Ciuman Pertama Aruna

III-123. Aktor Televisi



III-123. Aktor Televisi

0"Hai, hai.. walaupun kakiku hanya satu saja yang leluasa bergerak, aku ini punya sertifikat sabuk tertinggi dalam pencak silat, kau tidak boleh meremehkan ku," Kiki tidak peduli, dia berjalan menuju pintu saat kedua adiknya bersiap sedia hendak lari dengan berdiri di belakang punggung perempuan rambut hitam lebat tersebut. Giliran pintu terbuka, seluruh mata penghuninya sama terbukanya, menyala dan ternganga.     
0

Baik dua anak berseragam sekolah, Thomas yang tengah duduk di meja masih dengan sendoknya, Maupun bapak yang tengah memanggul tongkat bantu jalan milik Thomas terlebih gadis berdaster longgar alias si pembuka pintu.     

Mereka membeku.     

Untuk ke sekian detik, seluruh penghuni rumah tidak habis pikir yang datang ke rumah sederhana di bantaran sungai ini bukan sekedar para preman alias berandal-an yang akan merampas motor Kiki. di mana Kiki berharap bisa membuat mereka mempertanggungjawabkan kekacauan yang mereka lakukan sehari sebelumnya. Terkait diporak-porandakan nya perabotan rumah sederhana tersebut.     

Saat ini yang datang lebih dari cukup untuk membuat mereka tertegun. Bahkan Pak RT pun ada di antara gelombang gerombolan para warga kampung.     

Melihat anak perempuannya tak berkutik. Bapak maju ke depan, diletakkannya penyangga ketiak milik Thomas yang dari tadi ia dekap.     

"Ada apa ya pak?" para preman yang ingin merampas motor Kiki berada di belakang, berdiri senyam-senyum di ujung sana, termasuk Sasono yang awalnya ingin Kiki mintai pertanggungjawaban.     

"Riki, Laila, berangkat sekolah dulu," pada sela-sela kalimat Bapak membuka obrolan dengan pak RT, bapak maju ke depan menghadapi gerombolan warga kampung. Kiki membisikkan permintaannya kepada 2 adiknya.     

Wajah Laila dan Riki tentu saja terlihat khawatir, dengan enggan mereka berjalan menembus keramaian, masih diiringi Tatapan orang-orang yang sedang menggaung kan obralan samar-samar seperti lebah marah. Laila dan Riki meninggalkan rumahnya. Menaiki sepeda berangkat ke sekolah.     

"Kami dan warga kampung baru mendapatkan info, bapak menyembunyikan lelaki di rumah ini, dan membiarkan anak perempuan bapak keluyuran tak pulang beberapa hari di bawa lelaki asing tersebut. Setahu saya pak imam belum laporan pada saya tentang penghuni rumah baru," Thomas yang mendengar kalimat pak RT untuk bapak di hadapan warga yang memadati teras rumah, bergegas meraih alat bantu jalannya.     

Dia perlahan-lahan menuju pintu yang di tengah-tengahnya menyajikan gadis galak membuat kerutan wajah.     

Bapak sendiri tertangkap tidak bisa memberi jawaban memuaskan: "E.. itu, aku, jadi kami memang ada penghuni baru, saya Cuma lupa.. e.." kalimat bapak terbata-bata, selain jarang bicara, lelaki yang usianya menginjak kepala 5 tersebut tampaknya memang tak terbiasa bicara di hadapan banyak orang seperti saat ini.     

Kiki sendiri terlihat bingung mau berkata apa, memang kenyataannya mereka menyembunyikan lelaki di dalam rumah, dan benar adanya anak perempuannya menghilang dua hari bersama lelaki asing bernama Thomas. Pasti Sasono serta orang-orangnya -yang kini tersenyum jahat kepada Kiki-, memanfaatkan keadaan yang ia ketahui untuk menghasut warga kampung bantaran sungai dan pak RT.     

"Apa yang anda maksud, saya?" mata orang-orang langsung tertuju pada Thomas. Lelaki tinggi tegap, rambutnya panjang terikat ke belakang serta rambut-rambut halusnya di seputar dagu yang menggoda ibu-ibu. Mengusung segala sesuatu serba tebal, alias alisnya tebal, bulu matanya lentik, bahkan bibirnya merah tebal.     

Beberapa ibu-ibu yang tadinya berisik menggunjing ria sambil menatap jahat Kiki, detik ini mereka terbungkam diam.     

"Oh, jadi lelaki ini yang di ceritakan Sasono, benar Sasono?" preman kampung, sekaligus pemilik simpan pinjam lokal.     

Simpan pinjam satu-satunya tidak ada pilihan lain, tagline-nya: simpan pinjam Sasono, solusi kebutuhan neko-neko (aneh-aneh atau macam-macam).     

Bedanya kali ini Sasono ialah lelaki sering kali mengganggu Kiki, entah dengan mendatangi rumah sambil memberikan berbagai macam ancaman atau berlama-lama nongkrong di pos kampling desa, Tujuannya tidak lain supaya bisa melihat kepulangan Kiki dari tempat kerja lalu mengusik perjalanan Kiki. Sejujurnya Kiki pernah mendapatkan pernyataan cinta Sasono dan yang terjadi adalah si pria paling kaya di kampung bantaran sungai ini mendapat penolakan mentah-mentah dari Kiki.     

Sasono maju ke depan, memicingkan mata pada Thomas yang sedang mengumbar senyuman ramah, "sepertinya ia pak," bisiknya pada pak RT sambil menutup percakapan tersebut menggunakan telapak tangan kanan demi menghalangi tertangkapnya bibir Sasono bertemu telinga pak RT. Uniknya suaranya masih bisa di dengar yang lain.     

