Ciuman Pertama Aruna

III-217. Merusak Persentasi



III-217. Merusak Persentasi

0"KEMANA ANANTHA!" lelaki bermata biru terkejut atas apa yang ia amati. Surya ada di dekatnya. Herry mencoba berada di sekitarnya. Termasuk perempuan yang tadi duduk bersama Mahendra, dan kini mendekap mata biru -ketakutan di bawah gelap-, tapi Mahendra tidak menemukan kakak iparnya.     
0

"Tuan aku akan mencari kakak anda!" Herry meminta izin, bergerak mundur kemudian membalik tubuhnya, ia melangkah -menyusup ke dalam kerumunan.      

"Hendra kembalilah dulu.. aku akan bantu Herry" suara Surya terdengar seperti ide gila di telinga Mahendra.      

"Yang benar saja kau! Jangan gila!" sudut bahu lelaki tersebut di cengkram Hendra, menyajikan jas yang tertarik mundur.     

"Ballroom ini sangat luas, bagaimana cara Herry menemukan kakakmu jika ia sendirian," Surya masih pada pendapatnya.     

"Bagaimana denganmu? Kamu tidak bisa menggunakan senjata, apalagi beladiri. Ingatlah posisimu bukan sekretarisku lagi.. kau CEO-" kalimat ini terpotong oleh suara pertikaian di atas panggung.      

Anantha ternyata berada di atas sana.     

Salah satu putra Tarantula yaitu anak kedua Barga, sedang mempresentasikan produk digital terbaru Tarantula Group.     

Dan Anantha yang tengah di cari-cari Mahendra maupun Surya, termasuk Herry. Ternyata melangkah ke atas podium, kemudian secara mengejutkan menyerobot microphone yang di pegang Rey Barga.     

Di atas panggung dengan sorot lampu memukau mata, Anantha menunjukan kegilaannya.     

Dia mencengkram kuat mic di tangan, hembusan nafasnya nampak memburu -menahan emosi-, suaranya terdengar nyaring dari atas podium "Ini semua hasil karyaku, milik ku dan teman-temanku," teriak Anantha melebarkan tangan kanannya menuju pada layar besar, yang terhampar di punggung panggung.      

"Nguuiiiing…" tiba-tiba mikrofon yang di pegang Anantha berdengung keras.     

Kakak ipar Mahendra di tangkap sekelompok orang untuk di amankan. Ia meronta-ronta mencoba melepaskan diri. Tak jauh dari sana, di salah satu sudut Ballroom, ajudan kesayangan Mahendra -Herry- tertangkap mata berlari menaiki tangga menuju atas podium, untuk menyelamatkan kakak ipar tuannya.     

"Hendra, harus ada yang bicara dengan mereka. di sana ada Herry bersamaku, pergilah terlebih dahulu.. tak usah khawatir, aku pastikan, aku baik-baik saja," Surya tidak bisa di hentikan oleh Mahendra, pria tersebut sudah menghilang dari pandangan dia menuju ke arah podium.     

Tidak dapat di pungkiri, Anantha tetaplah berada dalam posisi yang salah. Lelaki tersebut berani merusak pembukaan hebat presentasi Rey Barga, tentu saja dia akan menghadapi masalah besar. Surya yang berinisiatif datang menuju arah pertikaian di bawah panggung, merupakan keputusan yang tepat pada saat ini.     

Surya memiliki kemampuan melobi lebih dari cukup, untuk bernegosiasi atas kesalahan Anantha. Mahendra sadar, selain dirinya hanya sahabatnya tersebut yang mampu menyelesaikan pertikaian di alami kakak iparnya.      

Lebih dari siapapun, Mahendra tidak menaruh kecewa terhadap tindakan ceroboh Anantha. Lelaki bermata biru tak bisa menyalahkan beringasnya sang kakak ipar. Anantha ialah pencetus asli -hampir 70% produk digital yang di launchingkan perusahaan Tarantula. Produk hasil akuisisi secara tidak sehat perusahaan Anantha. Perusahaan yang di bangun dengan peluh berdarah pria keras kepala, yang lupa menikmati sampai masa mudanya.      

