengan baik sebagai menantu."     

"Jangan! Jangan seperti itu. Ayahmu pasti akan langsung berpikir, bahwa akulah yang meracuni pikiranmu."     

Hal inilah yang tak diinginkan oleh Alisa. Ia selalu menjauhi hal ini, yang hanya akan memperparah hubungannya dengan Pak Surya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.