Ciuman Pertama Aruna

Founder Surat Ajaib



Founder Surat Ajaib

0Sesi ke-2 telah dibuka sama hebatnya seperti sesi pertama. Hal yang paling menarik adalah Aruna dan Hendra diberikan sebuah papan dan spidol, mereka diminta main game tentang siapa yang lebih mengenal siapa. Jadi dua pasang suami istri ini akan diberikan pertanyaan yang masing-masing harus dijawab bersamaan.      
0

"Baiklah langsung saja kita mulai, pertanyaan pertama". Seru Ayu.      

"Tunggu-tunggu yang kalah harus ngapain nih". Sela biyan.      

"Mencium pipi yang menang". Gurau Hendra spontan.      

"wah idenya bagus juga, baiklah yang kalah akan memberikan kecupan sayang pada yang menang Yee...". Biyan bersemangat, sedangkan Ayu memasang wajah murung.      

"ah aku jadi iri.. gimana kalau aku juga ikut game. Biar bisa dapet gitu deh.. haha". Gurau Ayu.      

"Berapa nomor sepatu masing-masing pasangan?". Tanya Ayu. Dan tentu saja Mahendra benar sedangkan Aruna salah besar.      

"Baiklah yang kedua, di mana pertama kali kalian bertemu?". Biyan bertanya.      

Aruna menjawab cafe la rose, sedangkan Hendra menjawab event semiran kewirausahaan dan penghargaan entrepreneur auditorium Tri pusaka.     

"Wah kok beda siapa nih yang benar". Biyan melempar konfirmasi.     

"hehe aku kalah lagi". Aruna tersenyum mengakui kesalahan.      

"tempat paling spesial yang pernah dikunjungi bersama?".     

Mahendra menuliskan sanggar belajar lembaga kesejahteraan masyarakat. Aruna menjawab 'nggak tahu'.      

"ya ampun.. bagaimana bisa nona Aruna nggak tahu tempat mana yang paling berkesan buat kalian berdua". Ayu geleng-geleng kepala, gadis itu hanya tersenyum mengimbangi.      

Aruna takjub dengan jawaban Hendra, dia hampir tak yakin ternyata tempat yang sederhana dan membuat Hendra takut berjalan di atas lantainya adalah tempat yang spesial versi CEO DM Group.      

"Tapi ngomong-ngomong apa sih sanggar belajar? di mana itu tempatnya? apa benar-benar asyik atau menyenangkan gitu?". Biyan penasaran.     

"sanggar belajar tempat istri ku menjadi relawan pengajar bagi anak-anak kurang beruntung, pertama kali datang ke sana dan aku rasa itu sesuatu yang amazing". Jelas Hendra.      

"oh.. begitu ternyata.. pasti tempat itu sangat spesial karena anda merasakan hal yang sangat berbeda ya..". tanya biyan.      

"Bukan tempatnya yang spesial, lebih kepada.. aku bisa mengamati istri mengajar dan dia terlihat paling cantik saat itu". Kenang Hendra.      

"So sweet...". Pekik Ayu merasa gemas sendiri.      

"Pertanyaan ke-4 ya.. apa makanan kesukaan masing-masing?".      

Jawaban Aruna adalah makanan sehat, jus tanpa gula, sayuran , buah dll. Sedangkan mata biru menjawab makanan sampah pedas.      

"haha apa maksudnya ini". Biyan terbahak-bahak.      

"Tapi kali ini jawaban kami sama-sama benar". Saru Aruna akhirnya dia benar.      

"Apa maksudnya makanan sampah?". Telisik biyan bingung.      

"dia suka makan sembarangan, terkadang sesuatu yang tidak layak dimakan". Jelas Hendra. Gadis mungil itu cemberut menanggapi penjelasan Hendra.      

"Baiklah ini pertanyaan terakhir, siapa yang menyatakan cinta lebih dahulu". Tanya Ayu. Pertanyaan ini sebenarnya adalah sebuah pancingan apakah mereka benar-benar pasangan yang dijodohkan atau memang menikah atas dasar cinta.     

Hendra menjawab aku, sedangkan Aruna menjawab Dia.      

"woow.. aku benar-benar tak habis pikir ternyata CEO Hendra yang lebih dahulu menyatakan cinta, bagaimana perasaan nona saat pertama kali mendapatkan pernyataan cinta dari mas Hendra?". Ayu kembali bertanya.     

Aruna hanya tersenyum tidak bisa menjawab.      

"terlalu spesial ya..  sampai Anda tidak berkenan menjawabnya".      

"Mungkin".      

"Tolong bisa dijelaskan lebih detail?". Ayu menggali, mengharap gadis ini berbicara lebih banyak.      

Biyan yang tidak disorot kamera bahkan ikut menggerakkan tangannya berharap Aruna bicara lebih banyak.     

Hendra lebih memilih diam karena dia sesungguhnya ikut penasaran.      

