Ciuman Pertama Aruna

III-209. Mendoakan Kebaikan



III-209. Mendoakan Kebaikan

0Aruna masih menunggu seseorang, ketika dia mendapatkan panggilan dari suaminya. Perempuan hamil ini nampak sangat terkejut, "Alvin.. ini.." si mungil yang kebingungan, takut jika keberadaannya di luar rumah ayah lesmana terendus oleh suaminya. Meminta ide pada ajudannya.     
0

Alvin ikut panik memikirkan sebuah solusi, sampai matanya melihat mobil mewah sang nona.     

"Nona Ayo.." ucap Alvin mencoba untuk mengingatkan Aruna. Pria tersebut membuka payungnya, memburu nona yang berlari kecil menuju mobilnya agar tidak kepanasan.     

Ya, Alvin sangat berlebihan pada Aruna. Wujud terima kasih sang ajudan yang akhirnya di terima kembali bekerja, setelah mendapatkan permintaan khusus dari istri tuan muda Djoyodiningrat.     

"Alvin aku harus bicara apa?" Aruna yang dasarnya sangat sulit berbohong tidak tahu harus bagaimana, ketika dia pada akhirnya pergi dari rumah ayah tanpa izin Mahendra.     

"Angkat dulu nona.." ujar Alvin mencoba menenangkan nonanya.     

[Hallo..] suara Aruna terdengar sedikit bergetar -takut-, sebab panggilan Mahendra ialah video call. Perempuan tersebut menarik bibirnya agar terlihat tersenyum manis -semanis-manisnya-.     

[Hai sayang, Oh' dimana kamu?] Mahendra melepas kemeja yang dia kenakan. Nampaknya lelaki bermata biru sedang berada di huniannya di lantai tertinggi Djoyo Rizt Hotel.     

Sebuah Gedung pencakar langit yang menawarkan hunian mewah dengan harga sewa yang sama tingginya, sepadan dengan panorama ketinggian yang indah.     

[Sudah mulai bekerja?] Aruna mengalihkan pembicaraan.     

Mahendra yang berada di ruang ganti dengan interior wastafel yang mewah tersebut masih setia mondar mandir dengan dada terbuka, dia sedang membalurkan krim pencukur bulu-bulu tipis yang mulai memenuhi dagunya.     

[Belum, sebenarnya..] jawab mahendra mengamati dagunya sendiri. Dari tangkapan layar yang disajikan handphone Aruna, terlihat jelas bahwa lelaki tersebut sepertinya meletakkan telepon genggamnya bersandar pada dinding yang di bawah cermin. [..Aku sedang bersiap-siap menghadiri pertemuan.. ya kau tahu.. banyak acara yang aku lewatkan] hanya ini yang di ucapkan Hendra terkait pesta besar Tarantula dan begitu banyak rencana gilanya.     

[Sayang.. kau dimana?] Hendra menangkap mata Aruna melalui layar smartphone. [Jalan-jalan?]     

[Em…] mata Aruna menatap Alvin, yang sedang memberi ide [iya.. em..] sang ajudan berkata dalam gerak bibirnya 'bosan cari udara segar, dan aku ngidam pengen mencari makanan yang enak'. Perempuan hamil tersebut menirukan semua yang di sarankan Alvin.     

[Bukankah bunda Indah sangat pandai masak? Apa yang lebih enak?] Hendra menautkan alisnya. Pria tersebut tertangkap tengah menggoreskan pencukur rambut pada dagu. Dia terlihat begitu indah kala perlahan dagunya mulai di bersihkan dan wajahnya di basahi oleh air.     

Aruna menggerakkan kakinya, perempuan ini sekali lagi bingung harus menjawab apa.     

[Bukan mie pedaskan?] Tebak Mahendra.     

[Mana mungkin.. aku tahu kok kalau kamu melarang aku makan itu..] ucap Aruna terbata-bata. Sedangkan Alvin membuat pencarian makanan di google.     

"Nona asinan.. asinan mangga kedondong dan.." kalimat Alvin yang amat sangat lirih dalam pengucapannya.     

[Lalu..] kalimat mahendra di putus.     

[Aku sedang mencari asinan mangga muda, strowberry dan semacamnya.. aku ngidam] padahal tidak sama sekali.     

[Mau aku belikan?] tanya mahendra.     

[Nanti kalau datang bawakan ya.. Beb,] suara Aruna di buat semanis mungkin.     

[Baik sayang..] Mahendra tersenyum, dia yang kini telah usai membersihkan wajahnya tertangkap menyahut handphone, [..Mau melihatku mandi?]     

Aruna tertawa, ada helaan nafas lega yang di hembuskan, karena suaminya tidak marah, [Jadi nanti pulang? Em maksudku.. menjenguk kami?]     

[Aku usahakan] Mahendra berjalan sambil memegangi Handphonenya, dia mulai memasuki kamar mandi.     

[Kami selalu menunggu.. Dad] sang suami mengangguk mendengarkan kalimat istrinya.     

Tiba-tiba pria tersebut menghentikan aktivitasnya, menatap istrinya dengan kornea mata yang membuka lebar, [Akan aku penuhi janjiku, untuk mengungkap pelaku yang melukaimu. Aku tidak tahu hari ini akan berakhir buruk atau baik. Em..] dia yang bicara meluruhkan pandangannya sejenak.     

