Ciuman Pertama Aruna

Tunggu Sebentar



Tunggu Sebentar

0"Bagaimana kalau kita coba cara ibuku?"      
0

"Maksudnya?"      

"Seseorang yang baru terkena air hujan kemudian tubuhnya jadi demam atau merasa tidak enak, sebelum istirahat sebaiknya mandi air hangat mencuci rambut dan badannya. Ayo aku bantu kau mandi?!"      

"Jangan, Aku tidak ingin mengingatkanmu dengan kenangan buruk semalam. Dan lagi sepertinya aku hanya butuh istirahat, semalam kurang tidur karena alkohol juga"      

"Nggak apa apa aku bantu kamu mandi dengan shower tak perlu menggunakan buthtub, ayolah Hendra kamu harus segera sembuh" Aruna mulai menarik tangannya, Hendra harus sembuh besok pagi cuma itu cara supaya putri Lesmana tenang.      

"Bisa kau janji dulu? tidak akan meninggalkanku"      

"Jangan bahas itu lagi, yang penting kamu sembuh"      

"lebih baik aku sakit dan kau tetap berada di sisiku selamanya. Kalau kau pergi semua hal akan lebih berat" Hendra memegangi dadanya dia merasa punya firasat buruk.      

"Sudah jangan mengigau.. ayoo..." Tubuh mungil itu bersikukuh menarik tangan mata biru. Membawanya menuju ruang shower, membantu Mahendra melepas baju yang melekat. Lalu memberikan rintik air hangat di rambut coklat milik suaminya. Dalam kondisi seperti ini pun mereka masih saja suami istri yang unik si pria mandi dengan celana yang melekat di tubuhnya. Meminta pria itu terduduk di kursi yang di tarik dari luar kamar mandi.      

Hendra berusaha menikmati apa yang dilakukan perempuannya, tapi hati pria ini terlalu gelisah menangkap tangan mungil milik Aruna yang sedang bermain disela sela rambut dengan busa putih beterbangan : "Jangan tinggal aku"       

"Lihat Hen! Aku bisa buat gelembung.." Gadis itu meniup banyak gelembung untuk cucu Wiryo sambil melempar senyum.       

"Jangan tinggalkan aku, ku mohon!"       

Dan dia diam saja meneruskan aktivitasnya mencuci rambut si pria.       

"Jangan menutup mulutmu, jika ada aku di dalam hatimu. Kita berdua akan sama sama sengsara"       

Dia masih enggan.      

"Bicaralah Aruna.. Kau ingin bagaimana? Kau mau seperti apa?"      

Di akhir caranya membasuh pun dia hanya mengutarakan satu kalimat.       

"Aku ingin kamu sembuh baru kita bahas lagi"       

.      

Di tempat lain perempuan berhijab menemui seseorang, dia kakak Aruna. Anantha mencari tahu di mana adiknya? kenapa belum bisa di hubungi sejak siang?. Dia hanya tidak tahu adiknya tidak sempat melihat handphone karena suami si bungsu begitu lekat padanya.       

"Dea kalau bertemu dengan Aruna sampaikan kakaknya ada di kamar 215, aku menunggunya.. Ayah Lesmana juga" Pria itu kembali memasang wajah gelisah, mengamati hendphone-nya sekali lagi.       

"Pasti saya sam.." Belum usai lawan bicaranya menjawab. Pria itu lekas berdiri dan tergesa-gesa meninggalkan Dea.       

"Eh' Ada apa?" Dea mencari cari apa yang salah? ada apa?. Ternyata dari arah belakang Surya mendatangi gadis berhijab.       

"Menemui siapa?"       

"Em.." Kini Dea yang bingung harus menjawab apa.       

"Ada apa? Siapa tadi?"      

"Hanya orang yang ingin titip pesan"      

"Pesan? Pesan dengan duduk bersama?"      

 "Maafkan Dea, aku tidak bermaksud menutupi sesuatu dari pak Surya tapi jujur aku tidak bisa menjawabnya"      

.      

"Jangan pergi" Hendra masih setia memegangi tangan Aruna, dia memejamkan mata tapi gerakan perlahan gadis itu melepas jemarinya pun tertangkap oleh suami pernikahan pelik ini.       

"Aku hanya membuka pintu.. Hen!" Putri Lesmana kembali merapikan kompres cucu Wiryo. Tangan itu di dekap makin erat tidak di izinkan pergi.       

"Pelayan sudah menunggu di luar, mereka membawa obatmu dan sup untukmu. Tak apa apa Hen..! Dengarkan.. Itu ketukannya terdengar" Bujuk Aruna. Dan mata biru memaksa dirinya membuka matanya lebar lebar, takut si dia meninggalkan dirinya kala ia lengah atau terlelap dalam tidur. Rasa takut yang sama ketika mommy dipaksa meninggalkan mata biru kecil tidur di kamar berbeda.       