"Sebenarnya saya sangat tersentuh ketika ada yang menyukai saya dengan begitu dalam, Aku juga senang dia sering mengucapkan kalimat sayang tiap saat. Tapi kadang terganggu karena dia suka terlalu berlebih". Jawab Aruna pelan.      

"Maksudnya berlebih?". Biyan gereget gadis ini sulit sekali di kuak.      

"Mungkin karena terlalu sayang jadi apa-apa nggak boleh".      

"wah protektif banget Ternyata anda". Lempar Biyan pada Mahendra.      

"semua untuk kebaikan istriku, cuman kadang dia nggak ngerti dan jadi Rawel". Hendra menimpali.      

"Jadi kapan aku mendapat ciuman di pipi. Aku yang menang". Tagih Hendra.      

"Aduh aku nggak mau lihat ini". Gerutu Ayu.     

Sambil malu-malu Aruna mendekat, menyentuhkan bibir mungilnya pada pipi Hendra.      

"Terima kasih". Bisik Hendra di telinga.     

Mereka tertangkap kamera begitu mesra.      

Adegan itu mengantarkan ungkapan lega pada manusia manusia di bawah tanah lantai D. Di gedung dinas walikota. Di rumah keluarga Lesmana. Dan di rumah induk Djoyodiningrat, bahkan perempuan pendiam itu ikut tersenyum melihat putranya yang menghilang telah kembali.      

.     

.     

Sesi demi sesi yang lebih mencairkan suasana terlewati, sayangnya gadis ini belum bisa beradaptasi dia masih kikuk dengan kamera dan sorotan mata banyak orang. Dulu dirinya sangat percaya diri, tampil didepan mengisi berbagai materi untuk newbie enterpreneur. Mungkin karena terbiasa diasingkan, gadis cerah itu kesulitan untuk menghadapi dunia yang ramai.      

.     

.     

"Benar enggak sih kalau nona Aruna ini. Ee... Temannya Danu Umar?". Tiba-tiba pertanyaan mengejutkan hadir di ujung acara. Wajah Hendra serta merta berubah.      

"Iya..". jawab Aruna ragu-ragu.      

"jadi anda turut muncul sekilas di salah satu stasiun TV yang kala itu membahas perjalanan karir Danu Umar sebelum menjadi musisi pendatang baru".      

"iya.. saya hanya bisa hadir satu sesi, lebih singkat dari teman-teman yang lain". Ingatan Aruna masih kuat saat Hendra duduk di bangku paling depan seolah mengancamnya.      

"Oh, artinya Anda juga bagian dari start up tempat Danu Umar dulu berkarya ya..?".      

Aruna hanya mengangguk, dia mendapati seseorang di sampingnya perlahan auranya berubah, tak lagi hangat.      

"Saat ini sedang heboh banget nih.. mungkin anda juga tahu kalau Danu Umar mengalami banyak cobaan akhir-akhir ini, setelah dugaan dari kepolisian tidak terbukti malah sekarang pada penasaran siapa sebenarnya cewek yang dekat dengan Danu Umar. Nah, mumpung anda di sini. Sebagai temannya juga, tahu nggak? Kira kira siapa  perempuan yang dekat dengan Danu Umar bahkan sebelum dia menjadi musisi?". Ungkapan host itu membuat seseorang gusar.     

"maaf nggak tahu". Aruna mulai menangkap gerak-gerik Hendra yang tampak menunjukkan emosi.      

"apakah Anda juga kenal founder surat ajaib".     

Ungkapan itu hanya dibalas sebuah senyuman penuh arti.      

"ini titipan pertanyaan dari tim yang di belakang, mohon maaf ya mas Hendra. mumpung bisa ketemu dengan istri Anda. Jadi kami bertanya sekalian". Biyan mampu menangkap ekspresi berbeda dari Hendra.      

"Apakah benar salah satu teman anda, di duga founder dari start up surat ajaib punya kedekatan tertentu dengan musisi danu umar?". Tanya Ayu serius.      

"Saya Founder Surat Ajaib".      

"Ah' Apa?". Biyan berceletuk kaget.      

"Wah.. kayaknya info dari tim di belakang salah besar hehe". Tangkap Ayu.     

"ha ha jelas ini kesalah informasi dech". Biyan menganulir.      

Seseorang mulai mengetuk ngetukan jemarinya, kebiasaan lama yang telah pudar dan kini kembali lagi. Hendra terlihat tidak tahan, nyala matanya berubah tajam.      

.     

.     

Kedua pasangan ini berpamitan tanpa sempat bertegur sapa dengan benar. Tersuguh ekspresi tidak menyenangkan dari si laki-laki, pembawa acara memahami kesalahannya 'bertanya di luar guideline seharusnya'.      

Hendra langsung bergegas keluar, tidak ramah. Tidak seperti kedatangannya tadi. Sedangkan Aruna berjalan lebih lambat melalui lorong-lorong stasiun TV swasta.      

"Pandu?". Perempuan ini terhenti, dia kenal orang yang duduk di sana, di dalam ruangan terlapisi kaca.     

Sedang berpikir bagaimana caranya dia bisa berkomunikasi dengan manajer itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.