Ciuman Pertama Aruna

II-81. Senyum Menyeringai



II-81. Senyum Menyeringai

0"Dia sangat ramah (tidak sepertimu) dan sering membatu kami di pantry termasuk mengajari kami menu-menu unik penghilang rasa jenuh katanya"      
0

Ada langkah terhenti mendengar sayup-sayup perdebatan, langkah itu milik lelaki bermata biru. Dia berbalik sejenak, menatap para pelayannya. Dan menghantarkan kalimat permintaan : "bawakan satu porsi untukku" lalu meninggalkan tempat menuju kamar yang dia huni.      

Secara tidak langsung tuan muda Djoyodiningrat meminta pelayanan menyajikan mie kuah yang di ajarkan oleh istrinya.      

***     

[Sore, di Outlet Surat Ajaib]     

Ajudan tim elit membuat pengakuan kepada teman-temannya, tidak mengejutkan untuk beberapa orang.      

Aruna, Dea, Nadien bahkan Lily telah mengetahuinya jauh hari kecuali yang lain apalagi para lelaki. Agus, Damar dan Tito tidak tahu menahu sama sekali, membuat ketiganya mengernyitkan dahi.      

"Saya minta maaf.. membuat kalian diliputi tanda tanya." Ucapnya melepas kacamata dan menata rambutnya dengan model berbeda.      

"Karena hari ini saya di minta kembali ke kehidupan saya semula, jadi saya sempat menyampaikan kepada atasan apakah saya boleh berpamitan. Ternyata boleh, jadi saya akan menyampaikan permintaan maaf sekaligus pamit pada kalian" Pria yang berdiri di antara kumpulan anak muda yang sedang duduk terbengong-bengong melihat atraksinya melepas Vest [1].     

Lalu pria yang biasa dipanggil Timi mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. dia mengenakan jas di atas kemeja yang biasa dia tutupi Vest.      

"Inilah saya, Tyan Mizan Timur. Setelah ini jika anda tidak sengaja bertemu saya silakan memanggil saya atas nama  Tyan. Saya akan kembali pada pekerjaan awal saya sebagai desain project kantor pusat Djaya Makmur group. Salam kenal semuanya" pria ini sempat menundukkan tubuhnya sebagai bentuk permintaan maaf dan perkenalan yang aneh.      

Bagaimana tidak aneh, mereka sudah berinteraksi lama dan baru sekarang pria berkacamata tiba tiba membuka kacamatanya sekaligus membuka identitas aslinya dan  memperkenalkan diri secara resmi.     

"Apa?? karena aku tahu siapa kamu yang sebenarnya, sehingga kamu ditarik mundur oleh atasanmu?" Aruna melempar pertanyaan.      

"tidak nona, Saya memang diminta untuk mundur karena tugas saya telah usai" jawaban Timi menimbulkan keresahan di hati Aruna.      

Mahendra telah menarik orangnya dari kehidupan Aruna, Apakah artinya lelaki bermata biru sedang berupaya melepas dirinya. Perasaan kalut menimbulkan kerjapan mata coklat beberapa kali. Perlahan dilanda kesedihan mendalam, Hendra mundur perlahan dari kehidupannya.      

"terus ngapain kamu buka kedokmu yang asli di hadapan kita semua" Damar berceletuk seolah menghina Tyan (Timi)     

"ketika aku datang di tempat ini, kalian menerimaku dengan sangat baik. Bahkan misiku berjalan begitu ringan. Aku berniat membuka siapa diriku supaya setelah ini masih ada kesempatan berinteraksi dengan kalian, walaupun aku bukan lagi Timi" pria ini memberi penjelasan.      

"hai bro" sela Agus, "Entah kenapa aku merasa jengkel banget ya.. melihat orang sepertimu,"      

"untuk itu aku minta maaf" Tyan meneguhkan permintaan maafnya.      

"Rasanya aku seperti sedang dibohongi" Tito yang paling muda pun ikut menyuarakan kekecewaan.      

"yang aku tidak mengerti, mengapa kamu harus berada di tempat ini dengan menggunakan identitas palsu dan menyamar menjadi orang lain??" sesungguhnya Damar yang paling tidak paham di antara yang duduk terbengong menatap laki-laki yang sedang membuka kedoknya.      

Damar Sudah lama tidak ikut dalam aktivitas surat ajaib, baru akhir-akhir ini dia lebih banyak main di tempat ini karena Aruna kembali sebagai founder surat ajaib dan tinggal di atap outlet.      

"Saya di minta bertugas menjaga keselamatan nona Aruna di outlet Surat Ajaib, dengan menjadi bagian dari kalian dan sekarang tugas saya telah usai" Secara mengejutkan Damar berdiri setelah mendengar penjelasan dari Tyan Mizan.      

