Ciuman Pertama Aruna

III-89. Time Machine



III-89. Time Machine

0"Em.. mas,"     
0

"panggil aku presdir," Mahendra memenggal ucapan Raka.     

"Oh' maaf Presdir," ada jeda sejenak sebelum Raka melanjutkan kalimatnya. Pria bertubuh kekar tersebut sedang mengamati lawan bicara, mempertanyakan perubahan seseorang yang biasanya tak suka dengan hal-hal berbau formal.     

"Apa yang sebenarnya ingin kamu katakan," masih dengan fokusnya membaca segala informasi berkaitan dengan tarantula, lelaki bermata biru tahu dirinya diamati oleh Raka.     

"Kenapa Anda sepertinya enggan menggunakan cek tarantula untuk menyeret mereka kemeja hijau?" tampaknya bukan hanya Raka yang penasaran dengan jawaban dari pertanyaan ini.     

Andos ikut penasaran, Vian lebih sibuk berpikir, dan lelaki kecamatan malah membuat jawaban dari prediksinya sendiri, "Anda ingin menggunakannya untuk mengguncang tatanan bisnis Tarantula,"     

"Aku suka kamu bisa membaca pikiranku, Pradita," Mahendra menarik lurus bibirnya membuat pipi itu tergores lesung. Senyumnya terkesan manis, tapi andai orang lain mengamati matanya, siapa pun bakal menyimpulkan bahwa mata manusia ini ialah mata yang kehilangan kebaikannya. Tatapan sendu bercampur dendam.     

"Aku mau, cek tersebut dapat mengguncang kelompok dalam lingkungan bisnis negara ini menyadari betapa berbahayanya Tarantula untuk mereka," suara itu datar.     

"Yang telah menjalankan bisnis bersamanya mulai memasang kecurigaan, dan yang belum, memilih menyingkir," Vian melengkapi kalimat Mahendra.     

"Karena mereka bisa berbuat apa saja demi menjadikan perusahaannya adidaya," Pradita menambahkan.     

"Itu sangat Klise, aku maunya mereka mulai memikirkan bahwa tarantula bisa berbuat apa saja pada perusahaan manapun tiap saat, sehingga pengucilan terjadi pada Tarantula" Hendra membuat pernyataan yang begitu berambisi akan tetapi tidak mustahil diwujudkan.     

Mata biru juga menjelaskan terkait keinginannya. bahwa dia tidak akan menggunakan fisik, dan tidak bakalan menggunakan cara lama kakeknya dalam menghadapi tarantula. Mahendra tidak butuh pertumpahan darah, dia akan menggerogoti satu persatu bisnis mereka.     

Seharusnya Tim Thomas yang paling bisa melakukan ini. Sayangnya Thomas telah tiada, walaupun demikian dia belum bisa benar-benar dinyatakan sebagai seseorang yang telah meninggal. Kali ini, semuanya harus bekerja ekstra.     

Sore itu Mahendra juga meminta Vian memimpin dua divisi sekaligus. Divisi internal dan divisi eksternal. Vian akan mengawal Tim Thomas dan mempelajari bagaimana pria itu menjalankan tugasnya selama ini.     

Seiring dengan keputusan Hendra meninggalkan ruangan beratapkan setengah lingkaran, meeting tersebut dinyatakan usai. Kecuali penghuni lantai D, ketiga pimpinan tersebut memilih melanjutkan meeting mereka.     

Tinggal Andos yang mengekor Mahendra, menaiki lift yang sama. Terdiam tanpa suara, hingga si lelaki yang lebih tua mengucapkan kalimat terima kasih.     

Hendra menautkan alisnya ketika Andos membuat sebuah ungkapan terima kasih yang tampaknya di luar kewajaran, "Kenapa kau mengatakan terima kasih?" ini kalimat Mahendra di sela-sela bergeraknya sebuah benda berteknologi tinggi menuju ruang di bawah gedung pencakar langit, Djoyo rizt hotel.     

"ah tidak," mata Andos berputar, "aku.. ee, Saya suka cara anda, jadi saya tidak merasa terbebani lagi ketika kakek anda cenderung tidak setuju dengan ide saya, terkait melawan tarantula," Hendra cukup sadar tampaknya kalimat Andos belum serta merta mengungkap alasan yang sesungguhnya. Sayangnya lelaki ini cukup sibuk untuk mempertanyakan lebih dalam.     

"Oh begitu," dia menutup kalimatnya. Tidak begitu berminat menggali apa yang ada di pikiran Andos.     

"Bagaimana, kondisi istri Anda tuan muda," tampaknya Andos mengalihkan pembicaraan, lelaki se-umuran Gayatri tersebut bahkan memanggil mata biru dengan sebutan terbaik 'tuan muda' sebutan yang jarang dia dengar dari orang-orang tetua Wiryo.     

"entah lah, aku bahkan belum bisa melihat wajahnya," Mahendra teralihkan.     

"Saya senang anda mengikuti saran saya, Jangan terlalu fokus pada kesedihan, sebab ujungnya tidak jauh-jauh dari 'menyiapkan misi pembalasan seolah menemukan nafas yang dapat mendorong kita menyambung hidup'," kerutan di dahi Mahendra kembali tertangkap. Apa maksud kata-kata Andos?. Sayangnya pintu lift sudah terbuka, Herry menyambutnya dan mengatakan bahwa Surya mendapati kendala. Ada beberapa hal yang tidak bisa dia putuskan secara sepihak tanpa sepengetahuan CEO DM group.     

Mata biru memilih pergi, memisahkan diri dari Andos naik ke lantai dasar berikutnya menuju lantai 5.     