.     

.     

Mahendra melangkah pergi meninggalkan ballroom, setelah Raka tak henti-hentinya mengingatkan untuk segera beranjak dari tempat tersebut. Tampaknya di ujung sana pria kekar pimpinan divisi dan juga Wisnu beserta yang lain, sedang terlibat baku hantam.      

"Hendra.. aku bawa mobil, aku juga ada sopir," perempuan yang mendekap lengan Mahendra membuat penawaran.     

Ketika keduanya menuruni tangga lobby gedung bertingkat ini, sebuah mobil melaju menghampiri mereka. Seorang perempuan yang berada di balik kursi pengemudi, membuka pintu untuk atasannya. Di susul lelaki bermata biru berjalan sigap mengitari separuh badan mobil, lalu membuka pintu dan duduk di kursi penumpang bagian belakang.      

Mobil tersebut merayap, sejalan dengan lelaki bermata biru yang mencari keberadaan anak buahnya. Ia menolehkan kepalanya, mencoba menemukan para ajudan yang keluar ballroom lebih awal, berharap salah satu dari mereka bisa tertangkap mata.     

Akan tetapi, tak satu pun terlihat dari jalur mobil yang bergerak menuju pintu gerbang yang menyatukan mobil tersebut dengan lalu-lalang kendaraan lain pada jalan raya ibu kota.     

[Pradita.. kamu sudah sampai?..] Mahendra nampak sibuk membuat panggilan yang di tujukan kepada seorang pimpinan divisi lantai D, yang seharusnya menjadi bagian dari plan B ketika semuanya menjadi kacau tak sesuai dengan rencana awal.      

[Tenang Presdir, kami hampir sampai] suara Pradita terdengar dari ujung sana.     

[Jangan khawatir, Aku melihat Raka sedang berpesta] tambahan kalimat Pradita membuat Mahendra lega.     

[Sayang sekali, kami masih kehilangan Jav] Pradita mengabsen satu persatu anak buah Raka, yang harusnya masih berada di titik yang sama. seputaran gedung.     

[Jav mengantar seseorang ke rumah sakit] konfirmasi Mahendra atas hilangnya Jav.     

[Oh begitu rupanya]      

[Anantha?, Surya? dan Herry?? di dalam ballroom. Selama mereka masih berada di dalam sana, mereka dalam kondisi aman. Tetapi aku tidak yakin ketika mereka nanti keluar]      

[Baik.. timku sudah komunikasi dengan Herry] Pradita sedang berada di dalam mobil Van.      

Lelaki Ini mengamati gerakan titik merah di aplikasi khusus, yang terpasang pada smartphone masing-masing anggota Djoyo Makmur Group. Dengan begitu, ia bisa mengendalikan keberadaan mereka lewat titik-titik tersebut.     

[Dia? akan pergi kemana?] Pradita mengamati notah merah dari 2 orang Djoyo Makmur Grup menjauhi gedung, keluar menuju jalanan, tapi itu bukan Mahendra.     

Tentu saja pimpinan tersebut tidak mau di sabotase keberadaannya. Mahendra memprioritaskan privasi nya dan tidak ada yang bisa melawan -Keberadaan Mahendra satu-satunya yang tidak di wakili notah- Bahkan ketika pradita berdebat sengit terkait datangnya mahendra ke pesta Tarantula butuh teridentivikasi peralatan Pradita.     

[Siapa yang kau cari?] tanya Mahendra.     

[Dua orang menuju jalanan, entah siapa mereka? Rolland??] Pradita kemudian berpamitan untuk fokus mencari tahu perginya dua anggota yang menjauh dari gedung berlangsungnya pesta Tarantula.     

