Ciuman Pertama Aruna

Jangan Ambil Hartaku



Jangan Ambil Hartaku

0"Tok Tok... Brak brak" Dari luar tampaknya pintu kamar bukan cuma diketuk, ada yang sengaja mendobraknya.     
0

"Sayang ikut aku.." lelaki bermata biru menariknya dengan cepat.     

"Kemana Hen?" gadis ini mulai curiga, Hendra menariknya melewati lorong menuju kamar mandi.     

"Bersembunyilah di sini sebentar, aku akan bicara dengan kakakmu terlebih dahulu"     

"Hen kau tahu aku takut dengan kamar mandi!?"     

"Maaf tidak ada pilihan lain, masuklah.." pria itu akhirnya mendorong Putri Lesmana.      

"Hen.. aku takut.. jangan begini.." Aruna mengingat kejadian terakhir dirinya dikunci di kamar mandi dan hal tersebut menjadikannya begitu trauma.     

"Hanya tempat ini yang kedap suara. Berdiamlah di dalam sampai aku yakin kakakmu tidak akan mengambilmu dariku" cucu Wiryo sungguh berniat mengunci gadis itu sekali lagi di kamar mandi.     

"Jangan.. Aku mohon jangan lakukan.." Aruna berusaha melawan kehendaknya, mendorong dorong pintu supaya Hendra mengurungkan niatnya.     

"Hendra aku takut jangan lakukan ini aku mohon.." Dan suara itu menghilang di balik pintu. CEO DM group benar-benar mengunci istrinya di kamar mandi.     

"maafkan aku sayang aku tak ingin kehilangan dirimu" dia masih posesif, lebih posesif lagi karena ia memahami hubungan antar keluarga Djoyodiningrat dan keluarga istrinya sedang kacau balau.      

.     

"Tak perlu anda lakukan itu" Raka datang menyapa Anantha, pimpinan ajudan sudah menyusup di ruangan para house keeping mengambil card kunci cadangan kamar pewaris DM group sejak pertama kali dia datang. Menyadari tidak ada yang bisa mendobrak pintu kamar VIP Djoyo Rizt hotel.      

"baguslah ternyata kalian tidak mengingkari janji membantu kami mengambil kembali adik kami" balas Anantha memperhatikan pria itu begitu mudah membuka pintu.      

"ambil adikmu sendiri, Aku tidak mau terlihat menghianati mas Hendra. Kecuali Anda kesulitan panggil aku, aku menunggu di sini" Raka dikirim Wiryo untuk memuluskan keluarga Lesmana mengambil putrinya. Dia tahu Hendra tidak bisa menerima ini dengan mudah. Dan semua orang tahu pemilik mata biru adalah laki-laki keras kepala tidak mungkin bisa dibujuk apalagi berubah pikiran.      

Saat pintu itu terbuka Hendra terlihat terkejut, tapi dia lebih fokus mempersiapkan diri bernegosiasi dengan kakak Aruna.      

"Di mana adikku?!" Hendra menyodorkan kursi agar kakak Aruna berkenan untuk duduk.      

"kau ingin apa?" Anantha tidak menginginkan duduk, dia mengamati seisi ruangan lekat-lekat.      

"izinkan Aku minta waktumu, aku sudah tahu keluarga kalian memutuskan hubungan. Bukan berarti aku dan Aruna harus selesai" Hendra bersikukuh ingin menyelesaikan permasalahan ini dengan kepala dingin.      

"Kau pikir siapa yang membuatnya jadi begini, kau dan kakek mu sama saja. Maaf, dulu ayahku berkali-kali datang kepada kakekmu agar menghentikan perjanjian pernikahan. Ayah ku memohon hingga putus asa, dan kalian tetap bersikukuh tidak ingin mengubah keputusan. Hanya karena kalian lebih berkuasa, kalian gunakan kekuasaan itu untuk menghancurkan masa depan adikku" Anantha mulai bicara dan memberikan tekanan pada adik iparnya.     

