Ciuman Pertama Aruna

II-54. Pemeran Jahat



II-54. Pemeran Jahat

0Sayang semuai ini awal malapetaka panjang. Dan sayang pula Wiryo bersama para petinggi yang tersisa ujung-ujungnya berambisi mencetak penerus berikutnya dengan cara mereka yang sedikit ekstrem. Pria kecil permata biru hidup dengan KPI (Key Performance Indicators) atau Indikator Kinerja Utama     
0

Hendra kecil hidup dalam draf yang sudah disiapkan untuknya. Draf (rancangan atau konsep) yang merupakan ambisi bagi mereka yang baru saja mendapatkan kemenangan karena kehadiran  laki-laki kecil yang siap dibentuk apa saja.       

Jadi lah Hendra hidup dengan cara berbeda sejak dia menginjakkan kakinya di tanah kelahiran ibunya.     

Sedangkan Wiryo sendiri menghidupkan banyak anak angkat untuk mencetak sebanyak-banyaknya manusia-manusia kecil baru yang bisa membantunya suatu saat nanti.       

Clara dan para dewan yang meregang rasa malu terusir dengan tidak terhormat. Diasingkan dari masyarakat. Tercoret nama baiknya. Mengusung dendam berkepanjangan. Hingga terus-terusan mengancam siapa saja yang akan menjadi penerus dan pewaris DJoyo Makmur group.       

Dia yang bicara dengan dirinya sendiri. Turut menyusup ke dalam selimut dan meraih perut perempuannya. Menggeser tubuh gadis mungil lebih dekat ke dalam dekapannya. Senang rasanya bisa memelukmu kembali malam ini dengan di temani aroma menawan khas perempuan memabukkan. Kokain hidup yang mampu merusak gerakan neuron pada otaknya.      

.      

.      

Pada tidur pulas seorang laki-laki yang enggan melepaskan jerat tangan memeluk sang istri.       

Perempuan kecil berupaya melepaskan diri dengan hati-hati, supaya dia yang memeluknya tidak sadar ketika ditinggal pergi.       

Aruna mengangkat tangan Mahendra perlahan, berusaha hati-hati supaya pria yang mendekatinya tidak menyadari.     

Gadis ini melakukan hal tersebut setelah asisten rumah tangga dan Surya mengetuk pintu berulang ingin menyampaikan sesuatu yang penting kepada Aruna. Sayangnya Hendra menjeratnya dengan kuat. Dia tidak bisa pergi begitu saja, meraih handphonenya dan meminta Surya menjelaskan apa yang sedang ingin disampaikan.       

Ternyata kakaknya Anantha bersikeras ingin menjemput Aruna yang kabarnya menginap di rumah Dea. Dea otomatis panik bukan main, waktu sudah menunjukkan 12.30 entah apa isi kepala Anantha bisa-bisanya dia tetap bersikeras menjemput Aruna, setelah menyadari Aruna tidak berada di rumah.       

Bisa menjadi bencana besar seandainya Anantha tiba di rumah Dea dan ternyata Aruna tidak berada di sana.       

Setelah berhasil mengangkat tangan Mahendra lalu meloloskan diri dari pelukan erat tangan laki-laki bermata biru. Kini Aruna berupaya keras lolos dari kaki pria yang menindih salah satu kakinya.       

"Haduuh.. berat banget kaki Hendra, minggirlah sayang aku harus pergi sekarang" gerutu lirih Aruna.       

Pria itu menggeliat meraba-raba Aruna, Gadis bermata coklat segera mengelus rambutnya dan membuat gerakan puk-puk untuk menenangkan.       

"aku masih di sini.. tenang..  tidurlah.." dan dia kembali menutup matanya. Gerakan berikutnya Aruna berupaya mendorong lagi kaki Mahendra. Ketika lolos sebuah guling diletakkan dekat pada tubuh sang pria supaya Mahendra masih merasa keberadaannya, seolah dia masih mendekapnya.     

Aruna yang bangkit dan berjalan menuju ke arah pintu, kembali mendekati tubuh suaminya.       

"Maafkan aku sayang" kata pertamanya menggantikan panggilan Hendra dengan ungkapan 'sayang'       

Dia mengelus rambut coklat suaminya. Mencium kening, lalu salah satu pipi sang pria.       

"Percayalah, I love you so much" bisik sang perempuan kepada mata biru, sekali lagi mengecup rambutnya lalu meninggalkan mata biru tertidur sendirian.      

.      

.      

"Aruna, syukurlah kau sudah datang. Cepat ayo masuk.. kakakmu sebentar lagi pasti akan datang" Dea membuka pintu rumahnya lebar-lebar. Lalu meminta Aruna segera masuk ke dalam rumahnya.     

Sempat memandang tunangannya sekejap sebelum akhirnya melambaikan tangan perpisahan.     

Gadis yang baru datang ke rumah Dea, tampak sedang gemetar, tadi ajudan yang membawa mobil menuju ke tempat ini memacu kendaraan roda empat itu dengan kecepatan sangat tinggi.       

Aruna sadar itu harus dilakukan, karena kakaknya juga dalam perjalanan menuju rumah Dea.       

"minum dulu jangan panik!" baru saja Aruna menerima gelas berisi air putih dari tangan sahabatnya.       

Sayang kini yang dia dapati malah telepon dari kakaknya. Anantha bilang dia sudah ada di depan rumah Dea dan terhadap Aruna segera keluar.       

