Ciuman Pertama Aruna

III-169. Out Of The Box



III-169. Out Of The Box

0"gadis mungil benar-benar pergi ke danau?"     
0

"Ya…" Jawab Darko menerawang.     

"lalu apa yang kau lakukan padanya setelah dia sampai ke danau," Leona memburu informasi.     

"aku menunggu," Jawab Darko santai sambil menggigit kue favoritnya.     

"hanya menunggu?" tanda tanya Leo berbalas geleng-an kepala.     

"lalu,"     

"dia harus sendirian,"     

"setelah sendiri,"     

"setelah laki-laki tinggi dengan mata menyala itu pergi aku buat gadis mungil mengikutiku," ucap Darko.     

"caranya?"     

"Em.. aku tidak boleh cerita caranya kepada siapa pun itu rahasia kita berdua," lagi-lagi Darko kebingungan membedakan Leo dengan Nana.     

"Darko ceritakan segala yang kamu lakukan selama memainkan game pemburu, please!" Darko mengerutkan keningnya.     

"kata nona, siapapun yang bertanya, bahkan kalaupun Anda bertanya, kita tidak boleh saling menceritakan. Strategi game pemburu hanya.. e.." dia yang bicara menggigit kue, "hanya satu kali diceritakan, harus konsentrasi dan harus berhasil atau aku sendiri tumbalnya," Darko masih bisa menjilat mumur brownies yang menempel di tangannya.     

Deg'     

Nafas Leona tersekat mendengarkan narasi Darko.     

"Aku ingin dibelikan lagi nona," Darko yang kosong menginginkan kue, tak memahami isi ceritanya bukan sesuatu yang biasa. Lelaki yang tidak mengenali dirinya, terlebih lagi keadaan yang tengah dia hadapi. Darko masih bisa menceritakan sesuatu yang mencekam sambil memasang wajah datar.     

"Darko ikut aku," Leona bangkit, merelakan duduknya. "aku akan mandi dan ganti baju," ujar Leo merapikan bekas makan Darko, "kamu, ganti baju juga, gunakan lengan panjang dan celana panjang, di luar masih mendung, kalau perlu kau sebaiknya mengenakan jaket,"     

"nona mengajakku beli kue manis?" polosnya Darko berdiri mengikuti perintah Leo.     

"aku akan membelikanmu brownies yang banyak, banyak sekali. Maka dari itu segera ganti bajumu dan ikut aku," Darko mengangguk-ngangguk.     

Seiring langkah Leo memasukkan sampah bekas pembungkus kue. Leo menyadari Hal pertama yang harus ia lakukan terhadap Darko. Darko sebaiknya mengetahui perbedaan dirinya dan kakaknya. Langkah kedua barulah ia menemui teman-temannya atau lebih tepatnya mantan anak buahnya di lantai D yang kemungkinan masih bisa bekerjasama dengan dirinya untuk mengembalikan boneka hidup ini ke dalam ingatan dan kehidupannya semula.     

Darko harus secepatnya lepas dari tahanan nyata yang tidak ia sadari. Sehingga ia lebih mudah menceritakan kronologi tentang game pemburu.     

Bersama rasa kecurigaan yang membumbung tinggi, membuncah di dada Leo. Perempuan ini lekas berlari menuju lantai dua. Masuk ke dalam kamarnya dan bergegas membersihkan dirinya. Leo belum mandi sejak pagi. Kegilaannya atas terisolasinya Thomas, membuatnya lupa cara bangkit paling utama adalah mencari solusi, bukannya pasrah.     

***     

"rumah Leo dihuni seorang lelaki, Nana kadang-kadang mengunjunginya, tanpa melakukan pengamatan pun, aku sudah tahu," Raka bercerita melalui pesawat telepon. Vian memahami kluster Raka tidak jauh dari keberadaan kluster Leo tinggal bersama Nana yang pada akhirnya di biarkan tak berpenghuni. sebab Nana memilih tinggal di rumah induk menjadi asisten pribadi pewaris tunggal Djoyodiningrat.     

"kau tahu siapa laki-laki yang tinggal di kluster Leo?" tanya Vian.     

"nah, itu yang aku tidak tahu, dulu seingatku dia pasien Leo," jawab Raka.     

"baik, aku minta bantuan, tolong cari tahu siapa lelaki asing yang tinggal kluster Leo,"     

"oke serahkan pada timku," balas Raka sebelum akhirnya menutup komunikasi mereka.     

***     

Tidak ada tepuk tangan yang meriah, tidak pulang jabat tangan tanda kemenangan yang biasa ditunjukkan kepada para presentator tatkala meraih keberhasilan.     

Senyum Anantha mengembang, ia sadar, presentasinya kali ini bukanlah presentasi yang tergolong buruk. Buktinya manusia-manusia di depannya tengah terpana. Terutama sekelompok anak muda yang kelihatannya kepincut dengan apa yang ia paparkan.     

"Well, aku persilahkan kepada semua yang berada di sini menuangkan pertanyaan, kalau perlu pertanyaan yang paling tajam dan janggal, sehingga ide yang dipaparkan kak Anantha bisa ter patahkan," salah satu cara menguji sebuah resep dasar lebih tepatnya konsep -layak dijalankan atau tidak- ialah menghujaninya pertanyaan dari segala sisi sehingga munculnya jawaban yang memperkukuh konsep baru tersebut.     

Seseorang yang menjadi moderator antara persentator dengan audiens kali ini ialah Mahendra sendiri.     

