Ciuman Pertama Aruna

II-63. Beale Ciphers



II-63. Beale Ciphers

0Pagi itu, setelah mendapat kabar bahwa penggantinya mulai siuman. Hendra di sarankan untuk segera hadir di rumah sakit Salemba. Hati manusianya tumbuh lebih kuat semenjak dia menemukan cinta, dia memahami seseorang yang lusa menggantikannya adalah ayah dari putri kecil yang sedang menunggu ayahnya pulang ke rumah. Mungkin istrinya juga sama sedihnya seperti Aruna kala menduga suaminya yang terluka.     
0

_Dunia ini gila_ Pekiknya dalam hati.     

_Terutama dunia dalam lingkaranku_ sekali lagi dia membuat konklusinya sendiri.     

Ingatannya melayang ke masa lalu yang rasanya hanya sekejap saja. Setelah dia turut jalan hidup dengan perasaan kalut pria ini menemukan juga titik bahagianya dan itu masih sama. Hari bersama gadis yang di paksa menikah dengannya, rasa yang membuncah di dada bisa menggeser rasa yang pernah dia banggakan tentang masa kecil menyenangkan bersama mommy sebelum tragedi buruk menimpa. Ternyata, oh' ternyata sudah kalah dengan rasa yang di semayamkan gadis nakal yang hobi menari-nari sesuka hati dan berkeliaran seperti anak kecil yang berlari ke sana kemari sambil tertawa namun sulit di tawan.      

Selama ini dia cukup pandai mengatur strategi agar profit perusahaannya meningkat atau strategi menggait kolega untuk mendukung project barunya. Harusnya, iya harusnya otaknya bisa digunakan untuk membuat perempuan yang sering tidak tahu arah tujuan termasuk apa yang mereka inginkan, sangat perlu diberi pengarahan lebih eksterim lagi diberi pengarahan.      

Bagaimana caranya?      

Aruna! Kau berikan sepasang teka teki sialan. Ini lebih sulit dari teka teki kode rahasia Beale Ciphers [1]. Lebai Hendra membuatan umpatan di hati.     

Berkebalikan dengan ekspresi luarnya yang sumringah menawan. Mata menyipit di hiasi mulut pria tersenyum, menyapa dan menyebar aura ramah pada para kolega termasuk orang-orang penting pemburu personal branding yang datang silih berganti menjenguk untuk mendapatkan capture kepedulian ala manusia digital.      

Silih berganti berdatangan dari pagi, manusia-manusia ini menyabda Mahendra menjadi seorang foto model profesional yang sekali jepret bisa menjelajahi berbagai sosial media dengan view berjuta-juta.      

Andai tidak sedang butuh kesan penderitaan mana mungkin makhluk anti sosial ini berkenan meringis beberapa kali sebagai akal-akalan biar terkesan ramah walau tertimpa kemalangan.      

Cih! Aku sampah! Bisiknya dalam hati meraup simpati mengejar tranding sebagai korban penuh derita.      

.     

"apa yang mengisi pikiranmu dari tadi" kecuali pria ini. Lelaki yang mengamati perubahan ekspresi tiap kali pengunjung dan para fotografer keluar silih berganti.      

"Heh, pandai sekali kau menangkap diriku"      

"Aku mengikutimu lebih dari 10 tahun, dan kau masih tanya sepandai apa aku tuan muda?" monolog Surya.      

"Menurutmu aku memikirkan apa?"      

"Tidak jauh dari perempuan yang membuatmu kehilangan akal"      

"Haha. Aku tertebak lagi olehmu"      

"Kau memainkan handphone-mu dan mengamati fotonya sepanjang hari"      

"Menurutmu bagaimana kalau aku memainkan otak ku agar mendapatkannya?"      

"Mahendra tidak menggunakan otaknya? Hah itu mustahil!"      

"Kecuali padanya.. Ku selalu gunakan hati dan perasaanku, tapi hari ini aku merasa bahan bakar otak perlu aku gunakan agar kapalku melesat lebih cepat menjauh, sejauh-jauhnya berdua saja kubawa Aruna"      

"Tampaknya otakmu sudah terlalu lama berkeliaran hari ini"     

"Maksudmu?"      

_Aku yakin ini hinaan_ ketika Surya bicara tanpa arah ujungnya sekretaris ini mulai tidak tahu diri padanya.      

"kau analogikan hubunganmu bagai kapal, kau tak punya analogi romence macam begini"      

"Analogi ini bukan sembarangan analogi gilaku, kau tahu maksudku, kan?" Tanya Hendra melengkapi ekspresinya dengan pahatan serius.      

Senyum nyengir Surya membaca tingkah temannya, "Kau sudah memikirkannya mendalam sejak pagi tadi" demikianlah Surya menebaknya. Hendra akan melengkapkan pertanyaan 'kau tahu maksudku, kan?' ketika dia sudah memikirkannya matang-matang.      

