Ciuman Pertama Aruna

II-69. Mencubit Tangan



II-69. Mencubit Tangan

0"jadi ini calon kakak ipar kita?" yang berbaju putih tersenyum.       
0

"Imut ya..." yang membawa putra menurunkan putranya dan laki-laki kecil itu berlarian.       

Lily bengong sambil berkata : "saya??"      

"Dea perkenalkan, aku Sari adik bungsu mas Surya" berbaju putih kembali menyapa, riang dan berusaha membangun keakraban.       

"Tunggu-tunggu sepertinya ini ada yang salah" Celetuk Lyli. Ketiga perempuan saling memandang bingung.       

"Pak Surya.." Teriak Lily heboh.       

"Kamu ceria ya.." Entah sarkasme atau semacam pujian sesungguhnya, yang ibu muda cantik tertegun mendengar getaran suara lincah Lily.       

"Aku Santi, salam kenal.." Ibu muda itu menyuguhkan tangan minta di sambut.       

"Bentar-bentar ini salah.. Aduh aku nggak bisa bangun lagi.. Ya Tuhan" Si gadis sakit mencoba duduk bahkan di bantu bunda pak Surya.       

"Pak Surya cepetan deh.. Jadi salah paham ini.." Kembali Lily berteriak heboh bercampur jengkel.       

"Sebentar.." dari dalam lorong kamar mandi ada yang menimpali teriakan Lily.       

"Oh mas Surya ada di sana" Ibu pak Surya meletakkan tasnya. Berjalan perlahan mendekati sumber suara yang sayup-sayup makin terdengar gaduh saja. Ada yang berdebat di sana di balik pintu kamar mandi. Lebih tepatnya putranya dorong-dorongan pintu kamar mandi.       

"Brak!!" putranya berhasil mendorong pintu yang di intip bundanya dan ternyata ada suara teriakan perempuan yang melontarkan kalimat "aduuuuh sakit"       

Dan tanpa rasa malu.       

Ya tuhaaaan... putranya, anaknya yang tidak pernah dekat dengan perempuan berani-beraninya masuk kamar mandi isinya perempuan pula. Ibu Surya langsung berjalan tergesa-gesa takut putranya melakukan yang kurang baik pada putri orang yang ada di dalam.       

Deg       

Deg       

Deg      

Rasanya si ibu ikut jantungan karena akan menangkap basah anak baiknya yang sepertinya sedang berbuat nakal versi pria dewasa.       

"Dea pegang pundakku.. Ayuk naik.." Pinta Surya.       

"Argh sakit sekali pak.. Nggak mau ah.. Bapak jangan dekat-dekat aku mau cari pegangan ini" Keluh Dea.       

"Pegang saja tanganku. Duh jangan ribet..!"       

"Argh, Sakit.."       

"Kamu sih.. pakai nyusahin segala.. Sini pegang, pegang aku dulu"       

Deg       

Deg       

Ada jantung seorang ibu yang berdetak luar biasa kencang mendengar percakapan ambigu dari suara anaknya dengan suara perempuan di kamar mandi.       

_Ya Tuhan apakah putraku diam-diam punya perilaku buruk_ ibu Surya ragu-ragu tapi terlanjur tinggal dua langkah.       

Langkah pertama,       

"Apa ini rasanya lebih nyaman untukmu?" Suara putranya.       

"Iya enak.." Suara perempuan.      

"Sabar sebentar.. Diam!" Suara putranya.       

Langkah kedua,      

"YA Tuhaaaan..!! Ibu pikir kalian sedang aneh-aneh?!" Ibu Surya Mengelus dadanya. Istifar berkali kali melihat raut muka putra dan gadis berhijab sama syoknya.        

"IBU??" Surya ikut terkejut.       

"ii..bu.. Ibu bapak?" Dea masih membangun pemahaman.       

"Ibu hampir-hampir terkena serangan jantung dadakan karena suara kalian.." Keluh ibu Surya seolah sedang bersyukur. Ternyata putranya tidak nakal atau tidak melakukan yang aneh-aneh, pria 30 tahun itu sedang membantu gadis yang kakinya terlihat berbalut perban, dia memberinya pijatan. Tampaknya perempuan berhijab yang tertangkap masih sangat muda itu sedang terkilir.       

"Om culya.. Om culya mau mandi baleng ya.. Aku juga mau om.." Andri kecil ikut-ikutan menambah bumbu penyedap yang sudah sedap sampai legit rasanya.       

"Mas Surya.. Kenapa di sini sih" Santi membuntuti putranya.       

_Hiks hiks hiks_ ada yang menangis di dalam hati. Bukan karena kakinya yang sakit melainkan kebodohannya yang hakiki membuatnya meratapi pertemuan tidak elegan ini.       

_Dosa apa aku_ wajah gadis berhijab sudah seperti tungku panas yang siap menghamburkan air keluar.       

"Dea jatuh! Jadi aku menolongnya" Surya meredakan ketegangan perempuan berhijab yang membatu kaku kayak robot.       