Putri bungsu keluarga Lesmana hanya sempat meneguk air di tangannya separuh saja. Dia bangkit memeluk tubuh sahabatnya lalu berpamitan pulang.       

.     

.     

"Kamu membuat kakak cemas!" Aruna tidak bisa menjawab ungkapan kemarahan dari si keras kepala Anantha.       

"kenapa sih kakak marah-marah begitu?" Aruna mengerutkan keningnya menatap ananta yang tajam mengintai adiknya.       

"aku mencarimu dari sore, aku pergi ke surat ajaib. Katanya kau keluar dengan temanmu bernama Timi, anak-anak di outlet bilang sedang mengurusi seminar lah, kemudian aku tanya lagi masih di kampus lah. Aku sampai mencarimu ke mana-mana. Handphone mu juga kenapa kau tidak mengangkat telepon kakak" Anata menggerutu dengan suara yang keras.       

"lihat handphone ku mati Kak"      

"mengapa tidak kamu buang saja kalau kau biarkan handphone mu mati" umpat Anantha sambil melaju kencang di atas jalanan malam.       

"Kenapa kakak berkata kasar padaku" kini Aruna berani menandingi ucapan kakaknya. sungguh di luar dugaan karena Gadis itu selalu menuruti kakak-kakaknya, ayah serta ibunya. Dia anak penurut yang jarang sekali menunjukkan emosi.       

"Kau juga dari mana aku belajar mengeraskan suaramu" Anantha liriknya penuh kekecewaan.       

"Aku tidak mau bertengkar dengan kakak, tapi kenapa sih kakak selalu.."      

"selalu apa? Selalu apa Aruna? Kak Anantha melakukan ini karena kakak khawatir padamu, kau tahu hari ini Hendra mengalami tragedi buruk. Bisa saja orang yang berbuat buruk pada Hendra juga menjadikan mantan istrinya target"      

"mantan istrinya? Aku masih istrinya"       

"Maka dari itu, kamu seharusnya pulang bukannya keluyuran di luar, apalagi menginap di rumah teman mu. Kau tahu perilaku itu sangat tidak bagus. Walau pun sahabat dekat, menginap di rumah Dea sering-sering juga tidak baik"       

_siapa juga yang tidur di rumah dea, aku tidur di tempat suamiku_      

"Jangan marah dengan kakak. Kakak melakukan ini karena terlalu khawatir padamu. Kakak sayang dan peduli padamu. Kalau terjadi apa-apa denganmu, siapa yang akan merasa paling bersalah, tentu saja kakak. Karena aku tidak bisa melindungi adik ku sendiri"       

Aruna diam membeku, tentu saja ananta khawatir di tengah kejadian yang menimpa Hendra. kakak laki-laki ini pasti berusaha mencari keberadaan adiknya dan memastikan dia aman.      

"Kak, apa menurut kakak aku harus bercerai dengan Hendra?" gelisah hati Aruna bertanya.       

"tentu saja, tidak ada baiknya terus memiliki ikatan dengan keluarga Djayadiningrat. Mereka orang yang bergelimang harta. Tapi hidup dalam lingkaran kekuasaan seperti itu tentu tidak mudah. Kau tahu maksudku kan" kini ucapan anantha lebih rendah dari sebelumnya.       

Harusnya Aruna mengangguk, tapi dia merasa enggan melakukan itu.       

"Kakak tahu ini akan berat untukmu. Tapi menjadi orang biasa saja, lalu mengais kebahagiaan dengan cara sederhana. Kadang lebih menenangkan hati dan jiwa. Aku ingin adikku hidup dengan tenang dan bahagia. Baru aku bisa melanjutkan kehidupanku dengan tenang pula" kata-kata anantha mirip ungkapan yang dulu dia ungkapkan tepat sebelum berlangsungnya pertemuan dirinya dengan Mahendra.       

"Ingat kakak adalah tentara kamikaze. Kakak akan mengorbankan segalanya Untuk melindungimu dan mengambilmu dari mereka. Janji kakak sudah dipenuhi. Sekarang giliran Aruna memantapkan hati untuk pergi jauh dari keluarga Djoyodiningrat lalu meraih kebahagiaan yang Aruna inginkan" ucapan ananta. Tentu saja itu adalah ucapan seorang kakak yang menyayangi adiknya. Tapi anantha tidak tahu ada hati yang terlanjur diisi oleh dia, si tuan muda yang dulu seolah menjadi pemeran jahat, kasar, arogan dan semaunya sendiri. Tuan muda tersebut sedang membelenggu Putri cantik di dalam kastil mewah.       

.     

.     

__________________________     

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/     

Bantu Author mendapatkan Power Stone terbaik ^^     

Gift anda adalah semangat ku untuk berkreasi. Beri aku lebih banyak Semangat!     

Silahkan tinggalkan jejak komentar, aku selalu membacanya.     

Review bintang 5, berupa kalimat lebih aku sukai     

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak     

-->     

(^_^) love you All, intip juga novel saya yang lain [IPK : Inilah Perjanjian Kita, Antara Aku Dan Kamu] dan [YBS: You Are Beauty Selaras]. Dengan gaya menulis berbeda dimasing masing novel.     

INFO : Instagram bluehadyan, fansbase CPA (Hendra, Aruna, Damar)     

Nikmati Cuplikan seru, spoiler dan visualisasi CPA     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.