"Yups!"      

"Lalu" kini si sahabat turut di buat penasaran dengan analogi aneh Hendra yang cenderung ada benarnya.      

"Setiap orang yang akan naik kapal pesiar, mereka pasti memiliki tiket bukan? Bahkan sudah tahu kapan kapal tersebut akan terparkir pada dermaga dan kapan akan meninggalkan dermaga. Aku dan Aruna sudah mengantongi tiketnya, kita sama-sama jatuh cinta. Aku bersemangat untuk datang tepat waktu dan hadir di sana menunggunya. Tapi tidak dengannya, dia masih ragu meninggalkan rumahnya, dia belum yakin untuk mengarungi lautan bersamaku" Hendra berhenti sejenak menatap wajah istrinya.      

"Dan kau sedang mencari cara agar dia memutuskan pergi bersamamu" Sela Surya bangukan sahabatnya dari gelisah.      

"Cara ini akan berat untukku, tapi aku harus paksakan sehingga gadis itu juga punya rasa takut meninggalkanku. Aku butuh dia sadar aku sama pentingnya dengan keluarganya"      

"Apa yang akan kamu lakukan, Hen?"     

"Ini usaha terakhirku, aku sudah menawarkan segala kemudahan kepada Aruna, semua.. Semua yang aku bisa lakukan akan aku usahakan untuknya. Masih saja dia ragu, kali ini aku tidak akan menempuh jalan tersebut. Aku akan mencoba membatasi diriku agar dia sama sulitnya menggapaiku. Merasakan rasa resah yang sama beratnya denganku" Tutur Hendra.      

"Gadis itu.. Nona Aruna punya banyak pertimbangan, Hen!. Bukan karena kamu terlihat mudah atau tidak mudah di gapai" reda Surya.      

"Aku, bukan aku kalau tidak menggunakan segala cara (dominannya). Biarkan aku gunakan cara ini karena aku belum pernah mencobanya" yakin Hendra.      

"Semoga kau tidak salah langkah.."      

Ketukan pintu menghentikan ungkapan Surya, keduanya menoleh menangkap dua wajah perempuan hampir senada dengan style bertolak belakang. Gerakan Surya berikutnya bangkit dari duduk setianya dari tepian ranjang Mahendra.      

Pria bersetelan jas lengkap merundukkan punggungnya sejenak sebagai tanda hormat kepada tamu yang datang menjenguk bosnya. Dua perempuan tersenyum bersamaan padanya, Surya tahu yang satu dengan stylenya familiar tentu saja itu Leona. Tapi tidak dengan perempuan sang satunya si midi dress dengan make up mirip favorit Mahendra melenggang anggun, santi meraih dan menghadiahi bosnya cipika-cipiki tanpa rasa canggung. Padahal penerimanya mengerutkan kening kebingungan.      

Tapi, Surya tidak bisa berlama-lama lagi di kamar VVIP menemani Mahendra apalagi kalau menggali-gali siapa yang datang dengan keakraban yang canggung. Sekretaris harus pamit dia banyak menggantikan orang yang pura-pura sakit, pamitnya pun karena alasan yang sama Surya punya jadwal mengunjungi kolega yang sedang menginap di hotel DM grup.      

"Aku pergi dulu, besok hadir lagi tepat jam 08.00" suara Surya sudah seperti halo-halo bandara atau stasiun kereta api yang mengabarkan tentang kedatangan dan keberangkatan.      

"Siapa yang menemaniku nanti malam?" Tanya Hendra.      

"Ayolah aku juga butuh istirahat"     

"Oh, baiklah.."     

[1] Beale Ciphers adalah sebuah kode rahasia yang terdiri dari 3 teks. Isi dari teks itu hanyalah berupa angka-angka. pertama kali ditemukan pada tahun 1885 di sebuah lokasi penguburan harta. Dari dulu hingga sekarang tak ada yang mampu memecahkan kode yang diciptakan oleh Thomas J Beale ini.     

.     

.     

__________________________     

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/     

Bantu Author mendapatkan Power Stone terbaik ^^     

Gift anda adalah semangat ku untuk berkreasi. Beri aku lebih banyak Semangat!     

Silahkan tinggalkan jejak komentar, aku selalu membacanya.     

Review bintang 5, berupa kalimat lebih aku sukai     

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak     

-->     

(^_^) love you All, intip juga novel saya yang lain [IPK : Inilah Perjanjian Kita, Antara Aku Dan Kamu] dan [YBS: You Are Beauty Selaras]. Dengan gaya menulis berbeda dimasing masing novel.     

INFO : Instagram bluehadyan, fansbase CPA (Hendra, Aruna, Damar)     

Nikmati Cuplikan seru, spoiler dan visualisasi CPA     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.