Ciuman Pertama Aruna

III-210. Metal Detektor



III-210. Metal Detektor

0"Apa maksudmu aku orang jahat.. tolong ya. Kata-katanya dijaga…" ini suara Kihrani tak terima di kata-katai alvin sembarangan.     
0

"jangan-jangan kamu kenal Thomas, Alvin?" Alvin terbungkam di todong oleh nonanya.     

"Iya kan?? kamu tahu dia..?" Desak Aruna.     

"Tapi dia sudah meninggal nona, bunuh diri," Alvin menegaskan pengetahuannya.     

"Dia masih hidup, dia memang mengaku di bunuh.. dan bukan bunuh diri," kihrani meluruskan.     

"Alvin kali ini tolong jangan halangi aku.." gelisah Aruna.     

"Nona apa yang sebenarnya anda ingin -kan, kenapa sih anda sampai sejauh ini? Buat apa?" Alvin tidak habis pikir.     

"orang yang membunuh Thomas kemungkinan sama dengan yang ingin membunuhku Alvin," Suara Aruna sedikit meninggi.     

"huk huak.." Kiki hampir menyemburkan minumnya sebab terkejutnya.     

"Anda..?" ini suara kiki memasang ekspresi tak percaya, wajahnya memerah karena tersedak.     

"Ki.." teman kiki dari dalam minimarket keluar memanggilnya. Tadi Aruna terlalu lama menerima panggilan dan saat ini sudah saatnya kiki bertugas. Kasir yang ia tinggalkan penuh antrian.     

"nona maafkan aku.." kiki sangat menyesal dia tak punya banyak waktu.     

"Kenapa? Kau harus bekerja?" Aruna menekuk wajahnya. Kiki mengangkat bahunya.     

"kapan kamu selesai?" tanya Aruna dia sangat penasaran dengan gadis ini terutama informasi yang dia bawa.     

"apa kamu tidak bisa ijin untuk nona ku?" tawar Alvin.     

"Maaf, aku bisa dipecat.. aku sudah terlalu banyak izin," kiki mengangkat tangan yang menyatunya menghantarkan simbol  permintaan maaf. Dia pamit.     

"akan aku tunggu kamu.., selamat kerja kihran.." ujar Aruna.     

"Nona yang benar saja Anda??" Alvin tidak setuju.     

"Aku ingin menyelamatkan seseorang Alvin.."     

.     

"Nona.. kalau tuan tahu dia bisa muntap dengan anda.. Anda tidak boleh lelah, ayolah nona kita pulang saja.." Ujar alvin Ketika matahari perlahan meninggalkan permukaan bumi. Namun perempuan hamil tersebut lebih keras kepala dari yang dibayangkan siapa pun.     

***     

Gedung klasik bertingkat berwarna putih terhampar megah tidak jauh dari pintu gerbang. Gedung tersebut menawarkan gemerlap lampu yang tak kalah memukaunya. Lampu temaram warna emas dan perak seperti barisan penjaga yang berjajar di kanan kiri  mengiringi laju tiap-tiap mobil mewah yang berjajar untuk berhenti di depan lobi utama.     

Mobil-mobil tersebut disambut dengan hangat oleh para petugas keamanan yang sudah siap dengan metal detector. Kecuali lima mobil warna hitam yang berbaris rapi menggambarkan kemewahan pemiliknya. Lima mobil dengan nomor seri hampir mirip walaupun brand nya tidak sama, akan tetapi masih dapat diindikasikan sebagai rombongan yang sama.     

Ajudan utama yang berapa di barisan depan di mana pada mobil tersebut terdapat Raka beserta anak buahnya -turun sejenak. Dia terlihat bercakap-cakap ringan dengan pembawa metal detector.     

Mahendra yang berada di mobil kedua Bersama Surya sempat tertangkap mengamati pertikaian kecil raka dengan para pembawa metal detector. Raka tidak terima jika senjata yang mereka bawa membuatnya diberhentikan. Mana ada di tempat bertemunya lawan bisnis, lawan politik dan berbagai musuh dalam selimut diharuskan kosong melompong. Atau jangan-jangan karena rombongan ini dari keluarga Djoyo Makmur Group sehingga dipersulit.     

Ah' ternyata perdebatan Raka beserta anak buahnya dengan para pembawa metal detector hanyalah tipu muslihat sederhana mereka. Dari arah berbeda ajudan lain termasuk Jav berjalan kaki santai memasuki pelataran luar biasa yang menyajikan taman hijau lalu mereka menunggu di sana -di depan lobi-. Mereka membawa tas ransel standar yang diyakini Mahendra berisikan senjata mereka.     

Raka, entah bagaimana akhirnya berdamai dan mengizinkan  mereka membuat pemeriksaan. Tentu saja lima mobil yang berisi rombongan Djoyo Makmur Group meluncur menuju lobi tanpa kendala. Raka Kembali turun lebih dahulu, sejenak kemudian dia susul dengan para ajudan lain hingga secara bergantian pintu di buka.     

Mobil kedua di buka dengan sangat hati-hati bahkan pembuka pintu mobil perlu menundukkan pandangan. Setelah tahu yang keluar pria bermata biru, si dingin dengan kekayaan dan kekuasaan sama ngerinya dengan nama besar kakeknya Wiryo Djoyodiningrat. Tak lama setelah dia keluar lelaki yang biasa mendampinginya -Surya- keluar.     

Dan kemudian seseorang yang sangat pucat keluar dari mobil ketiga di jaga oleh dua ajudan, orang tersebut adalah Pangki. Wajahnya memang pucat akan tetapi dia tampak lebih gemuk dengan penambahan berat badan. Dia tidak mirip tahanan, topi di kepala menutupi separuh lebih wajahnya.     

