Ciuman Pertama Aruna

II-83. Detak Waktu



II-83. Detak Waktu

0"jangan terlalu lama menjauh, Dia pernah bercerita pada Dea. Tentang dirimu yang tidak akan mungkin menerimanya kembali, dia bilang karena Hendra tidak membiarkan dirinya menengok ke belakang untuk melihatnya" Terang Surya turut serta menatap hamparan kota yang dilihat atasannya.     
0

"Bantu aku cari tahu. Dia hadir atau tidak pada sidang pertama perceraian kami" pinta Hendra dengan suara berat.      

"Akan aku usahakan mendapatkan informasi itu untukmu"      

"Bagaimana denganmu? Kau akan hadir?" Surya kembali bersuara kini tatapannya bukan pada hamparan kota melainkan pada sahabatnya yang sedang kalut.     

"Aku harus hadir walaupun aku menyewa pengacara hebat sekali pun, kehadiranku bisa mengupayakan perceraian ini berlangsung lama" (Hendra)     

"Mengapa kamu tidak menemuinya padahal kamu menginginkan dia dengan sangat" (Surya)     

"Aku mau dia membuat pilihan, antara diriku atau kehidupannya yang nyaman" (Hendra)     

"kalau aku hadir lagi dan memintanya kembali padaku, mungkin dia akan kembali untukku Tapi itu tidak bisa berlangsung lama. Dia akan tetap merindukan kehidupannya." (Hendra)     

"saat dulu aku berusia 20 tahun, aku masih ingat betul betapa rajinnya aku mengerjakan tugas kuliah dan membangun mimpi-mimpiku. Mimpi seorang anak dari keluarga menengah ke bawah yang bisa kuliah sampai ke luar negeri. Apalagi bisa sekaligus membantu ibuku menanggung nafkah keluarga. Aku memahami perasaan nona Aruna" Aruna mengingatkan Surya akan dirinya sendiri.      

"kau saja bicara seperti itu, bagaimana denganku. Rasanya aku ingin merebutnya dan mengambilnya. Sayang, ketika aku mendapatkan informasi bahwa dia tumbuh semakin baik di tempatnya. aku kian sadar, aku tidak bisa menghancurkannya begitu saja." suara Hendra mendesah seperti seseorang yang sedang lelah.     

"perceraian mau makin dekat Hendra. Apa kau tak mencoba untuk melihatnya sekali saja," kini Surya juga mendapat tatapan dari sahabatnya.      

"aku melihatnya tiap pagi Surya, bahkan setiap hari sebelum sampai di kantor ini"      

"namun dia tidak sadar kehadiranmu bukan? Maksudku melihatnya adalah dia sadar kau pun masih memperhatikannya. Asal kamu tahu, nona aruna sempat kalut ketika Timi kamu tarik dari surat ajaib" Surya kembali memberikan masukan untuk CEO DM grup.     

"sengaja aku lakukan itu, supaya dia tahu aku serius menginginkan plan 2, Aku butuh diterima secara utuh bukan setengah-setengah" ungkap Hendra kepada Surya, dan keduanya menghentikan percakapan ketika pintu terketuk dari luar menyajikan senyuman asisten Mahendra dengan midi dress mirip sekali milik istrinya, Aruna.      

***     

Pagi berikutnya seperti biasa mobil hitam legam berseri  Continental GT V8 terparkir tidak jauh dari outlet surat ajaib. Hampir setiap hari pemiliknya akan meminta pada ajudan melewati jalanan ini dan berhenti di tempat yang sama tepat pukul 6.      

Ajudan Hery sudah terbiasa dengan permintaan Mahendra, akan memarkir mobil itu 200-300 meter dari lokasi di mana istri tuan muda joyodiningrat menuruni tangga dan membuang sampah sekitar pukul 6 hingga 6.15.      

Tapi hari ini agak sedikit berbeda, Hery diminta turun dari tempat mengemudinya. Ajudan itu diminta meletakkan sebuah kotak persegi panjang di bawah tong sampah umum di depan outlet surat ajaib.     

Tepat di mana sang perempuan yang dirindukan tuannya berdiri di titik tersebut tiap kali  membuang sampah.     

Hery sempat terhenti sejenak kala meletakkan benda tersebut, dia sempat tertegun menatap kumpulan buket bunga yang tersusun rapi di halaman outlet surat ajaib. Halaman tersebut yang tidak begitu luas hingga buket bunga terasa tumpah ke trotoar, Mungkin lebih dari 50 buket bunga tergeletak di sana.      

