Ciuman Pertama Aruna

II-28. Dominan



II-28. Dominan

0"Kita temui Ayahku sama-sama Hendra, kita sampaikan keinginan kita pada ayah" Gadis ini mengelus lengan Hendra dan sang pria lekas memeluknya.      
0

"Kamu tahu kenapa aku segila ini? Aku takut kehilanganmu, sayang.." pria ini memegangi pipi Aruna.      

"Hendra.. aku yakin kita bisa melewatinya.. jangan berpikir yang tidak-tidak" Aruna memberikan pelukannya. Membuat hati lelaki bermata biru lebih lega.      

"Baiklah antar aku pulang"     

"Okey..."      

.     

Pagi ini motor Aruna di bawa Hery menggunakan Sierra 2500HD. Mobil pick up dengan harga yang dipatok sebesar US$ 63.905 atau sekitar Rp 811 juta, GMC Sierra generasi keempat ini hadir dengan tampilan yang lebih elegan dan mewah.      

Aksen krom sangat mendominasi bagian eksterior Sierra, terutama pada bagian depan. Tentu tujuannya adalah untuk menambah kesan mewah pada truck bertubuh raksasa ini.     

Aruna hanya bisa melongo dengan apa yang dilakukan suaminya, pria ini tidak mengizinkannya mengendarai motor sendiri untuk pulang ke rumah. Di pagi yang padat seperti sekarang butuh waktu 2 jam lebih untuk sampai di rumah Ayah Lesmana. Dia cukup duduk nyaman di rolls royce bersama laki-laki yang sibuk dengan panggilan dari handphonenya.     

"hehe" Aruna terkekeh dan menggaruk sudut belakang telinganya ketika mendapati matic mungilnya tampak mengenaskan di atas mobil pick up keluarga Djoyodiningrat. Mobil dengan harga fantastis itu sangat tidak matching dengan motor merah biasa saja milik Aruna.      

"Hendra.. apa nanti kau akan menurunkanku di depan rumah. Aku rasa itu bukan ide yang bagus.." rumah Aruna kini di sudut Timur kota Jakarta dan terletak di perkampungan. Akan jadi aneh ketika mobil pikap itu memasuki wilayah tempat tinggal keluarga Lesmana. Sebenarnya kak Anantha menawarkan rumah lain. Sayang Ayah Lesmana menolaknya, tempat yang kini mereka tinggali adalah rumah pertama yang dibeli bunda dan ayah setelah baru menikah.     

Rumah saat ini ialah rumah sebelum Ayah Lesmana menjadi asisten kesayangan opa Wiryo yang kemudian menjelma menjadi direktur DM delivery. Ayah Lesmana tidak mau merepotkan putranya, namun keputusan itu membuat putra-putrinya kesulitan untuk sekedar pulang-pergi dari aktivitas sehari-hari.      

termasuk kakak yang kesulitan pulang setiap hari sehingga dia memilih pulang di waktu weekend seperti hari ini. Entah apa yang disiapkan Anantha, kakak laki-laki itu sudah menghubungi Aruna berkali-kali. Untuk sekedar tanya kapan dia pulang.      

"sepertinya aku bisa memperlambat panggilan dari pengadilan dengan alasan kesibukanku. Sebenarnya minggu ini aku sangat sibuk. Dalam waktu seminggu, Tolong jangan tandatangani apa pun dan beritahu aku jika terjadi sesuatu" Hendra bicara dengan tetap memperhatikan note book yang dia pegang.      

Sedangkan gadis disampingnya mengangguk mendengar ucapan mata biru, dia menatap suaminya yang terlihat sangat serius: "apa Minggu ini kita tidak mungkin bertemu Hendra?"      

"Iya, kemungkinan besar dalam satu minggu aku tidak ada di Jakarta. Nanti malam aku harus pergi ke Singapura, lalu ke Sidney terakhir ke Surabaya baru kembali ke Jakarta akhir pekan" Hendra tampak mengetik sesuatu di note booknya sambil bicara dengan Aruna. Dia terlihat lebih sibuk daripada biasanya ketika mereka menikah dulu.     

"Sepertinya kamu sangat sibuk" keluh Aruna.     

"Asal kamu tahu sayang, saat ini aku masih membereskan beberapa saham yang turun karena rumor yang menimpaku, aku pergi ke luar negeri untuk memperkuat kerja sama dengan para investor. aku bahkan belum menyentuh masalah yang terjadi di publik. Itu sebabnya perceraian kita sangat menyulitkan bagi DM grub, Nanti kamu juga akan mengerti maksudku" Hendra meletakkan pekerjaannya.      

"bukankah kamu sangat kaya, mengapa kamu begitu giat menyelesaikan ini itu. Aku rasa beberapa anak perusahaan gagal tidak ada pengaruhnya bagimu" Aruna berpikir sangat sederhana.      

"Haha otak mahasiswa memang belum bisa menalar dengan detail. Sekali kita punya perusahaan, maka di dalamnya akan ada tanggung jawab yang besar. Bukan satu atau dua orang yang hidupnya ditopang oleh perusahaan tersebut, bisa jadi ratusan bahkan sampai ribuan karyawan yang hidupnya tergantung pada perusahaan yang kita miliki.      

Sekali dia berdiri dan berkembang semakin besar, maka tanggung jawabnya pun akan lebih besar. Bisa jadi sebagai pemilik aku malah rugi, tapi apalah arti kerugian itu dibanding ribuan karyawan yang anak istrinya bergantung dari gaji mereka" Hendra senyum menjelaskan hal penting yang lupa dipahami Aruna.     

"Oh, betul juga.. aku tak tahu apa-apa" Aruna memandang suaminya dengan tatapan bangga.      

