Ciuman Pertama Aruna

III-279. Puteri Tujuh Dari Dumai



III-279. Puteri Tujuh Dari Dumai

0"Bukankah yang seperti itu dapat dikategorikan munafik?" gadis di samping tom mengerutkan alisnya.      
0

"tidak.. tergantung niatnya," dia yang bicara menawarkan nada datar akan tetapi tak melunturkan keseriusan.      

"Segala hal memang tergantung niat," kilah Kihrani.      

"masalahnya tidak semua hal diterima secara positif oleh orang lain, untuk itu kita perlu mengendalikan diri kita sendiri," Tom meluruskan.      

"Maksudnya?" kihrani sewajarnya gadis dari kalangan biasa yang kesulitan memahami makna tersirat, pada deretan kata tersembunyi.      

Tom menyajikan senyum ringan, tampaknya dia harus mengupayakan susunan penjelasan yang lebih mendetail.      

"analoginya begini," sang pembicara menyusun monolognya, "andai ada seseorang yang baru saja melihat pertengkara kedua rakannya, dan sebenarnya dia lebih condong kepada salah satu saja. layakkah dia ikut-ikutan menampakkan ekspresi kesal pada salah satu? dan ramah pada yang lain?" kihrani menggelengkan kepalanya, "padahal pertengkaran tersebut tidak ada sangkut pautnya dengannya,"      

"Begitu ya," Komentar kihrani, pertanda gadis tersebut berusaha memahami.      

"itu contoh sederhana," Tom melengkapi penjelasannya. Panggung di hadapan mereka menawarkan sesuatu yang  kian menarik, cerita rakyat Putri Tujuh dari Dumai. entah di ujung mana Dumai berada. pembaca prolog memberi penjelasan dengan nada bersemangat.      

"Dahulu, sebelum disebut kota Dumai ada sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang ratu bernama Cik Sima. Kerajaan tersebut dijuluki Kerajaan Seri Bunga Tanjung. Cik Sima mempunyai tujuh orang Puteri yang cantik-cantik. Di antara ketujuh puterinya, puteri bungsulah yang paling cantik. la bernama Mayang Sari," sang narator melisankan sebuah teks yang terlihat pada genggaman tangan kanannya. ia berada di tengah-tengah panggung, sesaat kemudian mundur dan digantikan oleh para pemain lain. Membentuk formasi pertanda di mulainya pertunjukan teater mereka.      

"Pernah mendengar kalimat yang berbunyi : 'kita tidak dapat menjangkau semua orang dengan harta benda, tapi mereka semua dapat terjangkau oleh kita dengan wajah yang cerah dan perilaku yang luhur." Tom melanjutkan penjelasannya, gadis di sampingnya sampai menoleh pada pria dengan rambut panjang yang terikat ke belakang.      

"Perilaku ramah adalah yang paling banyak dilihat orang. Tolok ukurnya pun dikenal luas bahkan oleh orang yang tidak terpelajar sekalipun. Kebaikan hatimu tidak terlihat sebab tersembunyi di dalam hati, ketulusan pun tidak selalu dapat ditampilkan. Tindakan-tindakan baik tidak layak kita tonjolkan secara langsung tanpa ketidaksengajaan orang lain dalam melihatnya, apalagi diceritakan, jelas ini namanya pamer, pansos, eksibisi atau spektakel. dan orang tak akan respek,  Namun, ada ciri pada diri seseorang yang harus tampak ke permukaan sehingga ia mengusung indikator utama tentang baik buruknya seseorang secara umum, itulah fungsi perilaku luhur atau ramah," panjang lebar Thomas memaparkan.      

Kihrani terlihat menekuk bibirnya. dia tak tahu kenapa. Pria disampingnya terduga sedang nasehatinya. "Aku tidak mungkin selalu ada di sekitarmu, walaupun tempat barumu adalah lingkunganku," ujar tom, membungkus kesimpulan, "sebenci apapun kamu pada seseorang. Tetaplah berperilaku layaknya kasir Ramah yang menyapa konsumen dengan senyum cerianya, -tiap saat," tangan kanan tom terangkat mengelus kepala perempuan yang duduk di sampingnya, "tutup ledakan-ledakan emosi di dalam dirimu dengan topeng baru, cerah, ramah dan ceria,"      

Kihrani mengangguk dua kali sebelum keduanya fokus pada penampilan para pemain teater yang ada di depan sana.      

Gadis berambut hitam panjang yang baru mendapatkan elusan pada rambutnya, akhirnya sadar maksud rentetan panjang penjelasan Thomas.      

Pria yang tak banyak bicara tersebut, tiba-tiba saja berubah haluan dengan monolog panjangnya. Kenyataannya itu adalah pesan-pesan sang empunya pemahaman terkait pekerjaan baru yang Kihrani emban. Hal asing yang harus dihadapi dengan cara berbeda.      

Entah dari mana Thomas tergelitik  untuk menyelaraskan tari Dwi muka dengan pesan mendalamnya tentang topeng wajah yang harus kihrani usahakan.      

Topeng yang melambangkan si biasa, tidak cantik bahkan sedikit gemuk, akan tetapi mengusung simbol keramahan. Bisa jadi topeng tersebut yang disarankan Thomas. Entahlah, malam ini Thomas menjelma menjadi kakak untuk putri sulung dari keluarga sederhana.      

.     

.     

Dua pasang mata masih tertuju pada gerak tiap pelakon yang berinteraksi satu sama lain, para pelakon di depan sana sedang meneriakkan kalimat-kalimat permusuhan. Dua kerajaan akan berperang.      

