Ciuman Pertama Aruna

II-36. Nge-ship



II-36. Nge-ship

0[Dengan anak itu?]     
0

[Iya]     

"Hem.. sudah malam, kenapa dia belum pulang juga" laki-laki bermata biru lengkap dengan setelan jas yang melekat, terlihat berdiri menangkap panorama malam Singapura dari kaca yang membentang di kamar hotelnya.     

.     

.     

Ketika dua kakak adik ke luar dari kamar mereka sempat terenyak sejenak, dua pria ternyata sedang asyik bermain PlayStation 4 Pro. Pantas mereka tidak gaduh walau di tinggal para perempuan berbincang lama.      

Aliana menyelinap duduk memeluk Aditya.      

"Ngobrolin apa lama banget?" Tanya pria yang matanya masih fokus pada PS 4.      

"Ngobrolin cewek yang lagi galau menentukan pilihan" Canda Aliana.      

"Ah" Sang pemuda Padang tiba-tiba melakukan kesalahan hingga dia terkalahkan. Dua laki-laki ini sedang memainkan sebuah game Final Fantasy yang cukup legendaris di PSP. Yang kini pada PS4 mereka memainkan game sejenis berjudul Dissidia Final Fantasy NT, di dukung dengan grafis dan game play yang betul-betul mengagumkan.      

Damar dan Aditya sempat mendiskusikan game tersebut bahkan mereka membahas tentang tambahan sistem pertarungannya yang sudah tidak lagi 1 lawan 1, melainkan 3 lawan 3.      

Serta pembahasan terkait karakter-karakter Final Fantasy yang belum sempat di hadirkan pada versi PSP seperti Ramza (Final Fantasy Tactics), Ace (Final Fantasy Type O), Yshtola (Final Fantasy XIV), hingga Noctis (Final Fantasy XV). Penggemar franchise legendaris Square Enix seperti Damar dan Aditya secara mendadak langsung terbawa fantasi mereka yang secara spontan menjadikan keduanya akrab dan mencoba memainkannya bersama, tidak ingin melewatkan game ini begitu saja.     

"Kau hampir mengalahkanku kenapa mendadak nggak fokus" Desis Aditya melirik Damar yang seolah ingin berhenti dari permainan mereka.       

Damar hanya tersenyum, dia sebenarnya terganggu oleh ucapan yang dilontarkan Aliana ' Ngobrolin cewek yang lagi galau menentukan pilihan' lalu bentengterbaik berusaha melirik gadis pujaannya.      

_Galau menentukan pilihan? Apakah ini tentang aku dan suaminya_     

_bolehkah aku se-percaya diri itu?_     

Mata lebam gadis bersimbol rona kemerahan benar-benar menarik perhatian.      

_Apa yang terjadi pada Aruna?_     

"Kita makan bareng dulu sebelum kalian pulang!" Pinta Aliana, spontan memencet tombol off pada layar TV LCD.      

Damar senang mendapati dirinya bisa lebih fokus mengamati Aruna. Tidak lama pria itu diminta menuju pantry, duduk melingkari meja makan berbentuk persegi panjang.      

Aditya tampak tangkas menghidangkan mangkok dan piring berisikan makanan untuk kedua tamunya.      

"kita foto dulu yuk, rasanya lama nggak ngumpul, makan bareng seperti ini" Aliana mengeluarkan handphonenya mengarahkan yang lain untuk berswafoto.      

"Aku juga mau kak" giliran Damar memasang handphonenya pada sudut meja dengan pengganjal termasuk menu timernya. Kemudian dia berlari mengambil tempat, menyelinap di antara tiga orang yang lain. Sebuah foto sempurna tertangkap di kamera handphone sesuai keinginan pemiliknya.      

"Damar Aku minta dong!"      

"Wait! Aku upload dulu ke IG"      

"Aku juga mau bikin story, lama nggak buka media sosial"      

"Menurutmu yang mana yang paling bagus"     

"Aku suka yang ini. Kirim ke aku yang ini aja"     

"oke cantik.."     

"Kau itu.. huus!" Aruna membesarkan bola matanya, mengingatkan Damar sambil sempat mendorong lengan si bentengterbaik, mengisyaratkan peringatan 'ada kakak-kakaknya di dekat mereka'.      

"nggak usah malu.. kita juga pernah muda.. Ya kan sayang?" Aditya si tidak tahu apa-apa mengira Damar adalah laki-laki spesial dan saat ini dekat dengan Aruna, lalu suka rela mendampingi Gadis itu untuk move on.      

"Sudah, makan saja! Celotehannya dilanjutkan nanti" Aliana turut mengingatkan mereka.      

.     

.     

"Hati-hati ya kalian. Sudah malam pula, Damar Aku titip Aruna ya" Aliana berulang kali menyampaikan pesan berhati-hati pada dua pemuda pemudi yang ada di hadapannya.     

"Iya.. kak Alia" Pemuda jangkung menjawab pesan Alia sambil sibuk melepas jaketnya, si tebal berwarna navy sengaja dibungkuskan pada tubuh mungil Aruna.      

"Oh' sayang ambilkan jaket untuk Damar atau Aruna" Aditya segera berlari masuk ke dalam apartemen sesuai instruksi ibu hamil, mengambil jaket miliknya sendiri.      

Ketika kembali, tertangkap kerutan  di wajah Aliana. Kenapa bukan jaketnya yang diambil? Yang cocok untuk Aruna, malah jaket Aditya sendiri yang diberikan kepada Damar.       

"Guys.. kapan-kapan kita main lagi ya"     

"Oke.."     