"Apa kau tidak sadar kondisinya saat ini berbeda, Aruna dan aku sudah hidup bersama. Apa kalian tahu? Ini menyakitkan buat kita berdua" Hendra berupaya sedingin mungkin, satu kesalahan akan membuatnya benar-benar kehilangan Aruna. Keluarga istrinya sudah membuat keputusan besar yang begitu mengejutkan. Hendra tidak tahu apa masalahnya yang pasti saat ini dia harus mempertahankan perempuan mungil yang sudah mengisi hidupnya.      

"tapi Aruna ingin pulang kan? Kau tidak bisa menghindari kenyataan itu"     

Pertanyaan Anantha membuat mata biru membeku.      

"Kau bahkan tidak bisa menjamin keselamatan adikku!? Kecuali mengurung dia, Jadi biarkan aku mengambil adikku" Anantha tidak mau duduk. Matanya semakin merah penuh kemarahan setelah menemukan handphone Aruna tergeletak di lantai.      

"Tolong, jangan ambil dia. Beri aku kesempatan untuk memenuhi semua keinginannya.." suara Hendra tak begitu dipedulikan oleh lawan bicaranya. Kakak lelaki Aruna meraih handphone dari lantai dan mulai berjalan menyusuri ruangan.      

"BERHENTI!" Hendra mulai memegang bahu Anantha. Berharap kakak laki-laki Aruna menghentikan pencariannya, dia mulai melirik lorong kamar mandi.      

"Aku tidak ingin berselisih denganmu" Hendra menarik bahu itu.     

"apakah KAU MENGURUNGNYA DI KAMAR MANDI LAGI!!"     

"Tidak ada yang boleh mengambil istriku"     

"beraninya kamu menyebut adikku istrimu, pernikahan kalian cuma kontrak bukan?" Anantha tidak mau mengalah. Dia melepas cengkeraman pewaris Djoyodiningrat.      

"kau salah, ini cuma salah paham" Hendra mendorong Anantha yang terus berusaha menuju lorong kamar mandi.      

"beraninya kau lakukan ini padaku, belum puas kau gunakan adikku untuk menyembuhkan penyakitmu, setelah menjadikannya kelinci percobaan kau masih saja ingin mengurungnya" pernyataan Anantha kali ini membuat Hendra terkejut bukan main.     

Apa maksudnya? Siapa yang menjadikan Aruna kelinci percobaan? Mengapa semuanya jadi kacau secara tiba-tiba? Apa jangan-jangan ini semua sudah direncanakan?      

Secara mengejutkan lelaki bermata biru ditonjok oleh Anantha dan perlahan Mahendra perusahaan bangkit mencoba mencari keseimbangan. Sebelum terlambat dia menarik baju lawannya untuk menghentikan langkah kaki kakak Aruna menuju pintu kamar mandi.     

Hendra perlu sampai di pintu kamar mandi lebih dahulu karena kuncinya masih menggantung di sana.      

Sekali lagi Anantha beringas melawan, Hendra tidak lakukan pembalasan berarti karena dia masih ingin melanjutkan hubungan kekeluargaan dengan saudara-saudara istrinya.      

Mata biru sekedar berusaha menghentikan cara Anantha mendekati pintu kamar mandi.      

Secara mengejutkan, ketika Hendra berhasil meraih kunci itu. Anantha berteriak lantang: "kau yang di luar BANTU AKU!"     

Sekejap kemudian Raka datang, menodongkan pistolnya pada Mahendra.      

"Hah.. apa-apaan ini!" Hendra sangat terkejut dengan kelakuan Raka. Ternyata semua sudah dipersiapkan, ini bukan kebetulan. Keterlibatan Raka menjawab semuanya.     

"lakukan saja jika kau berani menembakku" ucap Hendra berikutnya membuat Raka bingung sendiri.      