.     

.     

"Herry, pinta Surya menungguku sejenak," ternyata Mahendra berbelok ke arah berbeda.     

Mendapatkan perintah, Herry masih berdiri di tempat yang sama, ajudan tersebut membuat panggilan untuk Surya.     

Sejalan kemudian dia kembali mengikuti langkah Tuan mudanya, yang ternyata menuju ruang kerja tempat tragedi penyerangan istrinya.     

.     

Mata biru membuat usapan pada kaca, kaca baru, di mana sebelumnya pintu transparan ini hancur mumur setelah dua buah kursi dia banting untuk menghancurkannya.     

Tepat ketika pintu tersebut kaca ia buka, spontan orang-orang yang ada di dalam ruangan berdiri menyambutnya. Hendra tak peduli dengan pandangan mata yang tertuju kepadanya. Dia lebih sibuk mengamati isi ruangan yang kini sudah rapi. Sambil menjaga hatinya supaya ia sanggup mendekati meja istrinya.     

Tidak semenakutkan yang di pikirkan, benda-benda Aruna tampak menyenangkan dipandang. Selalu berbeda, pensil dan bolpoinnya punya motif sendiri. Alas mousenya pun tidak kalah uniknya, karikatur wajah marah yang tak asing. Belum lagi sticky note warna-warni yang dia tancapkan pada sisi depan, Bilik tempatnya duduk.     

'bekal makan hari pertama bla, bla, bla, hari kedua BLA, BLA, BLA,' Hendra pikir note tersebut seputar pekerjaan kenyataannya rencana bekal makan yang harus dia siapkan untuk suaminya alias dirinya sendiri.     

Hendra juga membaca sebuah note lain bertuliskan pesan yang teramat unik, '3 Hal penting agar di sayang Bos seumur hidup'     

Bos seumur hidup? Pria ini baru menyadari dirinya adalah bos menurut sudut pandang Aruna, bos sampai hayat memisahkan mungkin itu maksudnya.     

1. Berbau harum     

2. Malam yang menyenangkan     

3. Lidah dan perutnya terjaga     

Hendra mencabut sticky note tersebut, dan menyisipkannya ke dalam kantong kemeja.     

"Em.. Hendra, pak Hendra," ketika Hendra menoleh perempuan berhijab hadir. Dea berdiri lebih dekat di sampingnya.     

"Aku menemukan ini," perempuan yang juga istri Surya menyerahkan pita rambut yang di kenakan Aruna pada hari itu.     

"Semua benda-benda Aruna terutama yang berhubungan dengan.. em.." Dea menahan diri menyebutkan kejadian buruk tersebut, "intinya barang-barang milik Aruna sebagian di bawa orang-orang anda dan sebagainya di amankan penyidik kepolisian, mereka menyisakan pita ini," lengkap Dea.     

Mahendra mengangguk ringan dan tersenyum kecil tanda terima kasih mendalam. Dia amati pita rambut sederhana berwarna pink tersebut. Apakah saat ini rambut Aruna masih bisa di ikat menggunakan pita ini?     

Dia yang di rundung gelisah kini berdiri, meminta Timi merapikan seluruh benda-benda istrinya lalu di bawa ke ruang kerjanya.     

Sedangkan Mahendra sendiri mulai memikirkan sebuah kemustahilan. Andaikan ada Time Machine akan dia beli mesin tersebut semahal apa pun. Untuk memperbaiki kelengahannya di hari terburuk dalam hidupnya.     

Kembali satu hari saja, tak perlu jauh-jauh mundur ke belakang, apalagi mundur tempat di mana tragedi bersama mommy-nya terjadi. Baginya kejadian yang menghadirkan PTSD-nya tak lagi luar biasa. Walaupun itu penyakit yang menyebabkan dirinya menderita, tapi penyakit itu pula yang membawa Aruna hadir dalam kehidupannya.     

Kembali satu hari saja, supaya dirinya bisa memandang wajah Aruna. Wajah yang tanpa lebam di mana-mana.     

"Tuan, Pak Surya menanti anda," Herry kembali hadir di dekatnya. Membangunkan mata biru dari lamunan tentang Time Machine yang mustahil ada. Sebanyak apa pun uang yang dia punya, tidak akan pernah ada seseorang yang mampu mewujudkan mesin waktu. Untuk itu penyesalan tergolong rasa yang hanya bisa diratapi.     

***     

Motor matic melaju. Kali ini tak sekencang tadi pagi. Matic berjalan lebih santai, sayangnya penumpang di belakang tidak menunjukkan ekspresi santai sama sekali.     

Thomas masih memutar isi kepalanya, bagaimana cara melewati petugas keamanan gerbang utama cluster tempatnya tinggal.     

Thomas memejamkan matanya, di tengah dinginnya terpaan angin dan gelapnya langit malam Ini. Di langit tidak ada bintang sama sekali.     

Mungkin saja mereka terlanjur tersembunyi karena kota yang di bawah sudah cukup ingar-bingar dengan lampu terang benderang, mengakibatkan malam serasa siang.     

"Thomas, apakah.. yang kamu sebut tempat tinggal masih jauh?" kiki bertanya bersama rasa cemasnya.     

"Masih," jawabnya singkat, pria berhidung lancip tersebut masih terbawa ke alam pikirannya.     

"Mampir pom bensin dulu deh, kalau gitu," ketika motor tersebut menuju pom bensin dan berjajar mengantri, Thomas turun dari duduknya.     

_Sebentar.. sebentar.. aku bisa ... ...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.