"Bukannya mas Surya yang mendorong pintunya. Kenapa juga mendorong pintu perempuan yang ada di kamar mandi. Ibu sampai merinding melihatnya" Ibu Surya ternyata tahu mereka dorong-dorongan pintu.       

"Ah' itu tidak seperti yang ibu pikirkan.. Beneran" Surya bicara sembari melirik Dea, dia mulai kasihan sepertinya gadis di sampingnya bukan hanya membeku. Dia terlihat sesak nafas karena grogi.       

"Iiih.. Mas Surya ngebet nikah" Baru juga datang si baju putih berani membuat jantung Dea kewalahan      

"Hahaha" perempuan-perempuan itu tertawa.       

Gadis tegang, panas dingin hingga pucat pasi "bruk" Dea pingsan karena terlalu tegang.       

"Mas.." Sari melompat memeriksa.       

"Dea.. Dea.. bangun.. bangun sayang.." Surya mengguncang tubuh Dea.       

"Minggir biar aku angkat" Surya bergegas membopong tubuh Dea, terlihat sangat khawatir.       

"Sari kenapa dia.." Surya tidak sabar-an memandang dia yang lunglai tak bertenaga. Sari hanya tersenyum menatap masnya yang terlihat berbeda kali ini. Pria yang jarang sekali menunjukkan tanda-tanda ingin dekat dengan perempuan terlihat sangat khawatir. Untungnya tidak butuh lama gadis itu terbangun, Surya lega luar biasa. Sayangnya bagi Dea dirinya sedang ketiban malu level dewa prediksinya jauh lebih hancur dari perkiraan.       

"Minum dulu nak.. Apa putraku sangat menyusahkan?" sapa ibu Surya. Dea menerima gelas sambil gemetaran bukan karena tubuhnya lemah tapi gadis itu sedang malu level akut.       

"hehe" Dea hanya bisa tersenyum ambyar.       

"waah enaknya kita panggil apa ini?" Canda Sari.       

"hehe.. Apa ya.." ada yang ngomong terbata-bata sambil mencubit tangan laki-laki di dekatnya.       

"Aku Sari.. Adik mas Surya paling bungsu" Ucap sari melirik tangan Dea yang mencubit tangan kakaknya lagi.       

"De Dea"       

"Tadi kamu pingsan karena serangan panik kayaknya" dia yang bicara tampaknya memang seorang suster.       

"Sar bantu aku dong! Andri rewel banget sih nak.." Di sana ada ibu muda kesusahan mencari tisu basah untuk laki-laki kecil yang di gondong karena sudah ingin berlarian.       

"Dea usianya berapa ya..?? Sepetinya sangat muda?" Ibu Surya penasaran.       

"Ibu nggak boleh tanya umur.. Aku Santi, salam kenal ya.. Tapi aku penasaran kamu imut sekali jangan-jangan baru lulus SMA saja?"       

Dea bukannya menjawab dia kembali mencubit tangan seseorang hingga pemiliknya merah menahan rasa sakit.       

"Mas Surya jangan di cubitin terus nanti bengkak tangannya" Celetuk Sari.       

"Eh.. He-he.. I-iya.. He.." Dea kelihatan sangat malu.       

"Tak masalah.. Asal Dea tidak lari karena belum siap bertemu kalian". Surya mengelus kepalanya.       

"Dea, yang Pede dong.. Begitu saja gemeteran.. Basi ah" Lily, dasar bar bar kecil.      

_Matilah kau Lily, tunggu mereka pulang ku cincang kau_ Batin Dea, teraduk-aduk tegang dan senang campur malu dan merasa bodoh jadi satu.       

"Dea masih 20 tahun" Jelas Surya pada adik-adiknya.       

"APA??"       

"Mas nggak salah ngomong kan?.. Dea kamu beneran mau menikah dengan bujang lapuk beda 10 tahun?"      

"Kalian! berani-beraninya ngatain mas.." Surya tampak berjalan gesit mengejar Sari yang berlarian, mereka terlihat sangat akrab mencairkan suasana dan meredam hati gadis yang di landa ketegangan.      

"Nanti kalau nikah, tinggal sama ibu ya.. Biar anak perempuan ibu tambah banyak" Ada yang berbisik di telinga Dea.       

      

      

.      

.      

__________________________      

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/      

Bantu Author mendapatkan Power Stone terbaik ^^      

Gift anda adalah semangat ku untuk berkreasi. Beri aku lebih banyak Semangat!      

Silahkan tinggalkan jejak komentar, aku selalu membacanya.      

Review bintang 5, berupa kalimat lebih aku sukai      

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak      

-->      

(^_^) love you All, intip juga novel saya yang lain [IPK : Inilah Perjanjian Kita, Antara Aku Dan Kamu] dan [YBS: You Are Beauty Selaras]. Dengan gaya menulis berbeda dimasing masing novel.      

INFO : Instagram bluehadyan      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.