Ciuman Pertama Aruna

III-302. Orkestra Alam



III-302. Orkestra Alam

0Jarak antara kota malang menuju pegunungan bromo hanya sekitar 31-32 km, demikian yang tertera pada aplikasi pemandu perjalanan. Namun, untuk rute Malang melalui Tumpang menuju Ngandas kemudian naik hingga Jemplang dan berakhir di gunung Bromo jarak yang ditempuh bisa mencapai 53 kilometer.      
0

Sepanjang jalan yang terlihat adalah barisan bukit hijau. sepertinya Tuhan begitu baik pada penghuni pulau tropis. bukit-bukit yang ditumbuhi pepohonan hijau menguarkan pesan damai. kadang kala menyajikan seberkas warna putih bening menjulur ke bawah di iringi dengan musik alamnya yang menenangkan. Itulah kebaikan paling sempurna yang ditawarkan Tuhan. Yaitu air terjun alami, oleh penduduk sekitar di sebut Coban.      

Sepanjang perjalanan, selain hamparan hijau yang menyita perhatian. suara air terjun mendorong siapa saja ingin berhenti sejenak. Mereka yang berhenti tengah tersita rasa penasaran dan kekaguman bahwa di atas bumi ada potongan surga yang masih lestari.      

Mahakarya ini kian sempurna, tatkala iringi instrumen termahal hadir. Instrumen yang mustahil ditemui dengan mendatangi konser musik ber-genre apapun.      

Musik mahal itu disebut musik alam dimana para penyanyinya adalah sekelompok spesies insecta yang jenisnya tak terkira.     

Kalau penikmat sedang beruntung pada sela-sela lantunan orkestra insecta     

. Si idola utama alias pemilik suara emas kadang turut bernyanyi bersama mereka. idola tersebut tentu saja makhluk lincah dengan sayap warna-warni khas penghuni kepulauan tropis, siapa lagi kalau bukan spesies aves. Ketika mereka tak pelit bernyanyi, orkestra alam ini telah mencapai kesempurnaan.      

demikian lah kesempurnaan konser indah itu di suguhkan atas kebaikan Tuhan pada manusia-manusia beruntung yang sempat menyisakan sejenak waktunya untuk melintasi jalanan di antara hutan hujan tropis.      

Aruna sudah sering menempuh perjalan serupa dan musik ini yang paling menggodanya, memintanya memejamkan mata dan kenikmatan tertinggi tentang rasa kebebasan serta merta hadir menerpanya.      

Hendra tidak tahu, tak akan pernah mengerti tentang cara berpikir paling unik putri yang diambil dari keluarga ajudan ini. Bahwa kado kehamilan paling sempurna adalah detik ini. detik dimana kabut turun menutupi jalanan menyempit dengan pagar hutan Pinus yang menjadikannya kian magis.      

Dia terlihat paling antusias, tak menggigil dan tak menunjukkan kelelahan. Bahkan di kehamilannya yang menuju bulan kelima. Aruna tertangkap sangat menikmati dan tentu saja jauh lebih santai dari teman perjalanannya yang lain.     

Bersama cara Aruna menyerap oksigen sebanyak-banyaknya, kenangannya terbang. mengingat masa dimana dia dan teman-temannya, terutama teman-teman Surat Ajaib termasuk teman main Damar yang sering membantu di Surat Ajaib.      

Mencapai kekompakan tertinggi ketika menyusun rencana akhir pekan dengan tema mbolang, backpacker dengan modal seadanya, kadangkala di temani motor Vespa antik mereka. Jika punya waktu lebih panjang ke semuanya pasti sepakat mendaki bukit-bukit yang tak begitu jauh dari kota bahkan gunung-gunung berapi yang lebih tinggi.      

Jadi bersama hawa dingin yang mengharuskan Aruna mengaitkan resleting jaketnya. Ibu hamil tersebut telah mencapai kebahagiaan tertingginya. Dia menikmati tiap detik yang ia lalui menuju makam kedua orang tua kandungnya.      

.     

.     

30 puluh menit sebelumnya.      

Seorang ajudan menarik tubuh tuan muda dengan dorongan terkuatnya. Lelaki bermata biru tersebut mengaku telah menemukan ide terbaiknya. Dia hanya butuh waktu sekejap untuk menjelaskan pada Herry termasuk istrinya, Aruna.     

Sayang pick up di depan sana sudah menunggu untuk melaju. Maka dari itu Herry tak memberinya kesempatan sedikitpun selain selain menarik lengan sang tuan dan mendorongnya untuk menaiki bak pick up dan berakhir duduk di atas karung berisikan kentang.      

Dia sempat menoleh mencari keberadaan istrinya yang ternyata sudah duduk nyaman di samping sopir pick up.      

Gerakan menoleh melihat istrinya mengharuskan dirinya tersenyum, membalas senyuman ibu-ibu yang terus saja mengamati dirinya penuh minat.      

Pria ini memang terlalu asing. sepertinya bukan sekedar asing, Hendra tergolong Aneh, dia yang berperawakan tinggi dan berambut coklat dengan mata biru yang terlalu tajam menjadikannya kian tak pribumi.      

Mendorong ibu-ibu yang berada di sekitarnya mulai bersenda gurau dengan tema tak jauh-jauh dari keanehan yang dia hadirkan.      

Dengan bahasa daerah, para petani sayuran yang bersuara riang tersebut mulai mengobrol. dan tentu saja bahasa mereka sama sekali tak di mengerti oleh Herry apalagi Handra.      