"Jaketnya buat kamu aja"     

Damar menunjukkan ekspresi keberatan: "aku kembalikan pakai okesend (jasa kirim barang online) bisa kok Kak"     

"Enggak apa-apa, anggap saja sebagai imbalan karena kau sudah mengalahkanku"      

"Ah' kita kan cuma main-main"     

"tak masalah ini sekedar jaket, lain kali main kesini lagi. Duel berikutnya aku yakin aku bisa mengalahkanmu"     

"Asal Aruna memintaku menemaninya datang ke apartemen ini lagi, aku kita akan menolaknya"      

"Aruna sering-sering ajak Damar ya.." Aditya menyisipkan permintaan, sayangnya permintaan yang tersampaikan dengan logat bercanda itu ditanggapi serius oleh calon ibu anaknya. Sikutan mendarat di perut membuat Aditya sempat terkejut. Ingin rasanya protes, namun ketika memandang wajah Alia, lelaki berkacamata itu kembali terbungkam.      

.     

.     

"Aku suka sama anak muda itu, cowok barunya Aruna kah?" tanya Aditya.     

"Kamu itu ngomong seenak jidat sendiri" Aliana menggertak Aditya, padahal laki-laki itu tidak tahu apa-apa.     

"Salah lagi, Jangan ngambek dong. Nggak baik buat Utun, yang.."      

"siapa juga yang ngambek.. kamunya aja ngomongnya enggak dijaga. Anak itu bukan pacarnya Aruna"      

"Jadi temenan doang nih?"     

"Iya.."     

"Tapi terlihat jelas perhatian banget sama adik"     

"Namanya juga pernah saling suka. Tapi kalau boleh tahu di antara Hendra sama Damar, kamu nge-ship yang mana yang?"     

"Jelaskan Damar dong"     

"Kok enteng banget ngomongnya nggak pakai mikir"     

"Gimana lagi?! Hendra itu di tempat kerja udah kayak makhluk ber-aura mencekam"     

"Mencekam gimana?"     

"CEO yang terbukti sangat disiplin, apalagi kalau sudah meeting bareng dan materi yang kamu bawa nggak ada keren kerennya udah deh kamu akan jadi mangsanya dia, siap-siap gak bisa nafas"     

"separah itu?"      

"dia kaku banget kayak robot Yang, kita di kantor jangan sampai meja kita di lewati sama dia atau siap-siap cari oksigen karena rasanya berhenti nafas seketika. Kalau sama Hendra sorry ya secara pribadi gue nggak bisa leluasa. Beda jauh sama Damar, tuh anak asik banget diajak ngobrol"     

"ya pasti beda lah.. Hendra kan atasan kamu, sedangkan Damar orang lain yang gak ada hubungan secara pribadi denganmu"     

"percaya deh, anak itu asik banget diajak ngobrol"     

"terserah lu.."     

"Kayaknya kamu nge-ship Hendra?"     

"Soalnya adikku masih ingin mempertahankan rumah tangganya"     

"Walau pun awalnya mereka sekedar pernikahan kontrak, pernikahan paksa, pernikahan mendadak.. yang namanya rumah tangga pasti berharap semua berjalan baik-baik saja, seperti aku sama kamu. Walau kita menikah tanpa wali Ayahmu, entah itu sah atau enggak, kamu dan utun tetap harta paling berharga untukku" Calon ayah memeluk punggung belakang Aliana yang sibuk mencuci piring, mengelus perut membesar tempat buah cinta mereka tumbuh. Tak terasa denyutan ringan menyesap dan menggelitik bibir Aliana.      

"mumpung utun belum besar, pengen dapet jatah"      

"Hais' minggir sana beres-beres dulu"     

"Yah... Ayolah sayang, nanti aku beresin deh semuanya"     

"Omong kosong!? Kalau udah dapet jatah, capek mandi terus tidur. Jadi sekarang beresin dulu!!" Aliana melepaskan diri dari Aditya, pria itu hanya bisa pasrah dibumbui bibir manyun merapikan meja makan dengan suara gesekan benda-benda yang sengaja di keraskan.     

"Jangan kayak anak kecil! Lakukan dengan benar! Nanti kamu bisa main sampai pagi"     

"Beneran nih?"     

"iya.. kalau kamu tega ngajak ibu hamil main sampai pagi"     

"Ah.. iyaaa... Mustahil.." si laki memasang wajah lebih kucel dari sebelumnya.     

***     

"Damar kenapa kita berhenti?" komentar Aruna seberes Vespa antik milik si jangkung terparkir nyaman di sudut cafe dengan konsep Batik Cafe & Lounge.      

Jangkung tersenyum sekejap: "masuk saja, Aku ingin menunjukkan sesuatu padamu. Sebentar saja, dan kau tidak akan kecewa"      

.     

.     

__________________________     

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/     

Bantu Author mendapatkan Power Stone terbaik ^^     

Gift anda adalah semangat ku untuk berkreasi. Beri aku lebih banyak Semangat!     

Silahkan tinggalkan jejak komentar, aku selalu membacanya.     

Review bintang 5, berupa kalimat lebih aku sukai     

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak     

-->     

(^_^) love you All, intip juga novel saya yang lain [IPK : Inilah Perjanjian Kita, Antara Aku Dan Kamu] dan [YBS: You Are Beauty Selaras]. Dengan gaya menulis berbeda dimasing masing novel.     

INFO : Instagram bluehadyan, fansbase CPA (Hendra, Aruna, Damar)     

Nikmati Cuplikan seru, spoiler dan visualisasi CPA     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.