Ciuman Pertama Aruna

II-8. Pacar Pertamaku



II-8. Pacar Pertamaku

0"Walaupun aku mencintai mu, tapi bukan berarti aku harus ikut pulang bersama mu. Aku Masih ingin di sini. Di rumah ayah ku.  Aku ingin menata kembali kuliah ku yang berantakan dan kembali melanjutkan mimpi ku bersama teman-teman surat ajaib. Aku minta maaf."     
0

Deg deg deg     

"Aruna.. lalu aku harus bagaimana..?? Aku nggak bisa hidup tanpamu.. kau harus tetap pulang dengan ku" tegas Mahendra     

"aku tidak bisa.. Aku ingin memperbaiki hidup ku.. berikan aku kesempatan Hendra.. Aku ingin berpikir terlebih dahulu.. sebelum memutuskan kembali dengan mu.." perempuan itu mundur melepaskan diri dari Hendra.      

"Hei tak bisa seperti ini.."  Ada hati tersayat walau sekedar gerakan mundur.     

"Aku ingin kuliah lagi.. Aku juga ingin melanjutkan mimpi ku, aku ingin kemabli membangun surat ajaib.." Aruna menemukan kenyamanan sesaatnya dan hal itu membuatnya tak ingin kembali pada rumah induk.     

"aku bisa memberikan semua itu.. kembalilah pulang dengan ku.. akan ku berikan semuanya, segala keinginan mu"      

"Tidak! Aku tahu kau belum bisa merelakan kebebasan untuk ku. Sampai akhir pun kau masih mengurung ku di kamar mandi. Aku tidak mau pulang ke rumah induk. Biarkan aku di sini terlebih dahulu. Kamu masih bisa mendatangi ku dan mengunjungi ku kapan saja sesuai keinginan mu"      

"Aruna please! jangan begini"      

"Aku belum ingin kembali ke rumah induk.. Hendra... ku mohon aku nggak mau"      

"Baiklah kita akan tinggal di kamar hotel pribadi ku! Kalau kamu mau, aku juga bisa membeli rumah untuk mu! Untuk kita berdua"     

"Sepertinya kata-kata ku salah.. maaf aku belum ingin kembali pada mu"     

Deg deg     

Ada hati yang sakit luar biasa karena ucapan istrinya.     

"apa maksudnya Aruna.. kita saling mencintai.. jangan menyiksa diri mu.. Please kali ini saja!"     

"maaf.." Gadis itu bersih kukuh.     

"Jangan ada kata maaf itu menyiksa ku. Katakan saja apa yang ada di hati mu! Biar aku tahu kau mau apa?!" Suara Hendra terdengar meninggi.     

"baiklah kamu yang memintanya, meminta ku bicara apa adanya"      

"Ya Apapun Itu akan aku kabulkan asalkan masih ada kesempatan untuk mempertahankan pernikahan kita" Hendra memahami istrinya masih sangat muda. Pernikahan untuk gadis berusia 20 tahun pasti memiliki makna berbada dibandingkan pernikahan dari sudut pandangnya.     

"Kali ini beri aku waktu untuk berpikir ulang sebelum kembali pada mu.. maaf ucapan ku tidak berubah.."     

"Kau mengucapkan kata maaf lagi!" Hendra mulai gusar dan ketakutan.      

"tunggu sebentar jangan marah! dengarkan Aku. Aku masih bisa kembali pada mu... kamu masih bisa mengunjungi ku sesuai keinginan mu... Biarkan  aku mengikuti ujian di kampus ku.. biarkan aku melanjutkan mimpi mimpi ku.. aku takut kepada diri ku sendiri jika harus kembali ke sana.. aku sudah tidak sanggup lagi jika harus di kurang sekali lagi" Gadis ini kalut dan merintih dia menangis memohon pada Hendra, pada suaminya.     

Deg deg      

Dan seorang pria menyadari kelemahannya. Dia belum bisa menyajikan kebebasan untuk istrinya. Air mata perempuan ini sama menyiksanya.     

"Hendra.. kalau kau sudah siap memberi ku kebebasan ketika aku berada di dekat mu..  Aku pastikan aku akan kembali pada mu" Ucap Aruna meyakinkan.     

"huuh..." sang  pria menghela nafas memegang pelipisnya.      