Setelah pangki seorang lain sejenis tahanan, tak lain ialah pay menuruni mobil. pria yang sejak awal cukup sulit dikendalikan dan selalu ingin mencari kesempatan melarikan diri, detik ini sudut perutnya mendapat todongan secara diam-diam. Orang yang melihatnya tentu saja tidak akan menyadari. Ajudan Wisnu tampaknya teramat tangkas dalam hal ini.     

Dan yang keluar belakangan tentu saja adalah Anantha yang detik ini terlihat sangat menawan dengan setelan jas baru dan outfit senada dengan mahendra. Pria yang juga kakak ipat Mahendra masih mendongakkan kepalanya menamati interior yang tersaji di langit-langit lobi sampai salah seorang menepuk bahunya dan itu ialah Surya.     

Surya mengingatkan jalan gesit Hendra tidak memberi jeda pada followernya. Sehingga kini Anantha sadar dia sedikit tertinggal, pria tersebut tertangkap berlari. Dan betapa terkejutnya dia Ketika memasuki ruangan.     

Anantha yang terlalu banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja baru dua kali berjumpa pesta penuh ornament seperti ini. Salah satunya tentu pesta blue oceans dan pesta malam ini menjadi nomor dua. Luar biasa memukaunya. Tiap-tiap orang mengenakan pakaian terbaiknya dengan gaya formal dan yang di panggung terdengar sekelompok pelantun menyanyikan lagu yang menghentak.     

Ketika kaki Ananta menapaki karpet merah yang sangat menawan. Dia melihat gelombang orang yang berdiri, duduk, termasuk tengah ngobrol bercengkerama, kecurian rasa penasaran, mereka melirik rombongan yang berjalan serempak dimana kesemuanya terdiri dari para lelaki.     

"Wow.. siapa yang datang?" ujar beberapa suara. Kedatangan Rombongan Mahendra terlalu mencolok.     

"Oh' bukankah dia pewaris DM grup?"     

"Mahendra.. benarkan itu? Dia jarang datang di acara seperti ini,"     

Kelompok Mahendra menatap sebuah sofa melingkar di tengah ruangan yang tak lama kemudian berhasil mereka dapatkan. Hendra dan kelompoknya menduduki serta mengelilingi tuannya. Mereka seperti sekelompok pendatang yang siap menyisihkan tuan rumah.      

Tentu saja, hal pertama yang membuat semua nya tergelitik adalah pesonanya. Barulah yang berikutnya informasi mulai menyebar pada tiap-tiap putra Tarantula.     

Pesta ini di inisiasi oleh kaum muda tarantula Grup dan detik ini satu- persatu dari mereka mendapatkan informasi yang langsung membuat kaki-kaki mereka bergerak menangkap keberadaan Mahendra serta orang-orangnya.     

"Pai," Rey berlari melihat anak buahnya yang hilang.     

"Anantha datang?" rey ditangkap anak buahnya yang lain agar memahami keadaan saat ini, "Ah' sial.." Rey barga berulang kali mengumpat tatkala dia menyadari Pai tak berani berkutik sama sekali.     

"Dia ditodong, bisa mendapatkan tembakan kapan saja.. lihatlah sudut punggunnya," seseorang berbisik dan itu adalah gesang.      

Dengan percaya diri dia bergerak mendekati mahendra.     

"Presdir.." panggil gesang. Mahendra menatap pria tersebut, tak lama sudut matanya berpindah.     

"Saya senang anda datang," Gibran menghampiri mahendra. Menyapa tamu undangan, Hendra bangun dari duduknya. Berjalan mendekati Gibran. Mata mereka saling awas satu sama lain.     

Gibran tertangkap mundur, melihat aura buruk yang di lukisan Mahendra secara mengejutkan Gesang memeluk tuan yang dulu sangat dekat dengan dirinya, "oh saya.. merindukan anda.."      

"Apa yang kau lakukan.."  tubuh Gesang mendapatkan dorongan agar melepas dekapannya.      

"Hehe.." Gesang tertawa jenaka. Di sudut lain putra-putri tarantula tertangkap terpukau dengan perilaku Gesang yang teramat erat dengan Mahendra.      

Mahendra kembali mendekat dengan ekspresi Aneh di wajah, Surya buru-buru bangkit menarik lengannya. Menyerobot interaksi, sahabat Mahendra, yang juga calon CEO DM grup menyodorkan tangan untuk Gibran. Bahkan pria tersebut menyerobot telapak tangan Gibran, "saya Surya, terima kasih udah disambut dengan baik," tangan surya di sisi lain masih menarik Mahendra supaya ia bergerak mundur.      

Jika dibiarkan, sudah barang tentu Mahendra bisa saja meledak. Mahendra mewarisi kemampuan berstrategi dari kakeknya. Tapi tidak dengan kemampuannya mengendalikan emosi. Dia punya kebiasaan buruk yang bisa sangat berbahaya ketika dirinya terbakar emosi.      

"Terima kasih juga, terkait banyak hal yang dihadiahkan keluargamu untukku," ini ucapan Mahendra untuk Gibran. Gerak ajudannya Gibran juga sangat implisit dan penuh kehati-hatian.      

"Oh.  Anda ingin hadiah tambahan? Saya bisa meminta yang di panggung menyanyikan lagu yang anda sukai," Gesang lagi-lagi berusaha membuat suasana jenaka.      

"Ananta.. atau pangky.  Mungkin pai dulu yang berkenalan dengan anda,"      

"Kakak.. mudurlah kak," ada gelagat berbahaya tercium Gesang.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.