Ciuman Pertama Aruna

III-43. Peresmian Dream City



III-43. Peresmian Dream City

0"Tanpa DM construction tempat ini tidak akan terwujud, bukan hanya kendala dari berbagai pihak yang amat mengganggu dan hampir menghentikan terwujudnya Dream city, keuangan pun juga Anda bantu. Mulus tanpa ini itu," ungkapan Riswan sungguh dari hati. Dengan mata berbinar-binar mengamati tiap-tiap sisi yang tersaji di sekitarnya. "Dua tahun luar biasa," pekiknya di akhir cara Riswan menatap mata Hendra penuh rasa terima kasih.     
0

Dalam waktu 2 tahun membangun semuanya. Sungguh, tampak di luar nalar. Pada negeri yang konon berjamur kongkalikongnya, apa lagi pada proyek-proyek besar.     

"Anda terlalu berlebih," ungkap Hendra.     

"Sekali lagi saya mewakili DM construction berterima kasih sebesar-besarnya sudah di percaya mewujudkan impian pimpinan daerah yang mengharapkan kenyamanan bagi tiap-tiap lini kehidupan masyarakat," ungkap Hendra mengakhiri pidatonya yang hanya dua kalimat.     

.     

Tiap-tiap pemangku kekuasaan memegang gunting untuk memotong pita merah panjang, tanda di resmikannya bangunan perpustakaan ini dan seluruh kawasan Dream City.     

Lagi-lagi Riswan membuat keputusan unik, dia tak mengizinkan perwakilan wakil Walikota yang kini kedatangannya di simbolkan orang lain, perwakilan wakil Walikota tidak di izinkan pegang gunting.     

Ini kemarahan Riswan, yang secara nyata sedang mengincar wakil walikotanya sendiri. Mantan Arsitek ini juga tidak memperkenankan pimpinan anggota DPRD setempat memegang gunting pengesahan, sebab sering kali merecoki pembangunan Dream City.     

Dengan jenaka Riswan menegurnya, "Orang Kalimantan mengenal Sungai Musi, Jangan lupa bersampan memakai hati, Banyak orang menjual harga diri, Mengemban jabatan haruslah pakai hati," bahkan sarkas Riswan menjadi tawa yang riuh di kalangan awak media.     

Sampai-sampai niat hati pimpinan anggota terhormat di urungkan dan akhirnya tak jadi memegang gunting pengesahan kota impian ini.     

Riswan malah mengambilnya dan menyerahkan Gunting tersebut kepada Mahendra. Padahal mata biru sejak awal cenderung meminggirkan diri di tepi. Mengingat dirinya yang sekarang kurang tertarik dengan keramaian semenjak Hendra tak lagi peduli dengan Personal Brand.     

Riswan menarik tubuh tinggi tegap tersebut dengan gerakan memaksa. Hendra sudah menolak berulang dengan mengangkat ringan tangannya di depan dada.     

Permintaan Riswan tak bisa di tolak, lelaki bermata biru terdorong ke depan sehingga kian terlihat oleh awak media dan ternyata mendapatkan sambutan hangat.     

Blitz kamera menghujani CEO DM grup yang tangannya di raih Riswan untuk memegang gunting.     

---     

Pita merah membentang siap di potong, ketika suasana jadi kian riuh tanda sudah saatnya peresmian di mulai. Seorang fotografer membuat permintaan bahwa posisi tiga orang di depan kurang seimbang, sehingga terlihat kurang manis.     

Para pemegang kamera meminta Camilla bergeser ke tengah dia antara dua pria supaya seimbang, tapi tiba-tiba dari arah belakang Nana tersenyum memegang gunting. Untuk itu Camilla kembali pada posisi semula.     

Sebab, saat pasangan Hendra tampil ke depan. Pengambilan foto tersebut jadi terkesan proporsional, empat orang di mana keduanya menyajikan pasangan masing-masing.     

.     

Akhirnya pita merah tersebut terpotong menjadi lima bagian dan balon-balon pun di terbangkan. Tepuk tangan riuh ramai menyambut keberhasilan sebuah pusat kota yang layak di jadikan contoh berbagai kota.     

Riswan kembali menarik Mahendra agar mengikuti pergerakannya. Walikota tersebut menarik tangan Hendra lalu meletakkannya pada pintu perpustakaan.     

Kemudian meminta mata biru ikut serta mendorong pintu menjulang tinggi tersebut.     

Pintu terbuka lebar tersaji i depanya, sebuah simbol bahwa tempat ini sudah siap di manfaatkan sesuai fungsinya. Handra turut masuk ke dalam menatap hasil kolaborasi Riswan dengan para arsitek DM construction, sangat luar biasa.     