Masalahnya bermula dari seorang pangeran bernama Empang Kuala yang secara tidak sengaja sedang melewati Lubuk Sarong Umai. Pangeran tersebut terkagum-kagum dengan kecantikan ketujuh putri yang sedang mandi di Lubuk. Akan tetapi kekagumannya lebih kepada putri bungsu Cik Sima. Mata pangeran terpaku pada Putri Mayang Sari.     

"Gadis itu cantik luar biasa. Gadis elok dan rupawan di Lubuk Umai. Dumai, Dumai.." sang pangeran bergumam.      

Sekembalinya dia pada kerajaan yang ia pimpin, Pangeran Empang Kuala memerintah kan seorang utusan pergi ke Kerajaan Seri Bunga Tanjung demi meminang Puteri Mayang Sari.      

Secara adat, Cik Sima tegas menolak pinangan yang datang kepada puteri bungsunya, sebab Puteri tertua lah yang wajib menerima pinangan lebih dahulu.     

Tatkala sang pangeran mengetahui pinangannya ditolak. ia bergegas mengerahkan pasukannya untuk menyerbu Kerajaan Seri Bunga Tanjung.      

Cik Sima yang mendapatkan serangan, lekas mengamankan ketujuh puteri-nya ke dalam hutan. Mereka disembunyikan di sebuah gua yang atapnya terbuat dari tanah dan dihalangi oleh pepohonan. Tak lupa Cik Sima membekali ketujuh puteri-nya bekal makanan untuk tiga bulan. Selapas itu, Cik Sima bertempur di medan perang.     

Pertempuran berlangsung selama berbulan-bulan. Pasukan Cik Sima semakin terdesak. Tak terhitung banyaknya korban berjatuhan dan kedua kerajaan porak poranda.      

 Cik Sima yang putus asa meminta bantuan jin yang sedang betapa di Bukit Hulu Sungai Umai. Di suatu malam ketika Pangeran Empang Kuala dan pasukannya sedang beristirahat di hilir Sungai Umai, secara mengejutkan ribuan buah bakau berjatuhan menimpa pasukan Pangeran Empang Kuala. Pangeran Empang Kuala pun terluka.      

Sang pangeran dan pasukannya yang tertimpa hal buruk, mulai menyadari pertempuran selayaknya diakhiri. Ia memerintahkan pasukannya untuk mundur.     

Seiring kepergian pasukan Pangeran Empang Kuala, Ratu Cik Sima bergegas menuju tempat persembunyian ketujuh putrinya. ia baru menyadari keterlambatannya, bekal yang ia berikan pada putri-putrinya hanya sebatas 3 bulan padahal perang berlangsung selama 4 bulan.      

Cik Sima sangat terpukul. Di atas panggung teater terdengar sang pemeran Cik Sima meraung-raung, merintih. pekikan rintihannya benar-benar menyayat hati.      

"Putriku… oh anak anakku.. ampunilah kebodohan ibumu.." dan sebuah doa di munajat kan di antara mayat yang bergelimpangan berjumlah tujuh perempuan sebagai lambang berpulangnya ketujuh Puteri cik Sima, karena kelaparan dan terkurung di dalam gua yang tertutup.       

Ratu Cik Sima yang tak kuasa menerima kenyataan akan kepergian putri-putrinya, digerogoti oleh perasaan sesal. Dia terbelenggu kesedihan mendalam. Pada akhirnya sang ratu Seri Bunga Tanjung jatuh sakit ikut meninggal dunia menyusul putri-putrinya.      

.     

Mata kihrani bukan sekedar merah, dia membasahi seluruh pipinya dengan bulir-bulir air mata.      

Gadis tersebut terisak-isak oleh pertunjukan teater yang bagi Tom biasa saja. Dalam artian tak menyentuh sanubarinya sampai perlu menangis segala.      

Kihrani menghapus air matanya dengan punggung tangan, belepotan. Hidung gadis tersebut memerah parah.      

Dalam sudut pandang tom, yang lebih menyedihkan dari pertunjukan teater di hadapannya ialah jumlah penonton yang tak lebih dari 10 orang. Padahal penampilan para pemainnya lebih dari luar biasa untuk ditonton ratusan orang.      

Ataupun ditampilkan pada sebuah acara televisi, termasuk dijual padahal khalayak umum dengan memasang tarif - tiket. Masalahnya bagaimana menjadikannya menarik? Otak tom, sang pria yang dulunya bertugas mengatur investasi termasuk akuisisi bisnis-bisnis kolega Djoyodiningrat yang sedang menuju bangkrut dengan penyertaan analisis kelayakan  bisnis -pengukuran peluang keberhasilan dan proyeksi ke depan- menyimpulkan ada yang salah dari cara pengelolaan sekelompok orang dalam pertunjukan seni teater di atas panggung itu.      

"Ayo.. kita dipanggil," Tom mengembara, menyelami pemikirannya sendiri. Sampai seorang gadis menyentuh bahunya. Menggugah ketermenungan lelaki tersebut.      

Di atas panggung sana, para pengisi acara berjejer menawarkan foto bersama. Lampu-lampu padam pada gedung teater dinyalakan satu persatu.      

Tom bersama Kirani yang masih sesenggukan, menaiki panggung dan bersalaman dengan para pelakon dalam pentas yang luar biasa.      

Selepas membentuk formasi, mereka berfoto bersama.      

"Boleh Saya memberi saran," Tom berbicara dengan salah satu dari mereka. "Mengapa anda dan teman-teman memilih tampil di panggung ini? Apa kalian digaji besar oleh pengelola taman bermain?" Pria yang penampakannya paling berumur di antara yang lain tampak kebingungan saat Tom memberinya pertanyaan.      

Ia membuat gerakan tangan, mendatangkan teman-temannya, dan memanggil ketua mereka, Sang penari Dwi muka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.