Ciuman Pertama Aruna

III-184. Kencan Pertama



III-184. Kencan Pertama

0Matahari sudah lengser tenggelam di ufuk barat, menyuguhkan lampu yang perlahan menerangi malam. Sama seperti lampu-lampu taman bermain yang letaknya tidak jauh dari apartemen perempuan bernama Nabila. Gadis pendiam yang ingin Anantha temui malam ini.      
0

Seorang laki-laki yang baru pertama kali membeli buket bunga. Malu-malu mengamati benda di tangannya. "Ih' apa benda seperti ini bermanfaat?" kalimat tanya berikut sudah berulang kali Anantha lontarkan kepada dirinya sendiri.      

Bunga segar di dalam analogi Anantha merupakan jenis benda yang nilai penurunannya sangat cepat, sebab hanya memiliki masa berlaku 2 hari saja, selebihnya bakal kadaluarsa.      

Anantha mengangkat buket bunga warna pink lebih dekat ke wajahnya, "Haaah! Mahal sekali kau.." ia menggerutu dan mengutuk buket bunga yang harganya setara dengan 3 kali makan di resto untuk 2 porsi. Buket bunga dari mawar asli tersebut harganya melebihi Rp. 500.000 itupun harga promo. Parahnya buket bunga ini dibeli bukan karena keinginan Anantha tapi atas dasar desakan Aliana.      

Jadi, secara tidak langsung kencannya hari ini hampir sepenuhnya dimodali Aliana. Dan tentu saja sebagai seorang kakak, Anantha punya integritas yang tidak boleh ia langgar. Semua pemberian adiknya adalah hutang. Wajib dibayar, walaupun detik ini statusnya masih ngebon. Pemuda tapi sudah tak muda ini sedang menunggu gaji turun dari perusahaan adik iparnya. Uang muka dari adik iparnya habis lebih cepat dari dugaan. Maklum dia harus menggaji teman-teman alias karyawan yang masih percaya pada dirinya. bekerja kepada nya dengan keadaan seada-adanya, syukur-syukur bulan ini Anantha bisa membayar mereka dengan pendapatan sesuai aturan Upah Minimum Pegawai.      

"huuuh.. mengenaskan sekali nasibku," Anantha duduk di ayunan anak-anak, sambil memeluk bunga, laki-laki ini geli sendiri menyadari keadaannya kini yang lebih banyak bergantung kepada adik-adiknya.      

"Kak Anantha..," ada suara riang perempuan, Nabila berlari kearah Anantha. Si Inferior tak lagi malu-malu, dia berani juga menunjukkan ekspresi bahagia. Setelah cukup lama Anantha terlalu sibuk dengan dirinya sendiri demi mempersiapkan tantangan perusahaan Joyo Makmur Group. tak lain adalah mulai dari awal membangun perusahaan Digital yang dulu pernah ia miliki.     

Ada yang berbeda dari Nabila, gadis tersebut -entah bagaimana- pipinya lebih tirus dan bulu matanya lebih panjang. Anantha Mengerutkan keningnya.      

"apa mataku terlalu banyak mengamati rumus coding? Kenapa aku merasa kamu serasa jauh lebih cantik?" pertanyaan ini bukan rayuan. Otak Anantha tidak terkoneksi dengan hal-hal semacam itu. Artinya dia benar-benar bertanya, sebab gadis pemalunya, jujur nampak amat cantik malam ini. Dia terlihat lebih segar dan ada beberapa tampilan jauh dari kesan sebelum-sebelumnya.     

"hehee.." Nabila tersenyum malu-malu. Sungguh sedang tersipu malu. Pikiran Nabila sama seperti gadis-gadis pada umumnya. Bahwa Anantha sedang merayunya. Kenyataannya pria itu benar-benar tidak tahu apa-apa, Anantha sungguhan mengajukan pertanyaan.      

telunjuk Anantha menyentuh pipi kanan Nabila, Anantha penasaran. Dan gadis tersebut tentu saja kian memerah. Anantha juga mendekatkan wajahnya. Sampai-sampai jantung Nabila berdetak hebat, hampir tak bisa bernafas.     

"Oh.. kamu menggunakan make up ya?" dasar Anantha dia terlalu jujur, tampak kolot dan malah aneh jadinya. Harusnya laki-laki memuji, si Anantha secara percaya diri membuat pertanyaan tabu dengan mengatakan pada perempuannya tentang Make up yang digunakan.      

"Huuuh," Nabila hanya bisa menghela nafas. Apalah daya, Anantha pria yang berkomunikasinya dengan bicara apa adanya, terlalu apa adanya kadang nggak sadar kalau keterbukaan yang keterlaluan bisa menyinggung orang di sekitarnya.      

Terlebih malam ini, kala sang pacar di ajaknya kencan. itupun kencan pertama Anantha sepanjang hidupnya.     

Nabila yang awalnya malu-malu kucing, detik ini malu sungguhan.      

"Oh iya.. nih," tidak ada kalimat romantis, bunga mahal itu disodorkan begitu saja, seperti menyodorkan berkas pekerjaan.      

Nabila menyambut buket bunga, gadis ini memeluknya, beberapa kali menghisab harumnya bunga mawar warna pink yang serta merta membuat hatinya ikut berbunga-bunga.      

"kau suka?"      

Nabila mengangguk.      

"ternyata bunga ada manfaat," Anantha menggerutu lirih. tak sadar kalimatnya terdengar Nabila.      

.     

.     

"Apa kita sedang menunggu sesuatu kak?" Tanya Nabila yang saat ini duduk di rerumputan yang diberi alas oleh Anantha, gadis tersebut duduk tepat di samping Anantha. Mereka belajar berdekatan. Canggung, bingung serta malu-malu mau keduanya tunjukkan secara bergantian.      