"Saiki wisatawan kie aneh-aneh pancen," (sekarang ini wisatawan suka aneh-aneh)      

"Dek ingi aku manggul gobes, jek neng sawah, wes rupaku buluk, rong adus, di foto-foto sampai ndlosor-ndlosor. Dikiro aku Poto model profesor,"     

(Kemarin aku memanggul kubis, masih di sawah, waktu wajahku kusam dekil, belum mandi, malah di foto-foto sampai tiduran di tanah -ambil fotonya-. Dikira aku foto model profesor)     

"Profesional mak..!!"      

(Profesional Bu..!!) -bukan profesor-     

"Yo kui lah maksudku,"      

(Ya itu, maksudku)      

"Ngono iku di gawe konten Mak.."      

(Begitu itu di buat konten bu..)      

"Opo iku konten?"      

(Apa itu konten?)      

"Opo yo.. ??"      

(Apa ya??) Dia yang bicara kebingungan sendiri.      

"Seng di oplot di YouTube. video Rupo Abang senengane arek piyek-piyek kui Lo.. anakku bendino rebutan hape, gawe dilok YouTube,"      

(sesuatu yang diupload di youtube. aplikasi warna merah kesukaan anak-anak kecil itu.. anakku tiap hari berebut handphone demi melihat youtube)     

"Wo.."     

"Wa..h,"     

Ibu berpakaian kuning ikut nimbrung percakapan dua dari lima perempuan di atas pick up, "Nah.. lek Poto, dipasang neng tegram,"      

(Benar.. kalau foto, di pasang di tegram)     

"Instagram. Yu"      

(Instagram, kak,)     

"Dudu telegram?"      

(Bukan telegram?)     

"Bedo maneh iku,"      

(Beda lagi itu,)     

"Dek wingi anakku jaluk hape-ne dipasang telegram, jare iso gawe download film,"      

(Kemarin anakku minta handphonenya mengunduhkan telegram, katanya dapat digunakan download film)     

"Dudu.. dudu iku.. iku bedo maneh.."      

(Bukan.. bukan itu.. itu beda lagi..)      

"Kilo.. kilo tak dudui yu.." perempuan keempat yang nampak paling muda di antara lainnya mengeluarkan smartphone dari dalam dompet yang terselip di ketiaknya., "aku demen banget mengikuti gosip kekinian di Instagram," layar smartphone dari perempuan berhijab coklat menghadirkan tampilan aplikasi Instagram dan sebuah akun dengan logo bibir warna merah tersaji.      

(Ini.. sini, aku tunjukan kak..) - (aku suka sekali mengikuti -membaca- gosip terkini di Instagram)      

"Opo seh isine rek" empat dari lima perempuan yang duduk di atas bak pick up berdesakan demi mengamati, akun gosip yang ditunjukkan oleh perempuan berhijab coklat.      

(Apa sih isinya)      

"Iki gosip hot ter- nyu.." Hijab coklat membanggakan kepiawaiannya memanfaatkan sosial media Instagram.      

(ini gosip terhangat. Terbaru..)     

"njajal kene tak wocone" perempuan berbaju kuning kian mendekat hijab coklat bahkan terlihat merebut smartphone temannya. si kuning membaca salah satu postingan di laman akun dengan nama lambe turah.      

"Weleh.. DPR hampir menabrak istrinya, diduga mobil yang di kendari membawa maid,"     

"opo seh maid iku.." (apa sih maid itu) dia yang berbaju kuning bertanya pada yang lainnya. beberapa diantaranya menggelang yang lain mengerutkan dahinya.      

tiba-tiba saja seorang ibu yang duduk bersandar santai pada pembatas pick up yang sejak tadi tertangkap setengah terbawa mimpi -tertidur- ikut berceletu. "Demit paling.." demit -demaid- dalam bahasa daerah mereka disebut hantu.      

"Ih. serem, mobile ono demite," (ih seram mobilnya ada hantunya)     

"Dirasuki setan nganti nabrak bojone," (dirasuki setan sampai menabrak istrinya)     

"kakean mangan uang haram kurang istihgfar nganti bablas kerasukan," (kebanyakan makan uang haram kurang bersyukur, sampai keterusan akhirnya kerasukan)     

"betoool," (benar)     

"sek to.. nopo seng komen nulis: 'kabarnya maidnya finalis putri daerah, cantik masih umur 18 tahun, gila abis, tak tahu diri"     

(sebentar.. kenapa yang komentar menulis -bla bla-)     

"emang demit punya umur? kok iso di sebut ayu?" (memang demit punya umur? bagaimana bisa disebut cantik)     

"paling demite kuntilanak, yu.." (mungkin demitnya kuntilanak kak -mitos hantu perempuan berbaju putih dan berambut panjang-)     

"pantes iso menjelma ayu barang.." (pantas bisa berubah jadi-jadian cantik segala)     

"woo.. menjelma gadis 18 tahun.." (wah.. berubah menjadi menjadi gadis 18 tahun)     

"canggih yo demite," mereka tertawa bersama-sama.      

"pancen keren berita kekinian,"      

dan dua lelaki yang duduk membelakangi ibu-ibu julid tersebut saling memandang akibat tidak paham.      

suara mereka masih berisik hingga beberapa menit berselang. Sampai sebuah tangan menepuk ringan bahu mahendra. tangan tersebut milik perempuan berbaju kuning, dia bahkan sempat menarik lengan Mahendra. Ketika hendra menoleh memasang senyumannya, berniat menyapa dengan ramah. Satu di antara mereka pingsan lemas.     

"Weleh.. Mas ganteng iki artis tibake... artis neng tegram.."      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.