Buku di susun meninggi hingga langit-langit, tertangkap mata Biru Mahendra mendongak ke atas mengamatinya. Di bawahnya terdapat kursi-kursi eksentrik yang layak buat swafoto di segala sisi.     

Ketika matanya bergeser ke sisi lain, semua orang akan mendapati kaca yang menawarkan cahaya alami dari matahari. Jadi, bisa di bayangkan bagaimana SDGs hadir di sini. ketika siang hari tak akan membutuhkan banyak lampu sebab cahaya matahari terpantulkah ke segala sisi ruangan. Yang hasil akhirnya mengurangi konsumsi energi.     

Riswan menemani Hendra berjalan ke berbagai sisi. Hendra tak terkejut dengan apa yang dia lihat kali ini, walaupun orang-orang di sekitarnya terutama para awak media sibuk membuat potret dan membuat laporan. Area unik ini adalah area yang pernah diceritakan Riswan. Terkait ruang baca yang menyenangkan untuk anak muda milenal. Dengan dinding berupa buku-buku tersusun. Serta tempat duduk nyaman seolah di caffe.     

"Oh' kamu menolak berulang-ulang rancangan arsitek DM construction demi gaya nyentrik ini," ungkapan Hendra di sambut kekeh tawa Riswan. Yang kemudian menepuk bangku mengharap Mahendra duduk.     

Duduknya Mahendra diikuti sekretarisnya Anna dan juga Camila. Akan tetapi secara sepihak Mahendra meminta Anna untuk menyingkir, begitu juga dengan hormat pria yang menolak para pemburu berita mendekatinya juga mengharapkan Camilla menyingkir sejenak.     

"Wah, ada apa ini?" Riswan tersenyum melempar ungkapan tanda tanya.     

"Lantai D, sedang bermasalah, kini giliran ku membutuhkan mu," ucap Mahendra.     

"Semoga aku punya waktu,"     

"Aku hanya butuh kau melihat kerusakannya, aku tidak yakin dengan orang lain selain kamu. Sepertinya hanya kamu yang bisa menemukan cara terbaik untuk membangun kembali ruangan yang runtuh tersebut," ungkap Hendra mengurangi kekhawatiran dan mengenang kabar berita dari Andos tadi pagi. Telepon berisikan kepergian salah satu pimpinan Lantai D yang amat penting sepak terjangnya pada bidang manajemen bisnis.     

"Runtuh?? Bagaimana bisa??" mata Riswan melebar tak percaya.     

"iya, dan pelakunya. Kau pasti lebih tak yakin lagi dengan ucapan ku ini,"     

"Siapa pelakunya?" Riswan terlihat sangat penasaran.     

"Thomas," kata Hendra.     

"Thomas?? Thomas tidak pernah bermasalah apa yang terjadi padanya? Apa dia terpengaruh oleh tarantula? Atau dia punya motif tertentu sampai sejauh ini? Atau jangan-jangan di jebak?" Riswan membelalakkan mata tak percaya ucapan Hendra. Walikota ini mengenal baik tiap-tiap penghuni lantai D, lelaki ini pernah bekerja dan hidup bersama mereka.     

"Masalahnya Thomas bunuh diri semalam, jasadnya.. entah sudah di temukan atau belum, semuanya jadi kian rumit, kematiannya kian menyulitkan, tidak ada yang tahu motifnya apa," Hendra tertangkap letih dan tentu saja was-was, semenjak mendapati kabar kematian Thomas.     

Padahal Hendra belum melihat kenyataan yang kini terjadi di lantai D. Andos mengumpulkan semuanya. Tak terkecuali yang menyusup di tiap lini Tarantula atau dalam tugas penting lainnya.     

Kakeknya hadir memimpin duka hari ini.     

Jika dulu tongkatnya mengetuk menghasilkan rasa bergetar. Kini kursi roda hitam yang bergerak perlahan-lahan secara otomatis, sama mampunya menundukkan kepala anak-anak angkat tetua yang di segani ini.     

Sang kakek berpetuah dalam kalimat panjangnya yang berupa tutur kata untuk membangun kembali mental yang runtuh akibat perginya salah satu dari mereka.     

--     

Di samping itu cucunya, Hendra. Bernegosiasi supaya Riswan berkenan menyisakan waktunya demi perbaikan lantai D.     

.     

Hendra menatap Riswan dengan kalut, sampai-sampai walikota sibuk ini tak bisa menolak lagi, "akan aku usahakan, tapi aku tak bisa kerja sendiri, harus ada orang lain yang mengerjakannya. Karena kapasitas kesibukanku membuatku hanya bisa sebatas menuangkan knowledge, tidak dengan memimpin perbaikan"     

"okey, tak masalah," Hendra lega sejenak.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.