Ciuman Pertama Aruna

III-308. Kelinci Kecil Dan Ibu Belang



III-308. Kelinci Kecil Dan Ibu Belang

0Di tengah hujan lebat, seekor kelinci kecil terbangun dari tidur, dan dia baru menyadari dirinya terjebak di dalam kardus yang perlahan-lahan basah oleh rinai hujan, berhasil menembus dahan pepohonan.      
0

Kelinci kecil ingin keluar dari kardus basah sebelum hujan membuat seluruh tempatnya bernaung mumur.      

Kelinci kecil tidak memiliki apapun yang bisa menolongnya, tubuhnya terlalu kecil, badannya terlalu ringkih. Tapi ia pantang menyerah. dia terus berusaha menggaruk-garuk dan bersuara meminta pertolongan.      

Pada akhirnya Kelinci kecil mendengarkan suara hentakan kaki kemudian ia dibawa ke sebuah rumah besar. Dia di tampung di rumah itu.      

Sayang sekali para penghuni rumah besar adalah sekelompok yang berbeda, terlihat sempurna. Putih bersih dan berbulu indah. Sangat jauh berbeda dengan dirinya. Belang-belang kusam dan dekil.      

Para kelinci berbulu putih nan indah menjadi penguasa di rumah besar, mereka saling memberi kasih sayang dan diprioritaskan.      

Bagaimana dengan Kelinci kecil, ia bersedih hati setiap saat dan sepanjang hari. Hingga sebuah ketidak sengajaan menjadi keajaiban, dia yang sedang menyusuri rumah besar menemukan celah kecil untuk masuk ke dalam ruang berbeda.      

Disana ia menemukan Kelinci baru yang sama dengan corak dirinya. si Ibu Kelinci belang begitu kelinci kecil memanggilnya. Kelinci kecil sangat bahagia, ibu belang begitu memanjakannya. Kelinci kecil lama kelamaan terbiasa memasuki celah dan menyusuri lorong masuk ke dalam ruang berbeda tersebut.      

Dia bahagia, sangat bahagia. Dia tak bersedih lagi.      

Sayang sekali semua itu tidak berlangsung lama. Kelinci kecil tumbuh menjadi dewasa tubuhnya tak lagi kecil. Dia tidak bisa melewati celah dan lorong-lorong itu lagi. Ia menyadari tubuhnya terlalu besar untuk berjelajah menemui ibu belang.      

Dalam kekalutan sebuah pesan rahasia di kirim oleh ibu belang: "Jangan bersedih, suatu saat ketika tangan dan kakimu sudah cukup kuat, gunakan tangan dan kakimu untuk menggali, buat celak kecil yang diciptakan ibu menjadi lebar, aku selalu menunggumu. menunggu hari itu datang,"      

lembar terakhir dari sebuah buku yang merupakan kumpulan kertas bergambar, dengan warna-warna memudar di tutup perlahan. perempuan berambut panjang yang disanggul ke belakang terlihat merapikan rambutnya beberapa kali.      

Dia yang duduk di sebuah cafe bermeja kayu persegi berwarna putih bersih. sekali lagi tertangkap mengelus buku bergambar.      

Senyumnya hadir tiap kali melakukan hal tersebut.      

Senyuman itu terhenti, menjadi debaran jantung yang tak berkira. tangan di atas buku bergambar berpindah mendakap dada.      

"Klinting" suara itu yang membuatnya berdebar. suara lonceng kecil yang dipasang pemilik cafe di atas pintu kaca berbingkai kayu terbuka.      

pintu yang diamati sepanjang penantiannya duduk di meja dekat jendela. tempat terakhir kelinci kecil ia tatap dari kejauhan selepas menerima pesan rahasia darinya.      

sebuah kaki tertangkap matanya. kaki yang mengenakan sepatu kets putih berdiri kaku di depannya. celana jeans biru lalu tatapannya naik ke atas, jaket denim, kaos putih, tas selempang dan wajahnya hilang.      

perempuan bersanggul lenyap dalam ketidaksadaran.      

"mama.. mama.."      

kelinci kecil yang tumbuh dewasa akhirnya bertemu ibu belang. bukan karena tangan dan kakinya kuat, melainkan salah satu dari kelinci putih berbulu lebat membantunya menggali celah kecil itu.     

.     

.     

"Ku kembalikan ibumu," kata seorang kakak kepada adik lelakinya, "kembalikan jodohku,"      

Sang adik memegang buku dongeng bergambar, meninggalkan cafe, meninggalkan suara lonceng kecil, tanda pintu telah di lintasi dan tertutup. Kemudian mobil putih yang tertangkap dari balik bentang kaca transparan kafe perlahan melaju, pergi menghilang bersama ibunya. Dan bersama buku dongen kesayangannya.     

Dia hanya menitipkan gelang buatan tangan untuk di berikan pada seorang perempuan.     

.     

.     

