Ciuman Pertama Aruna

II-47. Merusak Jalan Cerita



II-47. Merusak Jalan Cerita

0_Hemm.. dia semacam agen rahasia ya.._      
0

_Menarik, lihat saja aku pasti akan mengungkap siapa kamu sebenarnya, E-057_      

.       

.      

"Nona jangan turun dulu.. biar saya mencari informasi terlebih dahulu supaya nona aman" laki-laki yang terbukti bahwa dia seorang agen rahasia dengan inisial E-057. Sengaja meninggalkan Aruna di  tempat parkir mobil. Lalu dia berlari masuk ke dalam rumah sakit yang berdasarkan berita menjadi tempat di mana Mahendra dirawat.       

Sayang sekali gadis mungil istri Mahendra tidak tahan untuk menunggu di dalam mobil. Menyusup keluar, mengendap-ngendap berupaya mengetahui di mana keberadaan suaminya.       

Baru saja sampai pada lantai VIP yang dulu sempat menjadi tempatnya dirawat. Kerumunan polisi dan wartawan termasuk para ajudan Mahendra membaur jadi satu.       

Aruna sempat melihat Timi berbicara dengan salah satu ajudan keluarga Djoyodiningrat yang membuat pagar pembatas seolah sedang membentengi sesuatu berharga di belakang sana di balik punggung mereka.       

"Istri tuan muda ingin melihat kondisi suaminya, dia memaksa datang ke tempat ini, dia syok  mendapatkan informasi dari media" Timi berisik kepada salah satu dari mereka yang menjadi pagar pembatas.       

"siapa kau?"      

"E-057"       

Kemudian pria yang bicara dengan timi memeriksa sesuatu di handphonenya seolah mencocokkan identitas yang diserahkan Timi dengan barcode dalam handphone yang dipegang ajudan pagar pembatas yang terlihat angker dengan jas hitam dan semua artibut serba hitam.       

kemudian beberapa orang mendekat kepada Timi, memberitahukan bahwa yang saat ini baru saja selesai operasi dan masih berada di ruang ICU bukanlah CEO Djoyo Makmur group melainkan salah satu cast yang berperan sebagai pengganti tuan muda.       

Mendengar pernyataan tersebut Timi langsung berlari kembali ke tempat parkir mobil untuk segera membawa nona Aruna menjauh dari rumah sakit yang harusnya tidak dia datangi.       

Pesan seniornya andai kedatangan nona Aruna diketahui media massa apalagi oleh Tarantula group. Bisa jadi nona Aruna di jadikan target berikutnya. Pernyataan itu membuat Timi tergesa-gesa dan spontan sok luar biasa ketika mendapati mobil yang dia bawa tadi kosong tanpa penghuni.       

"Siaaal.." ajudan itu memukul pintu mobil hingga berbunyi, karena menyadari sesuatu yang berbahaya bisa saja terjadi.       

"Bep" Pria bernama Tyan Mizan Timur menyentuh bulatan kecil di telinganya.     

"E-057, nona Aruna pergi dari mobil, maafkan saya, saya membuat kesalahan besar, saya lengah" dia membuat laporan yang bisa di dengar oleh seluruh tim.       

"KENAPA KALIAN SEMUA BODOH HARI INI!!" di ujung sana di lantai bawah ada pria yang berteriak kasar mengumpat kepada seluruh anak buahnya.       

"sebutkan ciri-ciri terakhirnya, atau dia mengenakan baju apa?" Raka segera meminta timi menjelaskan atribut terakhir yang dipakai oleh istri tuan muda Djayadiningrat.       

.      

Setelah pencarian yang membuat semua orang dalam kepanikan. Ternyata gadis mungil itu berdiri di depan ruang ICU.      

"kami sudah menemukannya. E-057, segera ke depan ruang ICU dan bawa nona menuju rumah induk"       

"Baik"      

"Nona Aruna ikut saya!" tampang Timi terlihat suram.       

"Aku ingin di sini Timi, aku ingin menemani Hendra walau hanya di luar ruangan"       

_dia juga melakukan hal sama untukku ketika aku sakit_      

"Apa anda tidak sadar hal ini membahayakan diri anda"       

"Bagaimana aku bisa berpikir tentang bahaya, kalau suamiku sedang dalam bahaya" wajah Gadis itu sangat gelisah menatap kaca yang terhambar di depannya. Siapa yang peduli dengan keselamatan diri sendiri ketika orang begitu penting dalam hidupnya sedang dalam kondisi kritis.      

"Yang berada di dalam sana bukan Tuan Hendra" bisik Timi.       

"Maksudmu apa?"      

"Dia adalah case yang menggantikan Tuan Mahendra " ungkapan yang dilontarkan Timi membuat gadis bermata coklat memandangnya dengan wajah bingung.      

" benarkah? Apa kata-katamu bisa aku pegang "      

"tentu saja, sekarang ikut lah saya" Aruna berjalan mengiringi Timi yang melangkah cepat memintanya menyembunyikan diri dari kerumunan.       

Sejalan dengan laju mobil yang semakin cepat, detak jantung gadis di dalamnya juga ikut  teraduk jadi satu. Aruna terus berdoa dan memohon supaya kata-kata Timi benar adanya.       

.      

.      

"Hendra, Apa kau sedang istirahat?" Surya mengetuk pintu kamar yang dihuni pewaris tunggal Djoyodiningrat.       