Tidak mungkin penghuni lantai D menembak pewaris tunggal Djoyodiningrat. keberadaan tempat itu dan semua hal yang dibentuk adalah untuk menjaga keberlangsungan keluarga tuannya, keluarga inti pemilik Djoyo makmur group.     

"maaf mas" Raka mengucapkan kalimat permintaan maaf lalu menurunkan pistolnya. Semua lebih mencair, ketegangan surut dari raut muka Mahendra sedangkan Anantha merasa dibodohi.      

Akhirnya pimpinan bodyguard itu membawa tubuh Anantha menjauh, sambil terus mengamati Hendra yang sedang membuka pintu kamar mandi.      

"Dasar Djoyodiningrat, kalian bedebah semuanya" Anantha hanya bisa mengumpat.     

Sekejap berikutnya tangan kakak Aruna dilepas. Pria ini dibuat bingung kenapa orang Djoyodiningrat melepaskan dirinya. Anantha  mencari tahu, dia membalik tubuhnya mengamati Apa yang terjadi.      

Di ujung sana ada lelaki bermata biru yang lengah. Terkejut menatap tubuh istrinya yang telah jatuh di lantai.      

"BRAK" seseorang menghantam kepalanya dari belakang, entah apa yang digunakan untuk menghantam tubuh bagian belakang, dia kesulitan berdiri kembali. Lebih parah lagi ada sesuatu yang disuntikkan ke tubuhnya. Mata biru perlahan kehilangan kesadarannya.     

Hendra berusaha keras melawan rasa kantuk yang membuat matanya ingin menutup, air dari mata meredup terus mengalir. Dalam minimnya kesadaran dia memahami tubuh wanita yang dia cintai direngkuh dan diangkat kakaknya. Aruna dibawa pergi, Dia yang pingsan karena terkunci di kamar mandi tak bisa membuat pernyataan untuk kakaknya. Dan tak bisa menunjukkan rasa khawatir yang sering disuguhkan untuk laki-laki bermata biru.      

"Huh... Huh..." nafas itu nafas Mahendra, nafas yang dihembuskan bersama harapan.     

_Jangan ambil Aruna.. Jangan ambil harta ku.._      

Tenggelam dan menghilang.      

.     

"Kamu baru pertama kali ya.. ke tempat seperti ini?".     

"Ayolah Hendra bangunan ini tidak akan roboh karena berbunyi".      

"Selamat sore.. Kak Aruna datang..".     

"Hari ini kak Aruna membawa banyaaak hadiah"     

"Kak Runa, kita bikin apa hari ini?".      

"Kita akan buat gelang cantik".      

"Kak siapa laki-laki di belakang?".     

"Dia diam saja dari tadi".      

"Kalian ingin berkenalan?".      

"Hendra bawakan kemari manik-manik yang aku beli tadi".      

"Perkenalkan dia adalah CEO Hendra. Orang yang sudah berbaik hati membelikan banyak hadiah untuk kalian".      

"Kita ucap terima kasih padanya".     

"Terima kasih.." beberapa anak melompat dan bertepuk tangan.     

Dalam tidur panjangnya, seorang pria masih memimpikan perempuannya.     

.     

.     

__________________________     

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/     

Bantu Author mendapatkan Power Stone terbaik ^^     

Hadiah anda adalah motivasi untuk kreasi saya. Beri aku lebih banyak motivasi!     

Silahkan tinggalkan jejak komentar, aku selalu membacanya.     

Review bintang 5     

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak     

-->     

(^_^) love you All, intip juga novel saya yang lain [IPK : Inilah Perjanjian Kita, Antara Aku Dan Kamu] dan [YBS: You Are Beauty Selaras]. Dengan gaya menulis berbeda dimasing masing novel.     

INFO : Instagram bluehadyan, fansbase CPA (Hendra, Aruna, Damar)     

Nikmati Cuplikan seru, spoiler dan visualisasi CPA     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.