Ciuman Pertama Aruna

III-13. Sayap Di Belakang Punggung



III-13. Sayap Di Belakang Punggung

0Kejadian yang bahkan tidak ada satu pun orang yang pernah memprediksinya.     
0

.     

.     

Dentuman tersebut terdengar begitu keras pada lantai dasar, Tapi tidak untuk lantai yang ada di atasnya. Yang terasa sekedar getaran pada dinding dan lantai. Sejenak sempat ada yang berpikir ini mungkin sedang terjadi gempa bumi dalam skala tertentu.     

Anehnya para pengawal berlarian kesetanan mencari tuan muda mereka. Tanpa banyak kata, Mahendra ditarik dari tengah-tengah ruang corporate secretary menyisakan ekspresi wajah tercengang dari para karyawan yang masih lembur malam ini.     

Para pengawal itu juga memastikan seluruh karyawan pulang saat itu juga. Hendra sempat marah besar, mereka berperilaku seenaknya tanpa konfirmasi.     

Namun, setelah salah satu dari mereka menjelaskan tragedi di bawah tanah Mahendra terdiam seribu bahasa.     

Dia mulai berpikir bagaimana memindahkan para pelanggan hotel yang kini mungkin sedang terlelap tidur.     

Beberapa terutama yang berada di lantai bawah, sebagian terlihat lari keluar. akan tetapi sebagian yang berada di lantai lebih atas tertangkap tidak merasakan sesuatu yang berarti.     

Hendra buru-buru meminta penjelasan dari orang-orang yang berada di lantai D. Dia perlu memastikan mereka yang di sana selamat.     

Dan ternyata memang ada yang terluka, Raka dan timnya yang sempat memeriksa lampu terpadam secara langsung. Di kabarkan sedang di upayakan untuk mendapatkan pertolongan pertama. Kini upaya evakuasi sedang berlangsung.     

Hendra sempat bertanya-tanya bagaimana mereka akan keluar? mengingat ruang kerja Vian yang kini hancur lebur terletak paling dekat dengan lift utama.     

Lelaki bermata biru juga sempat berpikir bagaimana cara memadamkan api di bawah sana. Nyatanya dia mendapatkan penjelasan yang cukup memukau.     

Ruangan Vian di kabarkan langsung diblokade dengan sistem khusus, sebuah fasilitas yang dibangun bersama dengan kegilaan ide Wiryo dan ke liaran arsitekturnya, Riswan.     

Lempengan material tahan panas dan anti retak berupa persegi panjang yang awalnya tersaji sebagai atap telah di jalankan untuk meluncur dan mencap menutup titik yang di temukan sebagai sumber masalah. Sejalan dengan blokade yang memanfaatkan pengontrol khusus dari ruangan D, ruang spesial yang menyajikan meja big data analytics, sedang dalam sentuhan tangan Pradita, pria itu berhasil mengaktifkan rintik air dari atap ruangan Vian, air serta merta bercucuran memadamkan api.     

Kurang dari 20 menit semua terkendali. Akan tetapi tidak ada yang bisa menduga apa yang akan terjadi berikutnya. Hendra memaksa para pengawal yang menjaganya untuk mengantar dirinya menuju jalan alternatif yang belum pernah dia ke tahui sebelumnya.     

Sejak Hendra mengenal lantai D, sejak itu juga dia baru sadar segila apa kakeknya dan sebesar apa tanggung jawabnya ke depan. Hendra tidak pernah membayangkan bagaimana memimpin mega bisnis yang secara nyata harus di sokong kekuatan gerakan bawah tanah yang di luar nalarnya, tidak pernah sekali pun terpikirkan dan terbayangkan dalam benaknya.     

Pada dunia bisnis sangat wajar mereka yang berada di puncak adidaya punya jalan semacam ini. Percaya –tak percaya, para pelaku monopoli ekonomi punya sayap di belakang punggung mereka. Dan mereka pandai sekali membuat langkah gila untuk menjadikan perusahaannya semakin adidaya, salah satu cara paling mudah ialah ikut andil dalam proses terbentuknya power structure[1].     

Entah sejak kapan value perusahaan Djoyo Makmur grup terbentuk, yang Hendra pelajari dalam visi misi yang teredukasi untuk setiap karyawan yang bekerja di bawah gelombang besar DM grup ada sebuah misi yang menyelipkan makna kemandirian perusahaan, independen dan bersih.     

Hendra tidak pernah menduga bahwa visi misi itu di realisasikan dalam target jangka panjang dengan tidak akan ikut andil pada pembentukan gejolak power structure, sebab Djoyo Makmur grup tidak membutuhkan itu.     