"Masuklah!" ketika Surya masuk, sekretaris itu mendapati seorang pria yang duduk menatap jendela. Dia ternyata adalah manusia biasa. Manusia yang sedang menenangkan dirinya, matanya sendu dan raut wajahnya gelisah.       

"Apa yang kau pikirkan?" Surya kembali bertanya.       

"Jika terus-terusan seperti ini, kadang aku takut aku tidak berani memiliki orang yang berharga. Aku takut membawa Aruna kembali kepadaku, kau tahu kan dia yang terpenting untukku saat ini" Mahendra bicara masih dengan menatap danau yang ada di luar jendela.       

"Tenanglah selalu ada acara untuk menyelesaikan masalah, aku tahu kau sudah melewati banyak hal. Kali ini pun aku yakin kamu bisa melewatinya" Surya mencoba menenangkan atasan yang sekaligusnya.       

"Kadang aku sungguh tidak suka cara kakek ku menyelesaikan masalah. Sekarang aku merasa pilihannya memisahkan ku dengan Aruna sangat-lah tepat"       

"seandainya dia masih bersamaku, dan tetap kuizinkan menjalankan aktivitas di luar sana. Aku yakin gadis itu masih belum bia di katakan aman, dia selalu dalam bahaya, sama seperti hari hari yang aku lalui"       

"Jadi kau benar-benar ingin melepaskannya?"      

"Entahlah.. namun jika itu terbaik untuknya aku pun mulai berpikir akan merelakannya " Hendra menyerahkan sebuah foto yang dia temukan setelah berselancar dari sosial media milik Danu umar.       

"Aku ingin bertemu anak ini?"       

"Jangan gila kau Hendra?!"      

"Geserlah layarnya" pinta Hendra kepada Surya.     

Dan pria yang juga sahabat Mahendra mendapati sebuah foto kebersamaan Aruna dengan teman-temannya, gadis itu tersenyum cerah.       

Kemudian Hendra mengambil handphone-nya kembali lalu membuka sosial media Aruna. Selanjutnya diserahkan lagi kepada Surya.       

"Aku tidak pernah punya foto seperti itu dengan keluarga Aruna. Kalau pun punya, salah satu dari keluarganya pasti memasang wajah tidak menyenangkan" ucapan Hendra seiring mata Surya menatap layar kameranya,  penampakan kedekatan Damar dengan Aliana dan Aditya. Mereka berempat termasuk aruna makan bersama, terlihat sudah begitu akrab. Tampak bahagia tanpa beban, jauh berbeda ketika Hendra berada di tengah-tengah keluarga Aruna.       

"Aku sempat merenungkan sesuatu yang bodoh, bisa jadi renunganku ini benar. Andai aku tidak hadir dalam kehidupan gadis itu, dia akan tumbuh bahagia cerah dan ceria seperti yang terlihat di foto itu. Aku, hanya bagian yang merusak jalan cerita" ada yang menghela nafas panjang, berat dan menyiksa di dada.       

"Surya, tolong beritahu aku, bahwa renunganku itu salah?" Dia bicara pada nada yang sangat rendah. Jika Surya tidak berkonsentrasi mendengar tiap ungkapan yang di hanturkan Hendra mungkin sekali dia tidak mendengarnya. Mendengar seorang pria untuk pertama kalinya terlihat rapuh.     

"Hen' semua sudah terjadi. Takdir yang digariskan tidak mungkin salah" Surya menguatkan sebisanya.     

"Tapi, kau juga tahu.. tidak ada yang bisa memungkiri, itulah tempat Aruna yang sebenarnya" pria gelisah itu memegang pelapisnya dengan satu tangan. Tangan yang lainnya memegangi dada yang terasa sakit. Gelisahnya sudah sampai tahap akhir, melahat dia yang di cinta tampak bahagia terlepas darinya saja sudah sangat pahit apa lagi keadaannya yang sarat bahaya. Macam apa ini? jutaan orang menginginkan berada di posisinya. Posisi yang tampak luar biasa nyata bukan tempat yang nyaman.     

"Kamu sedang kacau, makanya kata-kata ngelantur. Istirahatlah, jangan terlalu banyak berpikir"       

_aku takut kamu kenapa-napa_  Surya turut dilanda rasa khawatir.     

"tok tok tok" ketukan pintu di luar membuyarkan obrolan dua sahabat.      

"ya, masuk!" Balas Surya. Sekejap berikutnya seorang pelayan rumah induk menundukkan punggungnya sejenak, lalu bangkit menatap dua pria.     

"Tuan, istri anda datang" Ucapnya mengejutkan.     

.      

.     

__________________________      

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/      

Bantu Author mendapatkan Power Stone terbaik ^^      

Gift anda adalah semangat ku untuk berkreasi. Beri aku lebih banyak Semangat!      

Silahkan tinggalkan jejak komentar, aku selalu membacanya.      

Review bintang 5, berupa kalimat lebih aku sukai      

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak      

-->      

(^_^) love you All, intip juga novel saya yang lain [IPK : Inilah Perjanjian Kita, Antara Aku Dan Kamu] dan [YBS: You Are Beauty Selaras]. Dengan gaya menulis berbeda dimasing masing novel.      

INFO : Instagram bluehadyan, fansbase CPA (Hendra, Aruna, Damar)      

Nikmati Cuplikan seru, spoiler dan visualisasi CPA      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.