Alis Thomas mengerut, pria yang kata ibu-ibu kampung mirip pemain Arjuna pada serial drama asal tanah Hindustan -yang akhir-akhir ini di tayang kan oleh setasiun TV swasta- tertangkap kurang suka pada Sasono. Tanpa mengkonfirmasi -pun, Thomas tahu pria dengan celana jeans berantai tersebut biang kerok kegaduhan warga kampung.     

Thomas mengayunkan tangannya memanggil Kiki, Kiki sempat terkejut, akan tapi tidak ada pilihan lain selain menuruti permintaan lelaki berambut sebahu tersebut. Ternyata Thomas menyerahkan tongkatnya.     

Sedangkan pria itu malah memilih duduk di kursi kayu memanjang yang tersaji di teras rumah Kiki. Kursi kayu itu di tepuk Thomas, "jika pak RT berkenan berbicara dengan saya, silakan duduk dulu pak," Thomas tersenyum ramah pada pak RT. Bapak Kiki masih membeku, gemetar oleh tatapan warga kampung, sungguh ber-kebalik-kan dengan ekspresi wajah Thomas yang tampak tenang tanpa kecemasan.     

"Sayang, buatkan kopi untuk pak RT, oh iya kalau aku seperti biasa -Teh hangat, kau tahu -kan.. aku tak suka kopi," mata Kiki membulat lebar mendengarkan ujaran Thomas.     

_Sayang?? Apa maksud Thomas?_ sekian detik Kiki linglung. Sampai ia menyadari Thomas mungkin sedang memainkan peran supaya terhindar dari amukan warga.     

Kiki buru-buru pergi menuju dapur.     

Di sisi lain kasak-kusuk warga yang tadinya diiringi gelombang emosi seakan-akan bakal membakar rumah Kiki. Sekarang lebih damai suasananya.     

Namun, beberapa dari mereka tampak bingung, warga yang rumahnya tergolong paling sederhana menyimpan lelaki yang parasnya mirip aktor televisi. Lebih parah lagi, warga kampung mereka yang terkenal sebagai perempuan ketus sekaligus Malang, sebab harus menjadi tulang punggung keluarga dari usia muda, tiba-tiba mendapatkan panggilan sayang oleh aktor yang dia sembunyikan di dalam rumah sederhananya.     

Kasak-kusuk yang kini terdengar cenderung membicarakan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi antara si Kiki, gadis galak anak Pak imam dengan lelaki tampan yang kakinya terlihat pincang sebelah.     

Ketika Kiki kembali dari dapur membawa dua gelas berisi kan kopi dan teh. Beberapa warga kampung memilih mundur, terutama warga laki-lakinya. Sedangkan yang perempuan masih curi pandang kepada Thomas.     

Thomas Kini terlihat akrab, ngobrol ke sana kemari bersama Pak RT. Kiki sejujurnya sedang mencari-cari. Apa yang terjadi? Mengapa jadi berbalik seperti ini?.     

Kiki saja yang tak tahu, Thomas ialah ahli negosiasi dari perusahaan multinasional. Kemampuannya bernegosiasi mengakibatkan orang-orang pada dunia yang saat ini ia tinggalkan kebingungan.     

"Jadi sebenarnya anda sudah punya ikatan dengan nak Kiki," sapa pak RT.     

"Kalau begitu aku mau ambil motor!!" Sasono mengganggu percakapan Thomas dan pak RT, termasuk mengganggu Kiki yang sedang mencuri dengar sambil merundukkan tubuhnya, meletakkan Kopi pak RT.     

Bapak? Ke mana bapak? Kiki tidak tahu bapaknya bersembunyi di balik jendela yang sebenarnya merupakan background tempat Pak RT dan Thomas saling bertukar kata. Bapak menempelkan telinganya di dekat celah jendela. Bapak penasaran rayuan model apa yang dilakukan Thomas sehingga warga kampung perlahan pergi satu persatu.     

Sejujurnya Bapak lebih penasaran terhadap kebohongan yang kini sedang dirajut Thomas. Bapak yakin tadi dia mendengar kata 'nikah'     

"Ambil! Ambil sana, dan jangan ganggu istriku, apa lagi keluargaku," Thomas mengusir serta membungkam Sasono, "oh ya, kuncinya.. biar di ambilkan istriku,"     

Teh yang kini tengah dipegang Kiki, airnya bergoyang-goyang. Tangan perempuan yang biasanya superior tersebut gemeletuk kan.     

"Is.. ist.. istri??" mata Kiki membulat, air teh pada gelas berkurang seperempat sebab tangan itu tidak mau diam ketika mengusung gerakan meletakkan benda berbahan kaca di atas kursi kayu memanjang.     

Lebih aneh lagi tangan Thomas kedapatan mengelus rambutnya.     

***     

"Tika!" Ratna menatap tajam Tika, tidak diizinkan asisten rumah tangga mengajukan komunikasi secara langsung, terlebih mengajukan pertanyaan lebih dahulu kepada tuan muda Djoyodiningrat.     

"Oh, tak masalah itu ide bagus," Mahendra menyanjung Tika. Gadis itu sempat tersenyum pada Ratna sebagai rasa bangga dipuji tuannya.     

.     

.     

Setelah mommy Gayatri keluar dari kamar, serta ruangan telah bersih. Mahendra mencoba mengimbangi tidur istrinya. Dia berbaring di dekat tubuh Aruna.     

Berulang kali pria itu membuat usapan pada wajah sang istri berharap si perempuan lekas terbangun. Siang perlahan menyapa sore, perempuan terpejam belum makan siang dan belum mandi sore ini.     

Entah mengapa memandikan Aruna menjadi kegiatan yang ia nantikan akhir-akhir ini, terlebih si pria berhajat bisa mengajak istrinya menikmati malam ... ...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.