"Jadi kamu sangat sibuk untuk menyelamatkan permasalahan anak perusahaanmu sekarang" Aruna kembali bertanya, dia tahu info terbaru yang beredar di khalayak umum lagi hangat-hangatnya menbicarakan tentang pemboikotan salah satu produk anak perusahaan Djaya makmur group.      

"Ya. Bisa dibilang seperti itu. Dan aku sangat berharap ada kamu di sampingku dalam keadaan seperti ini" lelaki bermata biru menyentuh pipi Aruna dan mengelusnya.      

"Maafkan aku Hendra, karena aku kekanak-kanakan Aku tidak tahu bagaimana cara memosisikan diriku" Aruna menunduk merasa bersalah.      

"Dan karena kehidupanku sulit, aku juga tidak tahu cara membuatmu bahagia" pria ini tersenyum menggerakkan dagu istrinya untuk lebih berani menatap ke depan. Dia tidak suka melihat Aruna menunduk.     

"lalu kapan kita bertemu ayah.."     

"Saat aku pulang kembali ke Jakarta"      

"Aku pasti merindukanmu Hendra.."      

"senang bisa mendengar ungkapan ini dari mulut kecilmu hehe"     

"Aku sungguhan.."      

"kapan aku bilang kamu sedang bercanda" mendengar ucapan mata biru gadis ini tersenyum lagi.      

"Kemarilah aku ingin mendapatkan sarapanku sebelum kau turun" Dan mereka larut saling berciuman sebelum berpisah.      

"Hendraaa.." Aruna sempat berlari pada suaminya dan memeluk erat-erat. Setelah Dia memegang motor yang diturunkan para ajudan CEO DM grup.      

"Aku hanya pergi seminggu.. lihat sekarang kamu yang gelisah" Pria bermata biru mengusap rambut gadis mungil di pelukannya.     

"Jangan lupa angkat teleponku" pesan Aruna pada sang pria.      

"Pasti..!"      

"Ingat! Jangan terlalu lelah! dan Jangan makan sembarangan!" Aruna mengangguk mengiyakan Instruksi laki-laki yang suka memberikan perintah. Kadang perilaku ini sangat dia benci, ketika Hendra begitu dominan. Tetapi di sisi lain pengaruhnya yang dominan seolah menjelma sebagai bentuk rasa sayang yang berbeda.      

Andai dia bisa ikhlas terkurung mengikuti keinginan pria yang kini menghilang di balik pintu mobilnya, mungkin jalan cerita mereka akan berbeda. Sayang hubungan mereka diawali dengan cara yang salah.      

Bisa jadi kondisi saat ini menjadi bagian dari perbaikan itu sendiri. Memperbaiki yang sudah salah sejak awal, dan mencoba mencari sela untuk membangunnya kembali dengan kondisi yang lebih baik.      

.      

.     

"Beri tahu Raka, untuk memastikan istriku diawasi dengan baik ketika aku pergi" Hendra memberi instruksi pada laki-laki yang duduk di depan.      

"Baik tuan"      

"Aku memaafkan kelakuannya padaku kemarin karena dia menjalankan misi kakekku, tapi kali ini se andainya terjadi sesuatu pada istriku tidak ada satu pun yang bisa lolos dari kemarahanku" Lelaki bermata biru kembali membuka notebooknya.      

"Ya tuan kami mengerti"      

"Bagaimana dengan Tania?" Hendra kembali bertanya pada ajudannya.     

"Semalaman perempuan itu menunggu Tuan di ruang kerja, dia tidak mau pergi sebelum menemui anda. Jadi kami terpaksa mengamankannya"     

"kau sudah bertemu dengan manajernya"      

"Manajernya sudah angkat tangan dengan kelakuan Tania, dia berubah terlalu jauh. Namun ada fakta yang kami terima dari manajernya"      

"Fakta??"     

"Mereka bilang setelah opa Wiryo melepaskan keduanya, ada perempuan yang sering menemui Tania. Namanya Tiara Susmita Salim"     

"Hehe putri pendiri Tarantula?"     

"sayang ada yang janggal ketika kami melakukan konfirmasi lebih mendalam"     

"lanjutkan!" dalam laju mobil yang kian cepat mengarungi keramaian ibukota, percakapan di dalamnya tidak kalah serius.      

"Waktu manajer Tania mengatakan Tania sedang berjumpa dengan Tiara Susmita, kami turut mengawasi semua jadwal Tiara termasuk intan Sasmita kakak Tiara. Dan mereka menjalankan aktivitas seperti biasa, yang berjumpa dengan Tania orang lain. Kita mencoba membuat sketsa wajahnya" ajudan itu menyerahkan gambar sketsa yang kabarnya berasal dari ingatan manajer Tania.     

Dan calon presiden DM grup mengamati dengan sesama. Hendra seolah mengenal sketsa yang ada di tangannya, tapi siapa? Sepertinya sangat tidak asing?     

"Aku merasa ini seseorang yang dekat dengan kita" Hendra berbicara sambil terus menduga-duga.      

"itu wajah nona Leona tuan!"     

"Oh.. bagaimana ini bisa terjadi.. dia berusaha menghancurkanku, bukankah dia Putri angkat kakek Wiryo? Siapa dia sebenarnya?"      

"Tim kami hampir tidak percaya dengan fakta ini. Dan kami melakukan pengintaian selama seminggu terakhir. Ternyata nona Leona sendiri yang menjalankan brain wash pada Tania di bantu anak buahnya"     

"kumpulkan fakta lebih banyak. Agar aku bisa meringkusnya, tanpa ada penolakan dari para penghuni lantai D yang lain"     

"Baik tuan"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.