[Kami selalu mendoakan kebaikan untuk Daddy, selalu dan setiap saat, miss you]     

Mendengar pesan istrinya Mahendra akhirnya punya keberanian menatap istrinya lagi, [Miss you too.. aku usahakan selarut apa pun aku bakal menemui kekasihku dan babby]     

Aruna memasang senyum manis sebelum mereka mengujarkan perpisahan.     

***     

"Bu Anna.." seseorang menyusup ke dalam ruang meeting yang detik ini di pimpin seorang perempuan. Orang yang sedang berlari, baru saja mendapatkan berita heboh terkait kejadian di rumah induk.     

Anna menghentikan meeting sejenak. Dia yang mendapatkan bisikan dari pembawa berita menyingkir keluar ruangan. "Ada apa?"     

"tuan Hendra.." bawahan setia Anna yang sebelumnya juga bekerja di DM grup sebagai tim yang membantu sekretaris tunggal CEO DM grup, kini di tarik Nana untuk menjadi sekretarisnya di Mentari Plaza -ia selalu berhasil menjadi pesuruh handal dalam berbagai hal-.     

Perempuan ini adalah orang yang sama, yang telah menabrak tubuh Aruna kala meninggalkan ruangan suaminya. Di siang hari sebelum dia di lempar kumpulan berkas oleh Anna dan malamnya terjadi tragedi mengerikan tersebut.      

"Ada apa dengan Hendra?" Anna penasaran.     

"Saya dapat kabar tuan muda menangkap asisten rumah induk yang dekat dengan Anda?" pembawa informasi berbisik di telingan.     

"Benarkah?" Seru Anna.     

"Iya.. asisten tersebut di temukan menyimpan baju-baju mewah dan tas mahal,"     

"Oh' itu punyaku," wajah geram Anna tertangkap nyata, "Bagus lah.. dia menangkap asisten yang tidak tahu diri," Nana berniat Kembali ke meja meetingnya.     

Akhir-akhir ini suasana Hatinya sangat Bahagia. Surat Opa Wiryo sangat sakti untuk menyisihkan pemimpin Mentari plaza sebelum dirinya, dan kini rasanya luar biasa bisa memimpin perusahaan yang berdiri sejak 20 tahun lalu.     

"Tapi nona, sepertinya tidak sesederhana itu.. tuan memanfaatkan anjing pelacak dan dia seperti punya tujuan.."     

"Ah sudah lah aku sudah di tunggu yang lain," Anna nampak tak acuh.     

"Nona.. aku punya firasat buruk."     

"Bukankah kamu tiap saat di hantui firasat buruk??" Anna tersenyum kepada bawahannya. "Semua keinginanmu sudah aku penuhi.. jangan memikirkan sesuatu yang sudah beres dengan rapi.. okey??" Dia yang di ajak bicara Atasannya akhirnya mengangguk ringan.     

Dan perempuan berambut panjang coklat tersebut memasuki ruang meeting. Dia Kembali memimpin rapat perusahaan yang baru di serahkan kepadannya.     

***     

"Kihran.. maaf ya.. tadi suamiku telepon.. apa kamu menunggu lama?" tanya Aruna mendekati perempuan yang duduk di hadapan mini market tempatnya bekerja.     

"Nona… saya yang harusnya minta maaf.. anda tadi juga menunggu saya.." Sebab sopannya perempuan yang kini duduk di kursi terdekat dengan gadis berseragam pegawai mini market ini, Kiki akhirnya turut berupaya mengimbangi lawan bicaranya.     

Mata Aruna sempat menatap Alvin, ada gerakan tangan tergenggam yang di tarik mendekati mulut. Perintah implisit perempuan hamil tertangkap ajudannya. Pria itu mengangguk, lantas bergegas menyingkir membelikan minuman dan makanan ringan untuk teman baru nonanya.     

"Seperti yang aku utarakan di pesan ku sebelum datang menemui mu," sayang sekali lawan bicara Aruna terlihat beberapa kali mengamati jam tangan di pergelangan tangannya.     

"Em.. iya nona.. apa?" Kihrani belum konsentrasi.     

"Boleh aku tahu lebih lanjut tentang Thomas? Nama orang yang di kurung di lantai bawah tanah Thomas -kan??" Ini suara Aruna yang nampaknya biasa saja.     

"Bruk!" Anehnya Alvin tanpa sadar menjatuhkan botol air mineral berwarna kuning segar dari tangannya. Melihat ajudannya tampak terkejut, perhatian Aruna tersita pada ajudannya.     

Alvin buru-buru memungut kembali minumannya, lalu di letakkan pada meja di hadapan gadis berambut hitam lebat yang tersanggul kebelakang. Ajudan tersebut meletakkan makanan ringan dan botol air secara kasar. Hingga Aruna menatapnya dengan ekspresi kemarahan.     

"Nona.. aku tidak setuju dengan tindakan gegabah anda.. kita tidak kenal siapa dia.. apakah dia orang jahat atau baik.. apakah dia teman atau lawan," Alvin ingin menarik tangan nonanya -akan tetapi bukan kah seorang ajudan tidak boleh menyentuh nonanya-. Akhirnya dia membuat tatapan penuh harap.     

"Apa maksudmu aku orang jahat.. tolong ya. Kata-katanya di jaga…" suara Kihrani tak terima dengan kata-kata Alvin yang sembarangan.     

.     

.     

__________________________     

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/     

Lempar power terbaik ^^     

Riview bintang 5, beri aku banyak Semangat!     

Jejak komentar ialah kebahagiaan     

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak :-D     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.