Orang-orang yang berada di dalam ballroom, herry dan yang lain serta yang berada di sisi luar -Raka termasuk Wisnu serta tawanannya- sudah mendapatkan bantuan tim pria berkaca mata tersebut. Saat ini konsentrasi utama Pradita adalah berusaha mencari Rolland beserta seorang lainnya yang hilang. Notah mereka kian lama kian menjauh.     

.     

.     

"Hendra sudahlah.. minum dulu," mobil yang membawa mahendra terus melaju. Lelaki bermata biru bahkan tidak sadar detik ini ia sudah berada di mana.     

Lelaki tersebut menerima botol minuman sambil memperhatikan jalanan di luar,     

"Kita sampai mana? "     

"Em.. rumah induk masih jauh" jawab perempuan tersebut.     

"Antarkan aku ke tempat istriku," pinta Mahendra.     

Perempuan yang di ajak bicara Mahendra mengerutkan keningnya, " Em, Hendra.. jangan minum botol itu.."     

"Why??"     

"Sepertinya bekas ku, cobalah yang ini" sang perempuan menarik mundur botol air mineral yang dipegang cucu Wiryo, kemudian menggantikannya dengan minuman lain.     

Botol minuman berupa tumblr, di mana isinya air mineral yang mengandung rasa sedikit aneh, rasa masam pahit, ketika di minum oleh Mahendra.     

"Infus water ku, belum aku minum.. kau suka?" tanya perempuan tersebut     

"Entahlah.. tapi sepertinya minuman ini bukan rasa buah atau sayuran,"     

"Hehe.. rahasia.." dia sempat tertawa, serta mengumbar senyuman untuk mahendra. Sebelum akhirnya pria bermata biru mengatupkan kedua kelopak matanya.      

Mahendra tertidur pulas.      

.     

.     

"Istirahat yang nyenyak sayang," tangan perempuan mengelus rambut kecoklatan lelaki yang tertidur pulas di sampingnya.     

"Anda ingin mobil ini menuju ke arah mana bos?" tanya perempuan di balik kemudi.     

"Em.. sesuai rencana.."     

"Kembali ke gedung tadi?" Pengemudi mobil memastikan.     

"Iya.. kemana lagi.. tempat itu paling bisa mendatangkan keberuntunganku.." kalimat perempuan tersebut sangat implisit.      

Pengemudi yang di depan menatap dua orang di belakang melalui kaca spion. Kalimat yang di usung perempuan di bangku penumpang, seperti simbol kode yang sulit di pecahkan. entah apa muanya si bos.     

"Berputarlah.. " perintah perempuan yang kini duduknya merapat pada tubuh terlelap. "Dia sangat tampan.. bagaimana menurutmu?".     

Yang di depan hanya mengangguk ringan.      

"Sayang sekali dia tidak pernah memberiku kesempatan.. aku hanya butuh sedikit belas kasihan.. tapi dia selalu saja mengatakan hal yang sama tiap saat, berulang-ulang.. istriku begini, istriku begitu. Aku menahan bosan tiap mendengarnya" perempuan yang sedang bicara mendekap tubuh terlelap.      

"Apa digedung tadi ada yang siap membantu anda?" _aku tak sanggup membopong tubuh besar itu_ pengemudi membuat pertanyaan mendasar.      

"Tentu saja.. mana mungkin aku bisa membawa tubuh sebesar ini sendirian.." lagi, dan lagi, perempuan yang sedang bicara membuat sentuhan jemari di permukaan wajah lelaki dengan mata biru yang tersembunyi. "Dia.. Tampan sekali.."     

"Siapa yang membantu anda? Apakah laki-laki yang sama? Yang selama ini… selalu mengikuti permintaan anda?"      

"Kenapa kamu selalu saja penasaran??"     

"Aku hanya takut Anda ketahuan.." jawab pengemudi mobil.     

"Ah' kau masih terbelenggu oleh bayang-bayang gelap tindakanmu?? He.. hehe.."     

Tawa perempuan di bangku belakang membungkam pengemudi mobil yang kini kian dekat dengan gedung bertingkat. Gedung yang menjadi tujuan mereka.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.