Di waktu berbeda, di sudut lain.      

Gelang itu sampai pada yang punya. Menyisakan perempuan muda yang menyeret kursi melingkari ranjang mewahnya. Lalu ia berdiri di hadapan jendela yang kemudian tanpa di duga tubuh ringkih dengan satu tangan yang masih fungsi -yang satu masih dalam balutan penyangga-, mengakat kursi sebisanya. dia lempar kursi tersebut pada jendela. berulang ulang kali seperti tak kenal lelah. terjatuh, dan berdiri lagi.      

Meraih kursi dan melemparnya lagi, dan lagi.      

"Berhentilah Syakilla, tidak ada yang akan berubah," kata lelaki bermata hitam pekat yang menatap nanar. gadis itu berjalan mendekat,      

"Bagaiama supaya bisa berubah," ujarnya.     

"ikuti takdirmu, hanya itu," selepas pria yang di dekati gadis hancur itu berujar. sang gadis memundurkan kakinya. dia terduduk di atas ranjang, dirinya tertangkap cermin.      

pengamatannya terhadap seluruh keadaannya mendorong gadis kurus itu menerbitkan kalimat tanya yang aneh, "apa yang bisa aku perbuat?"      

_Ikuti takdir dan bermain_ bisik gadis terpuruk pada dirinya sendiri sembari menggenggam gelang buatan tangannya.      

***     

Mobil jeep menerbangkan debu pada jalanan tak beraspal. selepas beberapa menit jalanan tak beraspal yang merupakan jalan tunggal meninggalkan makam menemui persimpangan.      

"kanan," perempuan yang banyak melempar pandangan ke jendela bersuara. pengemudi lekas memutar arah kendaraan beroda empat tersebut.      

Dengan panduan seorang perempuan yang banyak terdiam, mobil jeep melintasi jalanan perkampungan. di dominasi panorama kanan kiri ialah ladang sayuran yang menggelap sebab malam kian menunjukan pepekatannya.      

ladang sayuran yang setia mengiringi perjalanan berubah menjadi pemukiman yang kian lama kian padat.      

Mobil itu baru terhenti selepas menemukan sebuah gapura pinggiran perkampungan. dari gapura tersebut seorang perempuan meminta seluruh penumpang turun.      

tak jauh dari jeep terparkir, sekelompok penduduk desa, baik muda, tua, bahkan anak-anak yang kesemuanya laki-laki tertangkap berkumpul memenuhi warung yang berdinding kayu.      

hendra yang baru saja membuka pintu untuk istrinya menatap tempat hangat dengan televisi standar yang terpajang pada dinding.      

sebagian orang yang duduk-duduk pada bangku panjang tersita melihat televisi sederhana yang mana Mahendra hampir mustahil menikmati tontonan televisi bersama-sama semacam itu. Keluarganya tidak memiliki tradisi tersebut.     

lelaki bermata biru tak sadar ketika istrinya sudah memandu yang lain menapaki jalan setapak, sebuah gang tak jauh dari jeep terparkir.      

dia yang tersadar lekas berlari, memburu tiga yang lainnya. ia mencapai istrinya tepat ketika perempuan bermata coklat tersebut menghentikan langkah kakinya dan di ikuti yang lainnya.      

sama seperti pusara yang usang tertutupi rerumputan. detik ini mata istrinya terfokus pada tanah tegal dengan pepohonan menjulang serta semak-semak. Kesemuanya menyembunyikan rumah tua tanpa atap.      

atap rumah itu runtuh, hanya menyisakan dinding-dinding yang sebagiannya juga sudah roboh. tanaman menjalar turut serta memperparah keadaan. hitam malam ikut serta memberi nuansa kusam.      

perempuan di antara tiga lelaki yang sama-sama mengamati rumah runtuh tak sekalipun menerbitkan bersuara. dan tanpa suara juga, dia meninggalkan tempat berdirinya. dia melangkah pergi begitu saja.      

Mahendra lekas mendekati Aruna yang berjalan dalam keheningan. tangan pria tersebut meraih telapak tangan perempuannya.      

"Sosok individu akan tetap dikenang sepanjang masa, walaupun sejarah bahkan tak bisa menemukan dari mana asal usulnya, siapa orang tuanya. Termasuk bagaimana caranya meninggal? Di mana di makamkan? Tidak ada yang penting. Kecuali kontribusi hebat sepanjang masa diri ini masih diberikan kesempatan hidup," monolog Mahendra tidak asing bagi telinga Aruna.      

"seperti Maha patih," ini suara Aruna yang telapak tangannya di genggam lelaki bermata biru. langkah kaki mereka beriringan menuruni jalanan setapak.      

"Gajah Mada," lengkap Mahendra.     

"Menurutmu, apa makna orang tua?" ini adalah pernyataan sang senior kepada juniornya. dua lelaki yang berjalan di belakang sepasang suami istri.      

"Simbol … …      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.