Ciuman Pertama Aruna

III-68. Tidur Dan Mimpi Indah



III-68. Tidur Dan Mimpi Indah

0"Ya pasti boleh, buat apa bertanya segala, aku suamimu," protes Hendra, ikut-ikutan memiringkan tubuhnya ke arah Aruna. Mereka saling berhadapan di atas bantal.     
0

"Manusia kadang kala munafik, demikian juga aku," Aruna mengurai ungkapan yang syarat tanda tanya. Dua pasang suami istri yang sering beradu ranjang namun jarang menceritakan masalah pribadi membuat masing-masing hati saling penasaran, yang satu penasaran bagaimana respons dari sang penerima curahan hati dan sang satunya penasaran apa isi ungkapan hati.     

"Aku saat ini sedang goyah dengan impianku," kata perempuan yang rambutnya di rapikan oleh gerakan ringan tangan lelakinya.     

"Surat Ajaib, mimpi dan masa depan yang selalu ku idam-idamkan sekarang seolah aku abaikan. Terlebih teman-teman mulai sibuk dengan kuliahnya, kami punya janji bersama terkait kuliah menjadi fokus utama. Tak tahunya semua yang pernah kamu katakan benar, kami hanya sekedar bermain-main dengan start up Surat Ajaib kami," Aruna menguraikan kegelisahannya.     

"Hal semacam ini wajar," kata Hendra yang lebih sibuk memperhatikan bibir bergerak dari pada kegelisahan hati istrinya.     

Aruna mengerutkan kening mendengarkan penjelasan singkat, "Apa yang akan aku dapatkan ketika aku menjadi konsultan start up Surat Ajaib," pria tersebut tersenyum lebar dan telunjuknya menyentuh bibir Aruna. Si perempuan spontan meraih bantal tergeletak dan memukul tubuh si pria lalu membalik tubuhnya.     

Dia yang dipunggungi menjadi khawatir, "maaf, aku cuma bercanda jangan ngambek.." kata Hendra membuat elusan ringan pada lengan istrinya.     

Perempuan emosional tersebut buru-buru duduk lalu kembali meraih bantal berniat memukulinya lebih sadis, "Apa kurang aku bolos magang kerja dua hari berturut-turut hanya demi menuruti kemauanmu," tangan tersebut telah di ayunkan dan si pria tertawa terbahak-bahak.     

"Satu kecupan akan membuat otakku bekerja," ungkap Hendra memejamkan mata, dia benar-benar sedang berharap.     

"Kebangetan!" gerutu Aruna yang Akhirnya meletakkan bantal dan bibir itu menyatu satu sama lain.     

"CEO DM Group yang terhormat, saya sudah membayar anda lunas, tolong bantu saya," kata Aruna memaksa pria terpejam melepas pelukan. Parahnya Hendra mempererat pelukan, Apa kau mau aku minta libur bikin baby-nya di perpanjang.     

Hendra segera membuka mata, "Jangan dong!" kata mata biru buru-buru.     

"Kamu tahu kenapa banyak start up memilih bekerja sama dengan mitra yang tepat selain sekedar mendapatkan suntikan dana?" sang pria bertanya, dan perempuannya sudah dapat di duga dia menekuk mulutnya tanda tak mampu menjawab.     

"Bekerja dengan orang-orang di luar perusahaan, bisa menjadi faktor pendorong sehingga bisnis kita kian berkembang. jika kamu dan teman-temanmu mampu terhubung dengan mitra yang tepat di luar start up kalian. Kemitraan tersebut akan memberi jalan yang lebih jelas bahkan memberikan masukan terkait pengelolaan administrasi dan manajemen sehingga saling menguntungkan. Maka dari itu jangan buang-buang waktu bernegosiasi dengan mitra yang tidak sejalan dengan tujuan bisnismu. Sebuah kemitraan yang baik akan melakukan identifikasi yang jelas dan menciptakan solusi yang berguna untuk kepentingan keduanya. Tidak ada salahnya juga bermitra dengan perusahaan kami Djoyo Makmur Group mampu memberikan lebih dari yang anda bayangkan," kalimat terakhir menyulut kejengkelan, Aruna kembali meraih bantalnya. Sebelum kena gebuk Hendra bangkit menahan bantal yang di ayunkan Aruna.     

"Tunggu sayang.. coba di runut! Mana kalimat yang salah?? Ucapanku benar semua," protes Hendra.     

"Di minta saran malah mempromosikan perusahaannya!!" kesal Aruna.     