"Hehe.. kamu tidak sabar ya?" Gurau Anantha, "maafkan aku, aku belum bisa membawamu ke tempat-tempat yang layak. Tapi aku yakin kamu tidak akan menyesal ikut aku malam ini," kepala Anantha menoleh ke arah Nabila.      

Mereka pergi ke sebuah tempat di tepian danau, terlihat gelap dan sepi. sejujurnya Nabila sedikit takut, dia tahu Anantha baik akan tetapi semua hal bisa terjadi.      

"Bentar -bentar..  jangan menoleh kebelakang, oke!" ujar Anantha.      

Sudah 30 menit sejak kedatangannya di tempat yang gelap dan banyak nyamuk ini. Nabila hanya diizinkan menghadap ke satu arah yakni mengamati Danau. Dan sekarang Anatha menghilang 5 menit.      

"Kena.. hahaha," lelaki ini menutup kedua mata Nabila dari arah belakang. Nabila sempat terkejut bukan main, tapi menjadi tenang sebab dia mendengar kan suara Anantha yang detik ini meminta Nabila berdiri, berikutnya memandu gadis tersebut berjalan menuju ke sebuah tempat.      

"Sudah selesai belum sih?!" ini suara Anantha. Nabila kian penasaran sebab suasana di sekitarnya terdengar berisik. Ternyata malam ini Anantha dan Nabila tidak hanya berdua. Mungkin ada lebih dari 5 orang selain mereka.      

"Satu dua.." Anantha membuka telapak tangannya yang menempel di pelupuk mata Nabila.      

Mulut Nabila spontan membuka, matanya mengerjap-ngerjapkan, dia begitu senang, Nabila menoleh ke arah Anantha. Menunjukkan ekspresi bahagia nya, "Selamat datang dan salam kenal pacar bos yang mana kita semua sudah kenal," ucap salah satu rekan kak Anantha, rekan kerja yang ngantor di lantai atas. Sisa karyawan kak Anantha yang masih setia. Berjumlah tujuh orang.      

"Capek oi.. 30 menit nyiapin kayak gini, Mending gue tidur sama bini gue di rumah," ada lagi yang berceloteh ringan.      

"Emang kamu punya bini,"      

"Ada.. dong,"      

"Jangan ngigau,"      

"Kucing ku namanya bini,"      

Teman-teman Anantha yang kesemuanya lelaki banyak bercanda, bahkan ada yang saling pukul tak jelas.      

"Sudah-sudah! Nyalakan lampunya!" mendengar perintah Anantha, salah seorang dari mereka mendekati alat berbentuk kotak. Dan betapa terkejutnya Nabila, lampu kerlap-kerlip berbagai warna berserakan indah mengelilingi tiap-tiap tenda yang didirikan termasuk dahan pepohonan yang ada di atas tenda.     

Sebelumnya Nabila hanya meraba-raba, karena gelap, cuma bermodal cahaya bulan.  dia sekedar melihat gundukan gundukan tenda.      

Ternyata setelah lampu kerlap-kerlip menawan yang di tata menjulur ke sana ke mari tersebut menyala, alhasil suasana terang membuat segalanya lebih terlihat. Kak Anantha dan teman-temannya ternyata sedang berkemah, dan Nabila menjadi tamu mereka yang sekalian diberi kejutan.      

Mereka mulai nyalakan api unggun, menyiapkan sajian barbeque, serta makanan-makanan ringan  khas laki-laki.      

"Nabila.. sekali lagi maafkan aku, kencan pertama kita sebenarnya workshop kantor ala kadarnya," ungkapan Anantha diliputi ekspresi resah, takut-takut Nabila bakal ilfil kepadanya.      

"Kenapa minta maaf, aku senang sekali.." ujar Nabila yang spontan menampakkan senyum sumringah nya.      

"Beneran?" pertanyaan Anantha mendapat anggukan ringan.      

"Huuuh, syukur lah.."      

"Tapi ngomong-ngomong -kak, aku nggak bawa baju ganti,"      

"Aku sudah memprediksi hal itu, jadi jangan khawatir, aku sudah menyiapkan baju untukmu," Anantha lagi-lagi mengejutkan lawan bicaranya. Walaupun sering garing, Nabila sangat tersentuh dan perlahan menyadari Anantha punya sisi manis juga.      

"Kakak bawa baju ku?"      

"Bukan bajumu? Aku kan nggak mungkin mencuri di apartemen mu sebelum kesini," padahal maksud Nabila membelikan baju untuknya. Jawaban Anantha cenderung di luar prediksi.      

"Oh' kakak besok bakal meminjamkan baju kakak untukku?" Nabila menebak.      

"Bukan juga.. mana mungkin celana dalam kita sama,"     

"E.. Emm..? Lalu?" disebutkannya celana dalam membuat Nabila gugup seketika.      

"Aku ambil baju Alia.. kalian sama-sama perempuan," santai Anantha menjawab pertanyaan Nabila.      

"A..AP, APA..??"      

***     

"Apakah itu si pemarah?" Pradita mempertanyakan perempuan asing yang dibawa Vian. Fian mengangguk.      

"gadis biasa? Penjaga toko? Dari mana Thomas mengenalnya?"     

"Hush jangan keras-keras. Dia lebih berbahaya daripada yang kamu bayangkan," mendengar kalimat Vian. Pradita mengangguk-angguk.      

.     

Tidak butuh waktu lama kiki keluar mengenakan  baju sesuai permintaan Vian,      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.