Saat perempuan itu mendekat lagi, CEO DM grup kembali meraih tangan Aruna, dia tidak berkenan melepas. Caranya makan dan minum obat masih sambil menggenggam jemari Aruna.       

*Kak maaf.. Belum bisa menemui kak Anantha      

Dan sebuah pesan balasan dari Anantha tak sempat terbaca lagi.       

Karena mata itu terus menatapnya lekat lekat, dia bilang tak akan terpejam sebelum si perempuan berkenan dia dekap.       

"Hen jangan begini kamu pasti tidak nyaman kan?" Keluh Aruna mendapati pria hangat memeluknya sangat erat, kelakuan itu tetap saja dipertahankan walau suara suara resah sudah di hantarkan dengan sabar oleh istrinya. Mata biru mendekap hingga sepasang suami istri menyapa pagi.       

Beruntung Hendra punya kemampuan fisik yang baik, dia lebih mudah sembuh secara fisik. Pola makan dan gaya hidup sehat salah satu yang mendukung pria yang kini senyam senyum menciumi istri mungil putri Lesmana padahal gadis itu belum lengkap nyawanya.       

"Hari ini kita main di tempat yang sesuai seleraku, aku sudah reservasi di beberapa lokasi istimewa untukmu". Bisiknya sambil masih mengendus pipi perusak logika.       

"Hen.. Hentikan Geli tahu.." Aruna berusaha menghindari pria yang terus saja melilit perutnya.       

"Hehe.." Pria ini terkekeh dan kembali berlama lama menghirup bau tubuh perempuan yang baru bangun tidur.       

"Kita sarapan di kamar saja ya.." Pintanya mengabaikan si gadis yang berharap di lepas.        

Benar saja dia membuat putri Lesmana tak bisa ke mana mana membelenggunya dalam kamar Honeymoon mereka.       

Di ujung sana seseorang membuat panggilan dengan telepon genggamnya, dering panjang tidak berani diraih. Gadis itu terus menatap layar handphone dengan jantung berdetak kencang.       

.      

"Hendra di mana kamu? Ada info penting dari Jakarta" Kini mata biru menerima panggilan dari sekretarisnya.       

"Aku di kamar sejak pagi" Balas pria itu akhirnya berkenan melepas putri Lesmana yang mengendap endap turut mengambil ponselnya.       

"Kemarilah! Temui aku!" Suara Surya terdengar sangat serius.       

"Ada apa? Ada masalah apa?"      

"Kau harus mendengarnya sendiri, kejadian besar ini tidak bisa aku jelaskan lewat telephone"       

"Oke"     

Dibalik langkah pergi sang pria ada perempuan yang menghubungi kakaknya.      

.      

.      

'Hendra.. Ayah Lesmana mengundurkan diri dari Direktur DM Delivery' Suara Surya membayangi lari pria bermata biru kembali ke kamarnya.      

'Dia mengembalikan semua aset dan saham yang berasal dari Djoyo Makmur Grup, yang diberikan kakekmu' Kata kata sekretarisnya membuat CEO DM grup tak lagi bisa melihat jalanan dengan benar, beberapa kali menabrak orang dan benda benda yang menghalangi lari gilanya.       

'Aruna.. Istriku.. apa mereka akan mengambilnya'       

'Aku tidak tahu, tapi kau harus segera kembali.. Pastikan dia aman, sepertinya aku melihat Anantha kemarin.. Dia menemui Dea dan Dea masih belum mau mengaku apa yang mereka bicarakan'      

_Ya Tuhan.. Aruna.. Beri aku waktu.. Tunggu.. Tunggu sebentar_ Suami hancur ini berlari kian cepat menyusuri jalanan setapak hotel yang terasa demikian panjang.       

"Aruna.."      

.     

.     

__________________________     

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/     

Bantu Author mendapatkan Power Stone terbaik ^^     

Hadiah anda adalah motivasi untuk kreasi saya. Beri aku lebih banyak motivasi!     

Silahkan tinggalkan jejak komentar, aku selalu membacanya.     

Review bintang 5     

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak     

-->     

(^_^) love you All, intip juga novel saya yang lain [IPK : Inilah Perjanjian Kita, Antara Aku Dan Kamu] dan [YBS: You Are Beauty Selaras]. Dengan gaya menulis berbeda dimasing masing novel.     

INFO : Instagram bluehadyan, fansbase CPA (Hendra, Aruna, Damar)     

Nikmati Cuplikan seru, spoiler dan visualisasi CPA     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.