"Dengar dulu.." Hendra perlahan menurunkan tangan terangkat, "secara nyata Surat Ajaib menuju stagnan, andai teman-temanmu dan kamu ingin melanjutkan, tapi konsentrasi dan kesungguhan kalian masih saja terpecah-pecah seperti saat ini, tak akan ada bisnis maupun impian Di dunia yang akan berhasil dengan sempurna ketika pikiran terbagi-bagi. Ujungnya Surat Ajaib perlahan-lahan tergerus pesaing," Aruna terbungkam mendengar kalimat Hendra.     

"Minimal ada 9 strategi yang mampu membuat bisnis start up bertahan, Perencanaan yang Optimal, Mengikuti Perubahan Konsumen, Mengedepankan Pelayanan Konsumen, Inovasi Teknologi, Tim yang Produktif & Kompeten, Bekerja sama dengan Mitra yang Tepat, Berani Mengambil Risiko, Efisiensi, Proses Otomatis. Dari 9 yang aku sebutkan, aku pribadi tidak yakin start up yang kau bangun mampu memenuhi setengah dari kriteria," Hendra menggerakkan kepalanya, tersenyum, sesaat kemudian mengelus rambut perempuan menunduk.     

"Perencanaan ku jelas nol besar, semua otodidak. Pelayanan kami terbatas karena kurang tenaga, inovasi teknologi kami terkendala dana.. jika aku lanjutkan mungkin hampir semuanya tidak memenuhi strategi bertahan, Ah pusing," keluh Aruna.     

"Jadilah istriku yang baik dan menyenangkan, itu saja sudah cukup. Masalah Surat Ajaib biar aku hendel," jelas Hendra, meminta istrinya supaya kembali terbaring.     

"Bagaimana caranya?" tanya Aruna.     

"Kami berencana membangun Decacorn," ungkapan yang sangat asing bagi Aruna.     

"Apa itu?" tanya si perempuan yang mulai menguap.     

"Decacorn dari kata "deka" yang berarti angka 10 tepat ditambahkan pada akhiran dari "Unicorn." Sesuai namanya, perusahaan berlevel Decacorn adalah perusahaan yang mempunyai nilai valuasi 10 kali lipat dari Unicorn, yaitu sebesar US$10 miliar,"     

"APA??" Aruna kembali membuka matanya lebar-lebar. Gadis ini menelan saliva mendengar kata 10 miliar USD.     

"Kalau di rupiahkan berapa nol-nya," kalimat receh Aruna hanya berakhir senyuman dari lawan bicaranya.     

"Sudah tidurlah, kau bahkan tidak akan berani menggesek kartu ajaibku. Buat apa menghitung jumlah uang yang tak bisa kamu bayangkan," ungkap Hendra.     

"Hendra apa benar opa Wiryo masuk 5 besar orang terkaya se-ASEAN?" kembali Hendra terkekeh.     

"tidur dan mimpi indah, sekaya apapun tidak ada yang bisa menjamin seseorang mampu bermimpi indah tiap malam," kalimat Hendra ialah ungkapan nyata terkait dirinya yang dulu selalu di hantui mimpi buruk.     

"Hen.. apa surat ajaib akan tetap jadi milikku jika kami membuat keputusan menyerahkannya pada DM grup?" tanya dalam mata terpejam kembali membuat lesung pipi seseorang tersaji nyata di pipi.     

"Bukan hanya Surat Ajaib, seluruh Djoyo Makmur Grup ialah milikmu, andai ada seseorang yang memintaku menukarmu dengan DM Group aku akan pasti memilihmu," Mata biru membuat perempuannya berbunga-bunga, buktinya dia bergerak mendekat. Aruna memeluk lengan seseorang, meringkuk mencari-cari tempat nyaman dan terlelap bersama mimpinya.     

Lelaki yang di tinggal tidur masih belum menemukan rasa kantuknya, ciuman di bibir membuatnya membutuhkan sesuatu lebih, tapi apa daya istrinya belum ingin malam ini.     

Hendra menuruni ranjang setelah memastikan Aruna benar-benar terlelap. dia melangkah keluar berniat mencari udara segar. Mata biru membutuhkan udara menyegarkan saat ini, dari pada tak bisa menahan diri dan berakhir membangunkan sang istri untuk meminta yang Iya-iya.     

Pintu kamar terbuka perlahan, dia yang berada di lantai dua menyusuri tangga, kembali alisnya mengerutkan. Ayah Lesmana dan bunda indah benar-benar tertidur di depan televisi, bahkan televisi tersebut masih menyala. Sehingga gambaran terlelap orang tua istrinya tertangkap.     

Sang Ayah di peluk tangannya oleh sang bunda. Mirip sekali dengan Aruna yang sering kali di temukan memeluk sebelah tangan mata biru ketika bangun di pagi hari.     

_Ternyata ada yang di tiru,_ batin Hendra berjalan dalam temaram lampu.     

Lelaki bermata biru sedang penasaran dengan cahaya yang menyala dari ruang tamu, ... .... ....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.