"andaikan ada perusahaan yang menjual produk sejenis surat ajaib, dengan konsep serupa surat ajaib, Apa yang mengakibatkan kita lebih unggul dibandingkan pesaing. sampai kakak berpikir surat ajaib bisa go nasional?" Aruna tidak mengatakan global. Diterima pasar nasional saja sudah amat luar biasa. Walaupun konsep yang ditawarkan kakaknya lebih dari hadir di pasar nasional.     

"custom dan original, beberapa hal dijual secara limited edition, yang berikutnya mungkin 3 orang di sini lebih bisa bercerita daripada aku," maksud monolog Anantha, Mahendra Surya bahkan Aditya lebih bisa menjelaskan hal-hal terkait membangun brand, menempatkan positioning produk maupun melihat segmentasi pasar. Semua itu di luar kapasitas Anantha untuk menjelaskannya.     

Dibalik diskusi hangat antara kakak dan adiknya, ada pria yang berbangga mendengarkan pertanyaan istrinya. Mahendra sadar sejak awal, sejak ia mendapati sebuah pintu yang berbunyi aneh ketika dibuka, Tentu saja itu pintu outlet surat ajaib yang memperdengarkan suara perempuan menyapa, 'selamat datang, tunggu sebentar, kami segera melayani anda,' kemudian etalasenya menyajikan pernak-pernik yang ditata seadanya akan tetapi menarik. Walaupun jelas bagi Mahendra cara mereka menyajikan produk Sangat kacau, tanpa konsep sama sekali.     

Hendra tahu istrinya berbakat, tidak banyak gadis berusia 20 tahun menjadi leader sekelompok anak muda serta menggerakkan kumpulan ibu-ibu dari kalangan kurang mampu dengan diberdayakan bersama start up nya.     

"Apa kak Anantha pernah menangani produk custom sebelumnya?" ini suara Dea. Dea tahu betul bagaimana sulitnya memenuhi keinginan konsumen dengan sistem custom. Ada saja yang kurang benar, padahal sudah dikerjakan sesuai permintaan.     

"bagaimana proses pembayarannya? Ketika kita menawarkan custom, tidak mungkin pembayaran terjadi di akhir, risiko terlalu tinggi, konsumen yang merasa tak puas, bisa memicu mereka tidak membayar pesanannya sama sekali," Lily paling bertanggung jawab kalau sudah ngomongin uang.     

"sebentar-sebentar, kalau pertanyaannya bertubi-tubi seperti ini aku sendiri bingung menjawabnya dari mana," tampaknya Anantha kewalahan.     

Berawal dari kumpulan pertanyaan dari kepala tim surat ajaib, terasa waktu berjalan begitu cepat mengiringi diskusi hangat. Matahari yang menghilang pun hampir tak terasa. Dan mereka puas setelah seluruh tanda tanya di kepala terjawab. Bahkan diskusi ini akhirnya memberikan ide terbaru untuk memutakhirkan marketplace yang sedang dikerjakan Anantha.     

Marketplace custom pertama, menjadi pergeseran dari marketplace yang awalnya hanya ditujukan untuk menunjang surat ajaib. Setiap orang yang telah ter verifikasi produk dan brand nya diizinkan untuk bergabung dalam marketplace berlogo paus biru melompat ke udara. Dan marketplace tersebut diberi nama miracle waves.     

Sekali lagi, terjadi eksponensial konsep, "ini yang paling aku suka ketika berdiskusi dengan anak-anak muda, pikiran mereka benar-benar fresh, liar, yang utama out of the box," ujar Mahendra kepada Surya mengawali caranya menyeruput teh hangat yang disajikan Aruna.     

Beranda yang menyajikan sofa-sofa nyaman tersebut disulap sebagai ruang prasmanan yang salah satu sisinya menyajikan hidangan makan sore menuju malam.     

"istri-istri kita dan teman-temannya cukup berbakat, sayangnya, aku pun terdoktrin oleh cara berpikirmu," dua sahabat yang saat ini mengamati anak-anak muda jalan-jalan ringan di luar beranda, melepas alas kaki, menapaki rerumputan sambil berputar ke sana kemari, atau lebih tepatnya mengiringi perempuan hamil yang lelah duduk lama.     

"tunggu tunggu, kamu bilang apa barusan? Doktrin? Doktrin macam apa yang aku ajarkan padamu?" Mahendra geleng-geleng kepala mendengar ucapan Surya.     

"tentang kau yang berusaha mengurung istrimu,"     

"Hah' haha," Mahendra malah tertawa mendengar ucapan Surya.     

"Jadi apa yang mengontaminasi otakmu?" kembali Hendra bertanya pada Surya.     

"Dulu, aku menganggapmu kejam, dengan tidak mengizinkan nona beraktivitas wajar, mengembangkan potensinya,"     

" itu caraku melindungi istriku," Hendra memprotes pernyataan Surya.     

"jangan marah, karena sekarang, aku pun sejenis denganmu,"     

"Maksudnya? Kau juga ingin mengurung Dea?" suara tawa Mahendra tidak bisa ia kendalikan. Seseorang yang risi dengan perilakunya, kini meniru kelakuannya.     

"sekarang aku menganggap perilakumu wajar, " wajah datar Surya menyesali perubahan sikapnya yang ujung-ujungnya mirip Mahendra, "ternyata, setelah kita punya istri, kadang kala kita mengharapkan mereka tinggal saja di rumah, mengurus anak-anak kita," Mahendra mengangguk ringan. Pandangannya terbang pada perempuan yang detik ini perutnya di raba teman-temannya.     

"Aruna, bagaimana rasanya? (hamil)"     

***     

"Darko cepat keluar aku sudah siap," Leo berseru.     

"Darko.. Darko.." berjalan mendekati kamar Darko, pintu kamar terbuka dan … ...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.