Ciuman Pertama Aruna

III-186. Sepotong Permen Coklat



III-186. Sepotong Permen Coklat

0Kiki buru-buru mengangguk, "ya.. maaf.. maafkan aku.." gadis berambut hitam tersebut mendongakkan wajahnya, dia pikir dengan begitu air mata akan kembali masuk ke dalam matanya. Padahal, caranya mendongakkan wajah semakin penampakan kegetiran. Baik dihati Thomas. Bahkan beberapa pria yang mengamati interaksi ruang abu-abu.      
0

Thomas melepas rabaan tangannya dari telapak tangan Kiki, "sejujurnya.. aku tidak suka  kedatangan mu, apalagi menanyakan keadaan ku dalam kondisi seperti ini," Thomas menatap gadis yang kini membasuh pelupuk matanya sendiri.      

"apa daya kamu tak bisa berbuat banyak, mereka sudah berhasil mendesakmu, hingga kau berada di sini," Thomas mengumbar tatapan Lelah, memilukan, dia membuat keadaan antara kiki dan dirinya kian demikian canggung.      

"Aku minta.." kata yang niatnya untuk minta maaf tersebut hadir dari dua orang sekaligus. Keduanya sama-sama minta maaf pada hal yang sejujurnya tak di mengerti satu sama lain.      

"Aku tak suka kau minta maaf," tukas Thomas, "aku yang harusnya minta maaf sebab dirimu diseret hingga sampai ruangan ini,"      

"tak masalah Thomas, aku yang menginginkannya," Kihrani berceloteh meyakinkan.      

"Mustahil,"      

"Kenyataannya, demikian yang terjadi," Kiki mengambil nafas banyak-banyak dari udara di sekelilingnya, "aku senang akhirnya aku tahu alasanmu tak pernah membalas pesanku, dan itu amat sangat melegakan. Kau boleh menertawakan ku tapi.. aku benar-benar terganggu melihat chatting ku hanya di read, tampan balasan," kalimat ini berhasil mendorong senyum tipis di bibir Thomas.     

 "Sungguh hal itu sangat menyebalkan!, parah sekali.. orang lain yang membaca pesanku untukmu," suara Kiki yang sedikit berapi cukup menghibur Thomas. Terlebih dia melirik sinis kamera pengamat yang terhubung ke layar monitor, terletak di ruang pengamatan. Kiki mengancam seseorang, di benaknya, pelakunya tak lain ialah Vian.      

_Syukurlah.. dia bukan Delusiku semata_ setelah sekian lama melihat suasana putih pada seputaran ruang tahanannya. Thomas tak bisa memungkiri dia bersyukur hari ini. Baju cerah berpadu rambut hitam lebat kiki benar-benar sempurna untuk ia simpan sebagai amunisi bertahan.      

"Em.. Thomas, aku membawa-," celetukkan kiki menciptakan rasa penasaran. Thomas memperhatikan gadis tersebut mengeluarkan benda dari dalam persembunyiannya. Kiki mengenakan Rok sedikit di bawah lutut dan baju berlengan pendek dengan kerah setengah lingkaran menciptakan wilayah leher yang terbuka.      

Persembunyian Kiki adalah celana di dalam rok cantiknya. bisa di bayangkan betapa terhibur nya Thomas, gadis pemarah tersebut menyingkap santai roknya dan hampir membuat dua lelaki di depan layar monitor ternganga, sayang sekali ujung-ujungnya kecewa.      

Gadis tersebut melengkapi pakaiannya dengan Under rok selutut -ber-saku. Kebiasaan yang sudah diketahui Thomas. Thomas tak terkejut dengan rok tersingkap yang di pertontonkan Kiki, dia lebih terkejut kala gadis ini susah payah membuka permen coklat yang sempat  tergenggam telapak jari-jari perempuan.      

Kiki menyodorkan sepotong permen coklat pada Thomas dan sepotong lagi untuk dirinya sendiri. "aku hanya bisa membawa ini untukmu, -Thomas. Mereka, em.. Vian dan si kaca mata tak mengizinkanku membawa apa pun, jadi yang bisa ku sembunyikan hanya permen ini saja,"      

Thomas mengamati permen coklat di atas telapak tangannya, dia melihat lamat-lamat. "mereka pasti tahu, kamu membawa permen ini,"      

"begitu ya.." Kiki menghentikan gerakan mengunyah permen coklat. Gadis tersebut kedapatan berpikir, Kiki yang tadinya sengaja mengeluarkan permen ini supaya dia bisa menghibur Thomas.      

Tampaknya benda manis tersebut memberikan ide di kepala Kiki, "Thomas, kalau temanmu saja tahu aku menyembunyikan permen di dalam celanaku.. mengapa kau tak percaya mereka juga bisa membantumu," Kiki menganalogikan permen dengan kemampuan teman-teman Thomas mengungkap kasus pembunuhan lelaki yang detik ini menutup matanya.      

Tepat ketika matanya terbuka, pria tersebut mengamati kamera CCTV termasuk alat yang bisa merekam percakapan mereka. Thomas merundukkan tubuhnya, memeriksa sesuatu di bawah meja. Dan ia tidak mendapati apapun, dengan tangan mengepal memendam ekspresi kemarahan. Thomas bangkit menarik tempat duduknya hingga menimbulkan suara berisik.      

Kiki membeku seperti patung es, dia tidak pernah melihat ekspresi Thomas yang ini. Semakin dekat Thomas menggeser tempat duduknya, semakin kuat degup jantung Kiki merasakan rasa takutnya. Thomas sedang serius kali ini.     

