Ciuman Pertama Aruna

II-76. Takdir Sedang Bercanda



II-76. Takdir Sedang Bercanda

0_Semoga kau cukup kuat untuk memilihku_      
0

.     

.     

|Satu Bulan Kemudian|     

Ketika waktu terus berlalu, mengubur sebuah rasa dalam dalam.      

Menghadirkan peluh juang dalam upaya merelakan.      

Ternyata waktu adalah proses paling ampuh yang membuat semuanya sadar, meski terkesan saling meninggalkan.     

Sama seperti mereka yang kehilangan senyuman setelah perpisahan.      

Tidak ada yang pernah benar benar hilang dari ingatan apalagi dari bilik tempat menyimpan rasa yang masih bersemayam.      

Apakah takdir sedang bercanda, menantang mereka yang pernah kedatangan rasa cinta begitu hebatnya.      

Kini dua anak manusia lebih memilih menghanyutkan diri dalam kesibukan. Bergulat dengan dunia yang sengaja dibuat tanpa jeda.     

Tidak ada kata perpisahan, pun tak ada kalimat tentang perjumpaan.      

Mereka larut pada imajinasinya yang sering tidak nurut. Menduga-duga dan terus menduga.      

Sang laki-laki tetap setia menunggu, sambil mencari-cari celah mungkin si dia masih bimbang meninggalkan tempat ternyaman.      

Sedangkan Sang perempuan lebih tersayat, memulihkan kekuatan yang perlahan digerogoti rasa ketidak percaya diri.      

Apakah dia yang berjalan meninggalkannya tanpa menoleh ke belakang. Masih berkenan memberinya tempat untuk kembali.     

.     

.     

[Aruna jadi pindahan hari ini?] Dea     

[Iya] Aruna     

[waduh aku nggak bisa bantu nih.. jurusanku masih ujian semesta] Agus     

[Nggak papa kali.. teman-teman santai saja] Aruna     

[Siapa yang bantuin kamu saat ini] Damar seperti biasa muncul dengan cara mengejutkan, dia mempertanyakan keadaan Aruna.      

[Ayahku dan tetangga yang di bayar ayah] Aruna.      

[Oh syukurlah sebentar lagi aku ke sana] Lily     

[Lily fokus ujian semester aja ya.. ini sudah hampir selesai kok] Aruna.      

Grup chatting surat ajaib sedang membahas pindahnya Aruna di Rooftop outlet dua lantai tersebut.      

Setelah hampir sebulan meminta pada ayah dan bersih tegang setiap hari dengan sang kakak akhirnya gadis ini mendapatkan izin tinggal lebih dekat dengan kampus dan tempatnya beraktivitas yaitu outlet surat ajaib itu sendiri.      

Aruna menempati gudang kosong di atap gedung yang kini oleh ayah dan teman-temannya di rubah menjadi ruang tempat Gadis itu tinggal.     

Walaupun selama beberapa hari dia sangat sibuk membagi waktu antara pindah dan ujian, gadis itu akhirnya berkenan menunjukkan senyuman pertamanya setelah mendapati tempat tinggal baru telah usai di tata dengan sempurna.      

"Ayah terima kasih" ucapnya pada pria yang banyak membantu bahkan seminggu penuh memimpin renovasi tempat tinggal putrinya.      

"Ingat seminggu wajib pulang minimal sekali!" Perintah sang Ayah. Lesmana sedikit khawatir, putrinya terlihat sering kelelahan dan beberapa kali kedapatan sakit.      

Alasan gadis itu selalu sama, perjalanan panjang menuju kampus pulang-pergi membuatnya kelelahan. Hanya itu yang Aruna utarakan tiap kali badannya ambruk dan mulai menghangat.      

Rasa khawatir seorang ayah membuat gadis itu di izinkan tinggal sendirian di Rooftop outlet surat ajaib. Andai tidak menemukan Rooftop surat ajaib bisa jadi Ananta masih bersih tegang dengan ayah Lesmana.      

Ananta sangat berhati-hati, dia tidak mau adiknya kembali terlibat dengan pewaris tunggal Djayadiningrat. Tapi setelah tahu Aruna akan tinggal  tidak jauh dari teman-temannya, Ananta pun mengalah. Menerima masukan dari sang ayah walaupun masih sangat berat hati melepaskan adiknya.      

***     

"Nana.. aku rasa berkas yang ini kurang lengkap tolong di kembalikan ke divisi marketing. Aku tidak mau mendatangi sebelum mereka melakukan revisi "Mahendra memberi instruksi sambil menyerahkan kertas persegi panjang kepada Nana.       

Pria bermata biru kembali menjadi robot hidup, dia bahkan melempar perintah tanpa menatap lawan bicaranya.      

Belum usai perintahnya digenapkan, seseorang tergesah-gesah menemuinya: "Hendra waktu kita tidak banyak, Cepatlah!!"      

"Iya sebentar 5 menit lagi, aku perlu menandatangani beberapa berkas lagi" pinta Mahendra.      

"Please pesawat! kau bisa ketinggalan pesawat!" Surya terlihat mengamati jam ditangannya.      

"Ya.. ya.. aku tahu" Hendra melengkapkan kesibukannya dengan mempercepat gerakannya mencoret dan menandatangani beberapa berkas.      

Surya kini memang bukan lagi asisten pribadi Mahendra yang tiap saat harus di dekatnya. Surya memiliki tanggung jawab lebih besar saat ini, dia beberapa kali berbagi tugas dengan Mahendra. tapi pria itu juga masih terus mendampingi Hendra dalam beberapa pertemuan bisnis.      

