Ciuman Pertama Aruna

II-75. Yang Teramat



II-75. Yang Teramat

0"Kau bilang kau mencintaiku kan? Sekuat apa cintamu? Mengapa kau tak bisa menjadi seperti ku.. yang rela berbuat apa saja demi orang yang aku cintai??"      
0

"Hen.. Tidak.. lepas..!! Bukan begini caranya please! bukan begini!.." Mata biru menarik kasar pergelangan tangan istrinya, dia ingin membawa perempuan itu pergi bersamanya.     

"Lalu aku harus bagaimana? "     

"Kalau kau seperti ini, semua orang akan membencimu! "     

Dan laki-laki yang diajak bicara istrinya menatap perempuan penuh rasa kalut. Dia tahu hanya ada satu cara untuk bertahan, plan 2 yang kini bersemayam di otaknya.      

Tidak ada pilihan lain, Aruna lah yang harus berjuang untuk mereka. Aruna yang harus memilih sendiri antara suami yang kabarnya Sudah dia cintai atau kehendaknya terbebas dan meraih mimpi.       

Ada perasaan yang bergetar pada diri seorang laki-laki yang mengharapkan perempuannya kembali dalam pelukan bagaimanapun caranya. Dia yang berharap, sedang mencari-cari pertimbangan paling tepat. Tapi yang dia temukan sekedar kepasrahan.       

Tentang dirinya yang harus memberi ruang kepada gadis 20 tahun, Di mana hidup gadis itu sempat terhenti karena perjanjian pernikahan. Gadis ceria yang kehilangan tawa sebab keberadaan mata biru telah merusak jalan cerita.      

Bagaimanapun juga, Aruna tetaplah mahasiswa strata 1 dengan masa depan cerah yang terlalu dini untuk menikah. Apalagi memikul tanggung jawab sebagai istri pewaris tunggal Djaya Makmur group.       

Bisa jadi banyak perempuan di luar sana di usia yang sama dengan Aruna akan merasa ketiban keberuntungan ketika menikah dengan seorang pewaris tunggal. Mungkin dia akan patuh dan tunduk, bahkan dia akan merasa itu sebuah keberkahan yang luar biasa.       

Tapi Aruna tetaplah dirinya, dia lahir dan tumbuh di keluarga normal, utuh dengan cinta dan dukungan. Sehingga ruang untuk tumbuh membangun mimpi-mimpi terbuka lebar. Mahasiswa penuh semangat dikelilingi banyak sahabat dan hidup dalam lingkaran pertemanan yang menyenangkan.       

Dia tidak merasa kekurangan apa pun, sampai lelaki bermata biru dengan segala kelebihan dan kekurangannya hadir tiba-tiba lalu menculik gadis itu dari dunianya.       

Lelaki itu adalah dirinya sendiri yang kini berdiri mencari pertimbangan paling tepat.      

"baiklah, mulai sekarang aku yang akan menunggumu. Menunggu dirimu datang sendiri kepadaku, Aku tidak akan meminta lagi. Apalagi memaksamu untuk kembali bersamaku" Hendra mencukupkan pengembaraannya mencari pertimbangan. Ini yang paling sesuai, Aruna yang harus memilih antara dirinya atau tempat nyaman yang kini dia tinggali.       

"Hen.. a aku.."      

"Aku yakin kakak mu tidak akan mundur untuk mengurus perceraian kita. Selama sidang perceraian belum usai, selama itu pula aku akan membuka pintu dan tanganku lebar-lebar, berikan dirimu secara utuh untukku. Datanglah padaku kapan saja, aku akan sangat senang kalau kau akhirnya memilihku, kembali padaku ." kalimat ini diaturkan seorang laki-laki yang hatinya hancur. Dia bicara sambil menahan getaran luar biasa.       

Sedangkan Sang perempuan hanya bisa menangis memegangi dadanya. Sayangnya Hendra tidak tahu, ada rasa sakit yang menyayat sama perihnya di dada Aruna. Rasa sakit yang sama seperti yang dirasakan lelaki bermata biru.       

Hendra yang tak sanggup lagi melihat air mata itu, membalik tubuhnya dan berniat melangkah pergi. Dia mulai membuka kunci pintu kamar Aruna.       

Tepat ketika jari-jarinya memegang dan memutar daun pintu. gadis yang menangis sesenggukan berlari memeluk punggungnya.       

Hendra menghentikan gerakannya. Membiarkan yang di belakang mencari penenang.       