Djoyo Makmur grup punya power sendiri yakni gerakannya di bawah tanah yang menjadikan tiap pesaing akan berpikir ulang ketika ingin menggoyahkannya dengan cara standar. Baik itu perusahaan dalam maupun luar negeri. Perusahaan ini membangun dominasi dengan caranya sendiri. Dan nyatanya mampu bertahan sejak tahun 1928.     

.     

.     

Ketika mata biru telah sampai di lokasi yang di inginkannya, dia berdiri tegap menatap pergerakan tiap langkah kaki yang sedang berlari keluar dari dalam sana. Tempatnya berada kini ialah basement dengan pintu khusus milik tower ke dua DM grup atau gedung yang menjadi pusat tiap anak perusahaan DM grup kecuali Nara&TV.     

Sebelum sampai di tempat ini Hendra telah menghubungi Vian, pria kurus tersebut yang saat ini paling bisa dia percaya, sebab ruang kerjanya -lah yang terancam, otomatis dialah yang kini jadi tumpuan sebagai pencari fakta.     

Vian dan anak buahnya yang selamat secara spontan mendaftar tiap-tiap penghuni lantai D yang berada di TKP ketika kejadian berlangsung. Semua orang sedang pada posisi saling mencurigai saat ini. Bahkan Hendra belum bisa memutuskan langkah apa yang akan dia ambil setelah ini.     

Di sela-sela raungan Ambulans membawa korban luka-luka, sekretaris kepercayaan kakeknya datang. Andos menghampiri Hendra dan memintanya untuk beristirahat, toh penghuni terakhir yang telah berhasil menyelamatkan lantai tersembunyi itu sudah keluar. Pradita, pimpinan tim IT sempat di kabarkan hilang, akhirnya tertangkap berjalan gontai dan segera mendapat pertolongan pertama.     

"Sudah, biar aku yang menggantikanmu. Istirahatlah, kau bekerja sejak pagi," ungkapan Andos sesaat membuatnya ingat akan seseorang.     

_Oh, Aruna.. Aruna menungguku_ gumaman lelaki bermata biru mengawali langkah larinya, yang secara spontan diiringi lari ajudan setianya Herry. Herry lekas membuka pintu mobil untuk tuannya.     

"Kita ke mana tuan?" kata tanya Herry hanya terjawab dengan satu kata 'istriku' dan Herry lekas-lekas memacu mobil tersebut dengan kecepatan tinggi. Bukan sekedar di sebabkan jalanan sepi, melainkan si tuan muda Djoyodiningrat berulang kali memperhatikan jam pada pergelangan tangannya.     

"Pukul dua, oh ya tuhaan.. Aruna pasti sudah menungguku hingga tertidur," terakhir kali Hendra menghubungi Aruna, pada pukul sepuluh malam dan gadis itu sempat mengirimkan swafoto dengan senyum bersemangat, padahal sudah dua jam mundur dari jadwal yang dia janjikan, hingga sering kali panggilan di buatnya untuk menghibur perempuan yang sudah menyajikan makan malam untuknya.     

Tepat ketika mobil telah terhenti. Hendra buru-buru menuruninya, dia bahkan melupakan buket bunga yang tadi sempat dia siapkan. Sambil melepas jasnya, pria ini buru-buru memencet kode pembuka pintu dan tertegun bukan main ketika Aruna tertidur di sana.     

Hendra tidak pernah menduga perempuan mungil ini akan menunggunya sampai sejauh ini. Kepala Aruna tersandar di meja makan dengan tangan masih memegangi handphone. Dia benar-benar masak banyak menu makanan untuknya.     

Tertangkap gerakan mengelus rambut perempuan, sebelum akhirnya dia memilih duduk di dekat tubuh terkantuk itu.     

"Herry, bantu aku menjaga istriku setelah ini,"     

"Iya tuan,"     

"Aku tidak tahu siapa yang bisa aku percaya, aku mau kau yang bertanggungjawab untuk menjaganya," suara ini begitu datar di pendengaran Herry.     

"Baik tuan,"     

"Asal kau tahu, istriku satu-satunya alasan aku masih bertahan hingga detik ini,"     

_Yang memberiku sayap di belakang punggungku_     

.     

.     

.     

 .     

[1] Struktur kekuasaan adalah keseluruhan sistem yang memberi pengaruh antara individu satu dengan individu lain dalam kelompok orang yang dipilih. Struktur kekuasaan dapat secara formal dan sengaja dibangun untuk memaksimalkan nilai-nilai seperti keadilan atau efisiensi, termasuk kepentingan tertentu, termasuk di dalamnya bisnis.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.