Ciuman Pertama Aruna

II-56. Sisi Lain



II-56. Sisi Lain

"Aku akan menghubungi Pradita setelah pertemuanku dengan tetua Wiryo" ungkapan terakhir itu, bermakna Hendra akan memaksa Pradita mencari tahu keberadaan Leona dengan keahlian timnya dalam mencari jejak seseorang.      

.     

.     

"Jika salah satu dari anak angkat kakek berbuat salah, apa yang akan kamu lakukan?" tanya Hendra setelah duduk sejenak berjumpa dengan kakeknya pada ruangan yang biasa digunakan lelaki paruh baya itu bekerja.     

"anak-anakku selalu setia padaku, kamu jangan khawatirkan hal-hal seperti itu" ucap Wiryo masih dengan memeriksa berkas yang berada di tangannya.     

"aku rasa  kakek perlu mengoreksi kata-kata yang barusan anda ucapkan" Hendra melepaskan notebook layar sentuh untuk diperiksa Wiryo.      

"Aku dengar Leona, adalah anak perempuanmu yang paling kamu sukai daripada yang lain. Tapi aku rasa Hari ini aku harus meringkusnya.      

Dia yang mendatangkan Tania ke Bali, dia pula yang membuat ku tidak bisa menggunakan para pengacara untuk bertahan dari perceraian dengan Aruna.      

Dia yang membuat kekacauan ini, saham food and drink DM group bahkan masih dalam tahap pemulihan karena kelakuannya.     

Jadi Jangan hentikan caraku untuk membuatnya menyesal" Hendra meletakkan kaki kirinya di bertumpu pada kaki tangan, dia mengetuk-ngetukkan tangan tanda bahwa sinyal tidak punya waktu banyak, Wiryo perlu berkomentar dan memberinya kewenangan penuh untuk ringkus Leona.      

"setelah kau berhasil menangkapnya, Aku berharap dirimu membawanya padaku." kakek Wiryo bukannya memberi komentar dia malah membuat perintah.      

"Aku tidak yakin dengan apa yang aku lihat, tapi sepertinya Anda tidak terkejut dengan apa yang dilakukan Leona" Hendra mengamati ekspresi Wiryo sesama.     

"Bukannya aku terkejut atau tidak, Aku ingin tahu Apa alasan Leona. Leona Putri angkatku yang paling berkesan" ucap Wiryo kembali menyerahkan kepada Mahendra.      

"baiklah, lakukan sesuatu yang kamu inginkan." Kembali Wiryo menyampaikan komentarnya.      

Komentar itu menghantarkan cucunya untuk bangkit dan mulai meninggalkan kursi yang baru saja dia duduki.      

"tunggu sebentar, bagaimana keadaan istrimu?." Sang kakek terlihat turut prihatin atas kegundahan yang dialami cucunya.      

"Aku tidak tahu sampai kapan aku bisa bertahan untuk jauh darinya"     

"harapanku sampai meredanya kasus ini, atau mungkin sampai perang sesungguhnya dimulai. Biarkan dia aman dengan keluarganya"      

"tidak usah khawatir, Aku punya cara sendiri untuk menyelesaikan masalah. Walaupun sekarang aku sadar cara yang Anda gunakan tidak begitu buruk. Tapi hal itu sangat menyiksa untukku" Hendra sedang mengkritisi keputusan kakeknya memisahkan dirinya dengan Aruna. Dan atas satu kata yang berubah dari cara bicara Hendra pada kakeknya.      

Hendra yang selalu menggunakan kata 'kamu atau kau' berubah menjadi 'anda'     

Dan pewaris tunggal ini pun keluar dari ruangan kakeknya.     

_maafkan Aku, kakek tidak tahu kamu mencintai Putri Lesmana sedalam itu_  ada batin seseorang yang mengungkapkan kegelisahan hatinya.      

***     

"Surya kau ikut aku!" ungkapan itu Hendra hantarkan seiring caranya menggesek kartu khusus untuk menuju lantai bawah tanah.      

Dan ketika pintu utama lantai di mulai berbunyi lalu membaca struktur mata wajah termasuk dalam tangan Mahendra. Mereka yang di dalam gaduh dalam kesenyapan.      

"Tuan muda datang tanpa di undang, apa yang sedang terjadi padanya?" Vian menangkap kedatangan Mahendra dari cermin transparan yang menyajikan ruang kerjanya.      

Beberapa orang mulai berdiri untuk memberikan hormat. Ketika Mahendra masuk menuju pusat teknologi dan informasi yang di gawangi oleh Pradita.      

Dia duduk di meja yang harusnya menjadi milik Pradita: "beritahu aku ke mana Leona pergi, lama sekali kau mencari keberadaannya. Aku sungguh tidak tahan menunggumu"      

Ada mata yang menatap tajam penuh ancaman kepada Pradita, pewaris tunggal itu seolah akan menerkamnya saja. Mengingat Pradita Sudah berani mengabaikan permintaannya.      

Mahendra setiap anak angkat yang ditumbuhkan oleh Wiryo memiliki kesetiaan kawanan yang luar biasa. Bahkan seorang Riswan yang sudah keluar dari lingkaran ini saja masih begitu di hormati.      

"kau tahu Dia berbuat salah padaku?. Dan tidak ada yang bisa menghentikanku" Hendra mengetuk-ngetuk jarinya. Dia kembali melirik Pradita. Di luar sana, dibalik kaca transparan. Beberapa pimpinan memperhatikan mereka. Thomas dan Vian berdiri menatap Hendra yang sedang mengintimidasi Pradita.      