"jadi perasaan cinta di hati mu tidak lebih besar dari rasa takut karena harus berkorban untuk ku"      

"aku sendiri juga tidak tahu.. tapi kadang manusia itu egois..  bisa jadi hari ini Aku mengharapkan kebebasan karena itu masih berharga untuk ku. Tapi besok bisa jadi aku berlari kepada mu karena  diri mu lebih berharga, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi nanti, Tapi untuk saat ini aku belum bisa" Aruna mengguncang lengannya berharap permintaannya di kabulkan.     

"Jadi kau ingin mencoba mencari tujuan mana yang lebih kuat untukmu?" Otak Hendra membuat kongklusi dari ucapan Aruna.     

"dan kau pun juga harus meneguhkan hati mu.. apakah benar bersama ku adalah pilihan terbaik untuk mu.." gadis itu menjabarkan segala kemungkinan. Dia mau keadaan ini menjadi seimbang.     

"Oh jadi Kamu sedang memberi ruang untuk kita masing-masing berpikir?" Hendra menyusun konklusi lain.     

"Terima kasih sudah mengerti.."     

"Sampai kapan..??" Hendra butuh batas waktu.     

"Aku butuh kepastian" tegas mata biru.     

"sampai kau yakin kau bisa memberikan ku kebebasan.. ketika aku akhirnya kembali pada mu"     

"Bagaimana kalau.. sampai aku bisa meyakinkan mu untuk kembali pada ku. Entah ada kebebasan atau tidak"     

"Terserah kamu saja.. untuk saat ini biarkan aku melanjutkan kuliah ku atau aku akan ketinggalan jauh sekali dari teman-teman" Keluh si perempuan.     

"Baiklah.. anggap saja aku sedang menitipkan istri ku pada ayahnya. Okey!" Hendra menyadari ke selamatan Aruna memang sedang dipertaruhkan. Kecuali gadis ini berkenan mengandung pewaris selanjutnya. Sehingga sasarannya bukan lagi kepada sang perempuan tapi pada bayi mereka. Menjaga bayi lebih mudah dari pada gadis yang tumbuh dari lingkungan dan keluarga pada umumnya.     

"terserah kamu saja.."      

"artinya aku bisa mendatangi mu kapan pun.."     

"mungkin.."      

"Baiklah akan kuterima kali ini.. karena untuk sekarang jalan ini.. yang terbaik buat kita"     

Dan sang perempuan menggangguk.      

"Hen.."      

"hem.."      

"Terima kasih sudah mau memberiku kesempatan.."      

Mata biru menatap istrinya sekali lagi. Walau pada akhirnya harus terima untuk saat ini seolah-olah berpisah dengan perempuan yang dia cintai, sayangnya  jalan ini  memang terbaik untuk gadisnya.     

Kenyataannya jujur Hendra belum bisa membayangkan bagaimana caranya tidur tanpa memeluk istrinya. Atau menempati kamar mereka lagi. Kesendirian Hendra kala mencari keberadaan Aruna begitu berat untuk dilewati. Menjalaninya lagi dirasa cukup berat.     

"Apa kamu bisa tidur tanpa aku?" tanya Hendra jujur dari dalam hatinya.     

"Nanti aku telpun kalau kamu susah tidur".     

"Sepeti anak muda pacaran saja kita" keluh Hendra.     

"Oh, Artinya kamu pacar pertama ku" balas Aruna.     

"Kok Bisa?" Hendra belum bisa memahami maksud kata kata Aruna.     

"Aku belum pernah punya pacar dan pacaran, jadi aku anggap kita pacaran ala anak muda dan kamu lah pacar pertama ku" Celetuh Aruna perlahan mendamaikan hati yang sempat berapi api.     

.     

.     

__________________________     

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/     

Bantu Author mendapatkan Power Stone terbaik ^^     

Gift anda adalah semangat ku untuk berkreasi. Beri aku lebih banyak Semangat!     

Silahkan tinggalkan jejak komentar, aku selalu membacanya.     

Review bintang 5, berupa kalimat lebih aku sukai     

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak     

-->     

(^_^) love you All, intip juga novel saya yang lain [IPK : Inilah Perjanjian Kita, Antara Aku Dan Kamu] dan [YBS: You Are Beauty Selaras]. Dengan gaya menulis berbeda dimasing masing novel.     

INFO : Instagram bluehadyan, fansbase CPA (Hendra, Aruna, Damar)     

Nikmati Cuplikan seru, spoiler dan visualisasi CPA     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.