Seperti hari ini ketika keduanya akan berkunjung ke Lombok dalam agenda pembukaan hotel baru bagian dari DJoyo Rizt hotel.      

"Hadyan sebentar..!" Nana buru-buru meletakkan berkas yang dipegang lalu berjalan cepat menuju Mahendra. Ternyata Gadis anggun yang selalu terbalut midi dress dengan berani memegangi leher CEO-nya. Sebuah tindakan yang mustahil di lakukan pegawai dalam lingkaran DM grup. Dengan sangat berani dia merapikan dasi CEO-nya.      

"Oh terima kasih"      

"Sama-sama.. hati-hati ya.., semoga di mudahkan" pesan manis Nana.     

"Oke" balas sang pria. Perlahan mulai ramah dengan asisten barunya.      

.     

.     

"Kau tahu.. keramahanmu padanya menyulut kehebohan tersendiri di kantor ini" Surya membuka percakapan dalam langkah gesit keduanya di ikuti beberapa ajudan yang mengawal.      

"Hah' siapa?"     

"Heh' siapa lagi?? Nana!" Balas Surya.      

"Ya.. terlebih sekarang  dia tinggal di rumah induk" Surya merasa ada sedikit kejanggalan ketika seorang asisten baru diizinkan oleh keluarga Djoyodiningrat untuk tinggal di rumah mereka. Menemani Hendra pulang dan pergi menuju tempat kerja.      

Semenjak kejadian penikaman di lokasi kedatangan bandara internasional Soekarno Hatta, kakek Wiryo tidak memperbolehkan Hendra tinggal pada lantai tertinggi DJoyo Rizt hotel. Anehnya, gadis baru ini juga turut tinggal di rumah mewah milik keluarga Djoyodiningrat.      

"Oh' aku lupa memberitahumu, selain karena dia saudara Leona. Gadis itu juga Putri angkat tetua" jelas Mahendra.      

"O.. begitu pantas orang-orang lantai D seolah mengenalnya"      

***     

"SIALAN KAU!!" Gesang datang secara gusar dan dalam hitungan detik meraih kerah baju kakaknya dan mencengkeram kuat-kuat hingga salah satu buah baju terlepas dari tempatnya.     

Gibran baru saja datang dari kantor pusat tarantula. Dia masih lengkap terbalut setelan jas dan dasi yang baru saja terlepas.      

Gibran tahu kemarahan adiknya seputar perempuan bernama Syakila. Masalah mereka masih sama. Gibran tidak bisa menolak permintaan sang ayah untuk segera melangsungkan pertunangan dengan gadis yang nyata-nyata adalah kekasih adiknya sendiri.      

"Kau boleh memukulku silakan!" ungkap CEO tarantula group pasrah.      

"Kau bilang dirimu bisa menghindari pertunangan dengan syakila, hingga aku mau pulang dan kembali ke rumah ini! Nyatanya dirimu cuma bermulut besar!" Gesang geram mulai mengangkat tangan kirinya dan menghempaskan tangan itu tepat mendekati wajah sang kakak.     

Nyatanya tangan dari laki-laki yang sedang marah berhenti tepat di atas mata sang kakak.      

"Kau pasti tidak bisa melawan perintah ayah!" Gesang melakukan penghinaan terhadap kakaknya sendiri.      

"aku rasa jika kamu menjadi diriku, aku pun juga sama. Siapa yang mampu menolak keinginan Ayah kita" jelas Gibran kepada adiknya.     

"bersabarlah.. tak usah kau khawatir, aku dan shakila sudah membuat kesepakatan bersama. Dia tetap sebagai kekasihmu, walaupun kita nanti bertunangan bahkan menikah" ungkapan Gibran kali ini meruntuhkan genggaman erat pada kerah bajunya.      

"aku usahakan ucapanku yang ini lebih bisa dipercaya" CEO tarantula meyakinkan adiknya.     

***     

Bentley continental melesat membawa dua laki-laki. Yang satu sibuk membaca beberapa analisis tutup buku terakhir salah satu anak perusahaan Djaya Makmur group.      

Sedangkan satunya sedang ha ha hi hi, tersenyum dan tertawa sendiri menatap sesuatu di dalam handphone.      

"he he he.." Surya tertawa cekikikan tanpa rasa malu dan canggung, mengamati sesuatu yang berasal dari layar handphone.      

"apa yang kamu tertawa kan?! Kau sungguh menggangguku!" Hendra kepo mendekati surya yang duduk di sampingnya. Ikut melirik sesuatu yang terjadi di layar kaca handphone Surya.      

"Oh.?! Berikan padaku!!" lelaki bermata biru sebiru lautan menyerobot paksa handphone pria di sampingnya tanpa permisi.      

"Hai.. apa yang kau lakukan?! Kembalikan!!"      

.     

.     

~Apa yang terjadi?? Hendra dan Surya sedang berebut untuk melihat sesuatu, tapi apa??~     

.     

.     

__________________________     

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/     

Bantu Author mendapatkan Power Stone terbaik ^^     

Gift anda adalah semangat ku untuk berkreasi. Beri aku lebih banyak Semangat!     

Silahkan tinggalkan jejak komentar, aku selalu membacanya.     

Review bintang 5, berupa kalimat lebih aku sukai     

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak     

-->     

(^_^) love you All, intip juga novel saya yang lain [IPK : Inilah Perjanjian Kita, Antara Aku Dan Kamu] dan [YBS: You Are Beauty Selaras]. Dengan gaya menulis berbeda dimasing masing novel.     

INFO : Instagram bluehadyan, fansbase CPA (Hendra, Aruna, Damar)     

Nikmati Cuplikan seru, spoiler dan visualisasi CPA     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.