Lelaki berambut sebahu tersebut, meletakkan kursinya menghadap kursi Kiki, "kuberitahu padamu Kiki, apa yang membuatku menyimpan kasus ku sendiri,"     

"mereka bilang waktumu kurang 2 hari Thomas,"     

"waktu? 2 hari? maksudnya?" Thomas bertanya-tanya.      

"mereka bilang, dua hari lagi kamu akan berjumpa pimpinan tertinggi, Aku tidak tahu maksudnya, tapi aku yakin pertemuan tersebut pastinya sesuatu yang penting sehingga Vian memohon kepadaku supaya kamu mau mengungkap kasus mu" kalimat ini Kiki ucapkan dengan degup jantung yang belum bisa reda.      

" bagus!, pertemuan tersebut yang aku inginkan," ujar Thomas yang kini duduk di sisi kiri Kiki, menggunakan kursinya yang ia arahkan ke kursi Kiki.      

"Lalu Thomas.. Kenapa kau, huuuh.. aku tidak tahu.. " gadis tersebut berakhir bingung sendiri.      

"aku selalu punya alasan, bahkan aku punya alasan kenapa aku tetap berdiri di dekat lampu merah waktu itu.. waktu kau meninggalkanku di perhentian lampu merah," monolog Thomas berhasil menundukkan wajah Kiki. "aku tahu.. walau kau terlihat kasar dan pemarah, bahkan cenderung keras kepala, kamu tak akan tega meninggalkan ku sendirian." (season III bab Awal)     

"baik, Aku tak akan bertanya lagi, aku percaya, " gadis ini mengangguk, menoleh kan arah pandangannya tertuju pada Thomas.      

Thomas memelankan volume suaranya, "supaya kamu tenang, aku sampaikan sedikit alasanku, mengapa si korban memilih diam," tubuh Thomas menjorok lebih dekat dengan telinga Kiki.      

Dua pria yang menangkap komunikasi Thomas dan Kiki melalui layar monitor perlahan tertangkap geram, "aku akan masuk ruang interogasi," celetuk Vian. Yang kemudian dihentikan oleh Pradita.      

"kita bisa merayu gadis tersebut buka mulut, jangan memperumit keadaan. biarkan saja Kiki mendapatkan informasinya, daripada kita mengganggu percakapan mereka sehingga Thomas tidak mau berbagi dengan siapapun," monolog panjang Pradita berhasil menghentikan emosi yang meletup di dada Vian.      

Sedangkan di ruang abu-abu, seorang pria membisikkan salah satu alasan yang selama ini hanya ia simpan untuk dirinya, "sungguh, aku pernah melakukan kesalahan besar, kemudian untuk menutupi kesalahan itu dengan menciptakan kesalahan yang lebih besar lagi. aku pikir, aku bisa terbebas dari masalah, ternyata aku cuma boneka yang dimainkan seseorang dengan sangat rapi,"     

Kiki menelan saliva, mencoba mencerna kata demi kata yang dirangkai Thomas.      

"lalu apa yang terjadi?"      

"orang yang menjadikanku boneka, membunuhku, sama rapinya dengan caranya mengelabui ku, aku tidak habis pikir perempuan tersebut punya kemampuan sehebat itu demi memuluskan misinya,"      

"perempuan?" betapa terkejutnya kiki mendengarkan narasi panjang Thomas.      

"Ya!" Thomas menegaskan, "masalahnya, perempuan yang aku ceritakan adalah gadis yang baik di mata seluruh lingkaran kehidupan kami, dia Putri angkat kesayangan ayah, dia juga sekretaris terbaik tuan muda,"      

"kalau kamu jujur mungkin teman-teman mu bakal membantumu dan masalahnya bisa jadi akan terungkap," Kiki masih mencoba meyakinkan Thomas.      

"he.. hehe.  Mustahil untuk ku yang tak punya bukti, mereka bakal mengira aku membual, lebih parah lagi. Seandainya aku mengungkapkan sekarang, dan teman-temanku menjalankan misinya sendiri tanpa sepengetahuan presdir, silat lidah perempuan sialan tersebut mampu mengelabui teman-temanku,"      

"apa dia sangat hebat?"     

"tidak, kecuali kemampuannya meyakinkan orang lain, bahwa dia gadis yang baik, hampir mustahil melakukan tindakan ekstrim, terlebih membunuhmu. tak ada orang yang percaya ia bisa melakukan tindakan keparat tersebut. Adiknya saja, Leo, berulang kali menepis kejujuranku,"     

"aku pernah bertemu tipe manusia semacam dia, mereka pandai play victim," Kiki mengingat kenangan masa lalunya, saat-saat dirinya di bully teman-teman sekolahnya, yang berakhir merugikan, Kiki sendiri yang mendapatkan hukuman. Sebab saat ia melaporkan tindakan buruk para pembully. mereka lebih pandai playing victim ketimbang Kiki. Dan Kiki berakhir di hukum dan di kucilkan.      

Kejadian masa sekolahnya yang buruk, membuat perempuan berambut hitam terurai tersebut. Memilih menyembunyikan keindahan rambutnya, lalu sengaja menjadikan dirinya gadis superior yang siap menjambak siapapun yang berani mengganggunya. Cara menjadi tak tersentuh kadang aneh, Kiki dengan sengaja membuat dirinya ditakuti melalui tindakan kasar yang ekstrim serta keberaniannya yang tak tanggung-tanggung.      

"lalu, bagaimana cara meyakinkan pimpinan.. em.. Presdir?" maksud kiki, teman-temannya saja belum tentu percaya dengan dirinya. Bagaimana dengan seseorang yang dipanggil presdir oleh Thomas.     

"Dia pria yang unik.. ...…. "     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.