"Maafkan Aku, aku tidak bisa memenuhi keinginanmu untuk saat ini. Semoga perasaanmu cukup kuat. Hingga kau rela kembali padaku"       

"Jangan bersedih, aku akan tetap sama.. selalu mencintaimu"      

"Hiks.. hiks... A.. aku ta-takut" Aruna terbata-bata bicara.       

Hendra hanya bisa mengusap lengan yang melilit perutnya. dia tidak ingin menoleh lagi, apalagi melihat wajah Aruna saat ini. Mata biru menyadari emosinya sedang bergejolak, dia pun takut tidak sanggup menahan diri dan malah menyeret putri Lesmana ikut pulang bersamanya.       

"Cukup!" Pria ini benar-benar menarik daun pintu.       

Namun ada gerakan lain yang berusaha menahan, Aruna mengganjal pintunya lalu memeluk Hendra dari depan.       

Ketika mata coklat mencoba mencari tautan dengan menatap sang suami. Hendra berusaha mengalihkan pandangannya. Dia tidak bisa melihat tangisan istrinya.       

"Hendra.. lihat aku.."       

"Maaf aku tidak bisa.."       

"peluk aku!!" pinta Aruna.       

"Peluk aku hen.. peluk aku.." permintaan dari perempuan ini disambut tanpa melihat. Dan perempuan yang berada dalam dekapan berbisik dengan suara lirih : "Sekarang giliranku yang minta.. boleh aku mencium bibirmu"      

"cukup Aruna! Aku takut aku tidak bisa mengendalikan diriku. Dan kau tahu jika itu terjadi apa yang akan aku lakukan? (Hendra mencari wajah Aruna dan menatapnya) aku bisa menyeretmu, membawa pulang bersamaku dan menguncimu di kamar kita." suara menakutkan laki-laki hancur ini sekejap membuat perempuan yang memeluknya dalam air mata mundur seketika.       

Selangkah berikutnya ada sebuah gerakan yang membuat Aruna bergetar antara takut dan bahagia. Mata biru melangkah kepadanya seolah ingin menyentuh sesuatu.       

Ternyata Hendra menyentuh perutnya, pria itu masih ingat kesepakatannya dengan sang kakek dulu (Vol. I). Dia harus menumbuhkan benih di dalam perut istrinya atau Aruna yang akan jadi taruhannya. Ternyata maksud kata-kata itu ialah 'atau istrimu Aruna yang akan berada dalam ancaman'       

Kini tinggal perempuan yang ada di hadapannya, dia mau atau tidak : "serahkan dirimu padaku, seperti aku yang menyerahkan diriku habis-habisan karena terlalu menyukaimu. Izinkan aku mendapatkan bayi dari rahim ini, aku tahu plan 2 bisa membuat semua orang terpaksa menerima kita kembali bersama" Sentuhan di perut adalah pesan terakhir Hendra sebelum laki-laki itu keluar dari pintu dan menuruni tangga.       

Aruna mencoba keluar dari kamarnya, melihat punggung pria yang berjalan tanpa menoleh lagi. Dia bahkan sempat tersenyum kepada bunda Aruna seolah mengantarkan ucapan maaf. Menggerakkan sedikit tanggannya, meminta para ajudan untuk melepaskan Ayah Lesmana dan Anantha. Lalu benar-benar tak melihat ke belakang.       

Gadis ini buru-buru berlari menuju balkon kamarnya, dia ingin melihat Mahendra yang berjalan menyusuri halaman depan.      

Hendra sungguh-sungguh tidak melihat ke belakang dan gadis ini merosot ambruk di lantai, memegangi teralis besi di hadapannya.       

"Hendra.. Hendra.. lihat aku.. lihat aku.. sekali saja.. Hendra.." tidak ada yang mendengar dan tidak ada yang tahu. Aruna pun juga sama seperti pria yang kini melesat bersama Bentley continental.       

Dalam gundahnya yang teramat, mata biru menggerakkan jari-jarinya di atas layar handphone. Menyusuri tawa gadis kecil berlarian di atas pasir.       

_Semoga kau cukup kuat untuk memilihku_       

.      

[Apa yang akan terjadi selanjutnya?]       

.      

.      

__________________________      

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/      

Bantu Author mendapatkan Power Stone terbaik ^^      

Gift anda adalah semangat ku untuk berkreasi. Beri aku lebih banyak Semangat!      

Silahkan tinggalkan jejak komentar, aku selalu membacanya.      

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanja      

(^_^) love you All, intip juga novel saya yang lain [IPK : Inilah Perjanjian Kita, Antara Aku Dan Kamu] dan [YBS: You Are Beauty Selaras]. Dengan gaya menulis berbeda dimasing masing novel.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.