"Kau pilih Leona atau pemimpinmu. Bukankah kalian ditumbuhkan untuk setia pada keluargaku, jadi aku hanya akan menunggumu selama 1 menit. Kalau kau tak juga menunjukkan di mana Leona kupastikan dirimu keluar dari posisimu saat ini" Hendra tempat memandang beberapa orang yang mencuri lihat kepada dirinya.      

Akhirnya Pradita bergerak, meminta salah satu anak buahnya menampilkan pergerakan mobil yang dikendarai Leona. Perempuan itu menuju ke tempatnya tinggal.      

"Baiklah.. Aku suka denganmu, kau tahu mana yang harus kamu dahulukan" Hendra berjalan sambil menepuk punggung Pradita. langkahnya diikuti gerakan surya yang membuntutinya di belakang.      

"pastikan kamu tahu bagaimana kau memperlakukannya di masa lalu, mungkin ingatanmu sudah terhapus. Tapi ku yakin, perbuatan Leona tidak jauh dari balas dendamnya atas perbuatanmu kepadanya dulu" ucapan Pradita menyentil Mahendra. Dia berhenti sejenak mencoba mendengarkan apa yang disampaikan oleh pimpinan teknologi informasi lantai D.      

"Aku bukan kamu, yang menganggap perbuatan buruk karena balas dendam masa lalu dianggap normal dan wajar" sinis Hendra.      

"kalau kau menganggap balas dendam karena kejadian di masa lalu itu wajar, Harusnya kamu tidak berada di sini. Harusnya kamu menjadi bagian dari tarantula group haha" dia terkekeh mengerikan di akhir kata-katanya. Sebuah kesan yang paling mengerikan dari pria yang punya sisi hitam pada sebagian jiwanya adalah ketika dia tertawa terkekeh untuk dirinya sendiri.      

Ketika apa yang telah dia inginkan sudah berada di genggamannya, pewaris tunggal itu berjalan keluar dari lantai D.       

Tepat setelah dia memasuki pintu lift lalu naik ke lantai atas, wajah yang tertangkap cermin itu berubah menjadi datar.      

Mahendra sempat tersenyum melihat surya yang tertangkap sok, karena hampir tidak pernah tahu sisi lain sahabatnya.      

"Inilah aku yang sebenarnya, pria yang memiliki dua kepribadian. Yang kamu lihat barusan adalah aku yang ditumbuhkan berdasarkan draf pewaris Djoyo Makmur group." Hendra menangkap ekspresi Surya dari cermin.      

"Apa kau ngeri kepadaku?" todongnya pada Surya.      

"Tidak, hal yang paling mengerikan bagiku ketika kau menyembunyikan PTSD mu.. dan yang lebih mengerikan lagi, saat kau lemah karena sindrom itu" balas surya.     

"Hee.. mungkin beginilah ikatan yang terjadi pada Ayah Lesmana dan kakekku. Seperti dirimu dan diriku. Kau selalu percaya dan baik padaku, padahal kau tahu aku punya banyak kekurangan" lanjut Hendra lebih mencair setelah mendengar jawaban Surya.      

Dia awalnya hampir yakin Surya pasti ngeri kepadanya. Nyatanya itu hanya itu dugaan kosong. Surya, terlalu peduli dan percaya kepada dirinya. Mahendra sangat bersyukur sekertaris ini akhirnya kembali mendampinginya.      

"tapi aku tidak akan berkenan membuat perjanjian pernikahan. Seperti yang terjadi pada ayah Lesmana dan kakekmu, kasihan anakku" celetuk Surya receh.     

"jadi Aruna kasihan dong??" Hendra mengerutkan keningnya.      

"Tentu saja, apalagi harus menghadapimu yang suka menang sendiri. Aku saja setiap hari kau tindas, masak aku biarkan putra-putriku ditindas anakmu juga"     

"Ah' Sial! Kenapa omonganmu sangat menyebalkan"      

"seolah kau sedang menghinaku?!" kembali Hendra tidak terima.      

"tunggu! Hebat sekali kau bicara tentang anak. Sebaiknya kau selesaikan kutukan jonesmu itu lebih dahulu" Hendra yang tidak terima turut serta ingin membalas hinaan sahabatnya.      

"oh sorry, kutukan ku sudah pergi menjauh. Kita bisa bertaruh! Antara Aku menikah dengan kau punya bayi duluan yang mana"      

"Aku.. jangan-jangan aku dulu yang akan punya baby dibanding dirimu yang sudah diambang perceraian" Entah kenapa Surya begitu puas hari ini. untuk sekali dalam seumur hidupnya Dia seolah lebih berdaya daripada Hendra.      

"Oooh.. sombong sekali kamu, kau sudah punya perempuan berarti" tanya Hendra.      

"Aku sudah mengantongi izin untuk menikahinya"      

Dan keduanya saling menatap satu sama lain. Lalu tertawa bersama-sama.      

"Akhirnya kau terbebas dari kutukan bro!"     

"Hai jangan memukulku" tangkis surya pada tangan Hendra yang ingin menimpuk bahunya.     

.     

.     

__________________________     

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/     

Bantu Author mendapatkan Power Stone terbaik ^^     

Gift anda adalah semangat ku untuk berkreasi. Beri aku lebih banyak Semangat!     

Silahkan tinggalkan jejak komentar, aku selalu membacanya.     

Review bintang 5, berupa kalimat lebih aku sukai     

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak     

-->     

(^_^) love you All, intip juga novel saya yang lain [IPK : Inilah Perjanjian Kita, Antara Aku Dan Kamu] dan [YBS: You Are Beauty Selaras]. Dengan gaya menulis berbeda di masing masing novel.     

INFO : Instagram bluehadyan, fansbase CPA (Hendra, Aruna, Damar)     

Nikmati Cuplikan seru, spoiler dan visualisasi CPA.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.