Dia berjalan mendekat dan "BAM" pemuda jangkung secara mengejutkan menonjok Tyan hingga terjatuh.      

"Hai Damar!!"     

"Damar apa-apaan sih"      

Dan suara teman-teman menyeruak merasa kawatir dengan perilaku Danu Umar. Namun, pemuda itu malah terbalik menunjukkan senyum menyeringai.      

"Hai bro itu untuk kebohonganmu yang membosankan. Jadi kita semua sudah impas tidak ada dendam." Kata pemuda Padang santai.      

"Setelah ini karena kamu akan meninggalkan kami traktir kami dengan makan-makan enak itu baru perpisahan yang benar" Lagi pemuda Padang tidak tahu diri.      

Yang benar saja, Tyan bangkit mengusap memar di pipinya lalu tersenyum. Para lelaki memang sedikit aneh ketika berupaya menyelesaikan permasalahan mereka, seperti halnya Agus dan Tito yang bangkit bersiap. Ketika di tanya mau ngapain? mereka bilang: "kan, kita akan ditraktir makan, ayo kita senang-senang"      

Para gadis yang menjadi saksi keanehan kumpulan lelaki menyelesaikan kecanggungan mereka seolah ingin tepok jidat. Pengakuan kebohongan, dan kebahagiaan sang pembohong mendapat hukuman di tonjok, bikin geleng-geleng kepala sendiri.     

Mereka menguras uang Tyan Mizan Timur tanpa dosa dan si Tyan terlihat bahagia. Seperti tidak pernah terjadi apa-apa.      

"Lily, maaf aku tidak bisa menerima perasaanmu karena Timi bukan diriku" ungkap Tyan di sela-sela jamuan makan.      

"Kalau aku sukanya ganti ke Tyan bagaimana" ada senyum jahil tersungging di mulut Lily. Dan sang pria membalasnya berupa seringai penuh tanda tanya. Timi yang kini adalah Tyan benar-benar mirip pria dewasa yang sedang menenangkan adik kelas yang sedang nge-fans pada kakak kelas melalui senyum menyeringainya.      

"Ih menyebalkan" gerutu Lily.      

***     

Secara tidak langsung tuan muda Djoyodiningrat meminta pelayanan menyajikan mie kuah yang di ajarkan oleh istrinya.      

.     

.     

"Mengapa kamu yang mengantar ke kamarku" Hendra bangkit dari rebahannya, dia duduk sejenak di tepian ranjang kemudian mendekat pada sofa tempat Nana meletakkan semangku mie kuah yang dia inginkan.      

Lelaki bermata biru mulai mengangkat sendok dan garpunya ketika Nana mendekatkan mangkuk itu lebih dekat dan membuka secangkir lemon tie hangat di dekat tangan Mahendra.      

"Minum lemon tie akan mengurangi efek dari rasa tajam makanan unik itu" ungkap Nana rendah halus.      

Mahendra sempat menatap sejenak asisten pribadinya yang kini telah pandai membuat atasannya perlahan-lahan terbiasa dengan pelayanan detail khas Nana.      

"kenapa kamu yang membawanya ke kamarku?" Tanya Hendra sekali lagi sembari memutar garpunya di atas mangkuk.      

"Aku asisten Hendra, tidak ada yang lebih layak membawa nampan makanan ke kamarmu selain aku, benar-kan?"     

"Ini bukan jam kerjamu"      

"Aku merasa jam kerjaku sepanjang waktu selama aku bisa" kembali Nana membela diri.      

"Berhentilah berusaha menggantikan istriku" suara yang meluncur santai dari mulut pria yang bahkan berbicara tanpa menatapnya membuat gadis anggun ini gusar.      

"Bukan aku yang berusaha menggantikannya.. tapi dia yang sudah merebut tempatku" Nana terlihat bersusah payah menenangkan diri ketika pada akhirnya mata biru menangkap dirinya dalam tatapan tajam sambil mengernyitkan dahi.      

"Lalu kenapa kau menggunakan... .... ...., Apa ... ... ... menemaniku tidur" Ucap Hendra dalam senyum menyeringai penuh tanda tanya.      

[1] vest di Indonesia lebih terkenal dengan sebutan rompi. Vest memang sejenis dengan rompi, yaitu atasan tanpa lengan umumnya terdiri dari dua jenis sesuai dengan bahan yang digunakan, yaitu vest dari kain biasa dan dari rajutan.     

.     

.     

__________________________     

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/     

1. Lempar Power Stone terbaik ^^     

2. Gift, beri aku banyak Semangat!     

3. Jejak komentar ialah kebahagiaan     

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak :-D     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.