Buru-buru ajudan ini meninggalkan tempat, ketika suara langkah kaki dari ujung tangga yang menempel di tepian outlet surat ajaib dan langsung terhubung ke atap tempat nona tinggal.      

Langkah kaki tersebut berburu dengan laju kecepatan ajudan Hery meninggalkan tempat tersebut.      

"Apakah hari ini hari yang spesial tuan? Anda memberi nona kejutan yang indah?"      

"apa menurutmu dia akan terkesan?" bukannya menjawab pertanyaan Hery, Mahendra malah kembali bertanya.      

"Tentu saja, mana ada perempuan yang tidak suka bunga seindah itu" Heri membalik tubuhnya menatap tuan muda yang tak hentinya mengamati sang nona dari kejauhan.      

Hery mencoba menggerakkan mobilnya lebih dekat supaya Tuan mudanya leluasa menangkap gadis mungil yang kini sudah selesai menuruni tangga dan terhenyak sejenak menatap kumpulan buket bunga di depan outlet tempatnya tinggal.      

Tampak gadis itu mengambil foto dengan handphone-nya lalu membuat panggilan. Mungkin dia sedang bertanya pada teman-temannya, tentang keberadaan buket bunga asing tersebut.     

"Sepertinya nona tidak tahu bahwa buket bunga itu dari Tuan" celetuk Hery ikut penasaran menatap gadis yang beberapa kali menggaruk sudut lehernya.      

"Setelah mengamatinya lebih detail, dia akan tahu itu dariku" senyum Mahendra tertangkap dari kaca spion yang terletak di bagian atas kursi pengemudi.      

"hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan kita yang pertama" suara lirih itu hampir tidak terdengar oleh sang ajudan.      

Namun getirnya sungguh terasa, seorang pria yang tidak bisa menyentuh istrinya sendiri padahal dia begitu mencintainya. Setiap hari jika tidak ada tugas ke luar kota, dia selalu meminta Hery memarkir mobil di tempat yang sama sebelum berangkat kerja. Sekedar untuk melihat siluet perempuan yang kini sedang mengambil kotak kecil yang diletakkan Hery.      

"sekarang!" komando Mahendra sudah sangat terpahami oleh ajudannya.      

Mahendra meminta mobilnya bergerak meninggalkan tempat, tepat ketika Aruna mulai memalingkan wajahnya ke berbagai arah seolah mencari sesuai.      

.     

.     

Pov Aruna     

Aku tahu ini kamu,      

Aku pun sangat tahu kamu selalu hadir melihatku tiap pagi.      

Itu sebabnya di jam yang sama aku pun keluar dari tempatku dengan berpura-pura membuang sampah.     

Aku tahu kau merindukanku, aku pun sama.      

Sayang, aku tidak paham kenapa kamu tidak menemuiku.      

Bahkan aku pernah mendekati mobilmu dan kau melaju pergi begitu saja.      

Terima kasih untuk kado pernikahan kita, aku tahu kau selalu mengirim simbol padaku.      

Bahkan hari ini kau berikan aku jam tangan cantik dan sebuah tulisan kecil yang membuatku ingin menangis saja.      

'Detak jantung beriringan dengan detak waktu'     

Aku tidak tahu maksudnya, yang aku tahu hanya seputar, waktu kita tidak akan lama.      

Heppy anniversary untuk pernikahan kita.      

I Miss you Hendra.     

***     

"Wah wah, siapa juga yang mengirim bunga sebanyak ini" celetuk Lili tertegun mendapati pintu outlet surat ajaib di penuhi buket bunga.      

"mungkin pak Surya" begitulah suara Aruna mereda rasa penasaran Lily.      

"wah beruntung sekali Dea, walau dia menikah sama om om, Tapi kalau om-nya kayak gini siapa juga yang nggak mau" celoteh Lily menimbulkan kekeh tawa dari  gadis yang sejak pagi hatinya di dera remuk begitu kuat hingga menyesakkan dada.      

.     

.     

__________________________     

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/     

1. Lempar Power Stone terbaik ^^     

2. Gift, beri aku banyak Semangat!     

3. Jejak komentar ialah kebahagiaan     

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak :-D     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.