Ciuman Pertama Aruna

II-86. Bit



II-86. Bit

0Dan CEO di sampingku serta merta memeriksa pekerjaanku, aku baru menyadari dia terlihat paling tampan ketika memasang muka serius seperti ini.       
0

"kenapa ada space bernyanyi? Siapa yang akan bernyanyi?"      

"Ah. itu.. itu.. Em.." Ku tutup mulutku aku tidak berani menjawabnya, tentu saja apa yang dilakukan Hendra berikutnya sudah dapatku duga. Hendra dengan mata birunya mencoba menangkapku, seketika diriku sudah mirip kucing kecil basah kuyup yang mengharap mendapatkan belas kasihan dari majikannya.       

"Damar yang akan mengisi space ini?" Dia bersuara dengan nada tidak nyaman. Kubalas Hendra dengan anggukan, kepalaku terasa kaku seketika tapi apa daya aku harus menjawabnya dengan jujur, buat apa berbohong nanti juga bakal ketahuan.       

"Oh" Hanya itu kata-kata yang keluar dari mulut Hendra, ada rasa kecewa di hatiku seketika, yang benar saja Hendra tidak marah padaku dan tidak menunjukkan raut muka kesal seperti yang sudah-sudah.       

Apakah hatinya sudah di isi seseorang?       

Apa sekretaris cantik yang selalu tersenyum padanya itu sudah mengalihkan dunianya?       

Atau dia kembali dekat dengan kak Tania?       

Kalau memang seperti itu yang terjadi apa boleh buat aku hanya bisa pasrah, tapi kenapa dia selalu mengunjungiku tiap pagi. Hendra seperti soal ujian Matematika, aku kerjakan atau tidak hasilnya sama saja, sama-sama jelek.       

"Cobalah menambahkan Bit di awal"       

"Bit??" Lagi-lagi dia mengusung ungkapan yang tidak aku ketahui dan mendadak isi otankku menghilang, aku tahunya Bite yang bermakna gigitan dan di dalam otakku muncul-lah snack balita yang rasanya ringan renyah hehehe Yummy bites.       

Tanpa sadar aku tersenyum sendiri senyum kekosongan yang di tangkap Mahendra.       

"Kamu tidak tahu Bit?" Dia bertanya dan aku cuma bisa nyengir.       

"Hehe' aku lupa aku bicara dengan siapa" Dan aku tahu aku sedang di hina, entah kenapa aku malah senang seolah Hendra masih ingat kalau aku kadang-kadang tidak bisa mengikuti bahasa komunikasinya.       

"Ok! Dengarkan!" Dia mulai menjadi dosen dan aku tiba-tiba dikutuk jadi mahasiswa yang harus nurut.       

"Dalam T*Dx talks nanti karena di awal sudah di buka dengan lagu maka kamu sebaiknya menggunakan metode Extempore dengan bumbu Bit, nggak jauh beda dengan stand up comedy" Hendra berhenti sejenak menatapku sepertinya dia sedang mengkonfirmasi apakah aku sudah berada di level yang sama, alias mengeti istilah yang dia sebutkan atau malah blank. Tentu saja aku blank, aku tidak mengerti sama sekali.       

"heh.. Hehe" dia tertawa lagi setelah menatapku, aku hanya bisa merunduk dengan muka merah saking malunya. Tiba-tibaku dapati tangannya mengacak rambutku, pasti dia jengkel karena aku terlalu oon dimatanya. Mau bagaimana? Aku juga nggak mungkin mangut-mangut sok tahu dan mendadak pandai seketika.       

"Mendekatlah!" Ketika aku mendekat Hendra menunjukkan sebuah slide dari layar iphonenya yang berisikan jenis-jenis metode Publik Speaking mulai dari IMPROMTU alias spontanitas, MANUSCRIPT atau membaca naskah, MEMORITER sama dengan manuscript tapi sudah dihafalkan dan EXTEMPORE yang kata Hendra using note istilah leterlek-nya adalah metode dengan naskah pidato hanya berupa out line (garis besar) dan pokok penunjang.       

"Tapi sayangnya kapasitasmu hanya sebatas Memoriter" Kembali Hendra tersenyum menatapku.       

"Emang kapasitasmu sejauh mana?" Entah mengapa aku ingin tahu, aku penasaran saja laki-laki yang sering tampil di depan public dengan auranya dan gaya bicaranya yang menghipnotis itu pakai metode apa.       

"Orang-orang dengan tanggung jawab sepertiku mau tidak mau harus bisa bicara di depan public dengan metode Impromtu, tapi ketika agenda bicara di depan public sudah terjadwal tentu kami using note" Mataku terbelalak seketika, aku sering tertegun kalau Hendra sudah begini. Hehe Hendra terlihat kian memesona ketika dia bercerita tentang pengetahuannya yang kebetulan selalu di luar jangkauanku.       

"Dan kau!" Katanya sambil mendorong dahiku dengan telunjuk mungkin karena aku terlalu dekat mengamati iphonenya.       

"Harus banyak berlatih menggunakan Bit agar kamu tidak di rundung seperti kejadian sebelumnya" Oh' maksud Hendra tentu terkait penampilanku pada seminar terakhir yang membuatku menangis.       

"Bit??" lagi-lagi aku memang tidak tahu. Dan dia terkekeh lagi "Bit istilah lain dari Jokes, sebelum kau membuka dengan perkenalan resmi buatlah premis berupa bit lalu raih Punchline di akhir, buat mereka terpingkal-pingkal sebelum mereka sempat berbuat Hackler dengan menyebutmu menumpang keberuntungan karena statusmu sebagai istriku"       

"Hendra stop.. Stop.. Aku nggak ngerti" aku mengeluh dia bicara dengan cepat dan beberapa istilah sangat asing untukku. Dan aku sangat senang ketika suamiku ternyata sangat sabar menghadapi kekosongan otakku. Ternyata istilah yang di sebeutkan Hendra berasal dari istilah stand up comedy, dia bilang aku harus centil untuk menarik perhatian. Centil dalam istilah pandai membalik kondisiku yang bisa menjadi bahan bully malah menjadi bahanku untuk di tertawakan bersama.       

"Kalian tahu kan.. Siapa aku?? Ah,, kalian semua yang di hadapanku pasti tahu aku istri pewaris DM grup, otak kalian tentu mengira Start up Surat ajaib sukses karena bantuannya. Wuih (geleng-geleng) salah beras guys!! Gue dinikahi karena gue sukses membuat jalan hidup gue ajaib, sama sepeti surat ajaib" Dan aku bertepuk tangan ketika Hendra berhasil memperbaiki naskahku lalu memperagakan bit (jokes) nya di hadapanku.       

"Sebenarnya aku mau menambahkan sesuatu sih"       

"Apa??"       

"sama sepeti surat ajaib (Hendra mengulangi kalimat di naskahku) hidupku berawal dari kertas ajaib (dia berhenti sejenak) tapi sepertinya ini akan jadi fulgar, membahas pernikahan kita yang berawal dari kertas misterius"       

"Kertas kontrak pernikahan maksudmu" Aku bertanya dan dia jawab "Iya" Entah dari mana rasa tergelitik itu, kami spontan tertawa bersama-sama. Rasanya dulu kertas itu jadi uring-uringan dalam pernikahan kami bahkan jadi bahan pertengkaran kami. Perlahan waktu mengubahnya menjadi kenangan yang enteng kami tertawakan.       

.      

.       

Pov Hendra      

"Hendra terima kasih" katanya kepadaku ketika link perbaikan naskahnya aku kirim tepat bersamaan mobil ini berhenti di depan tempat tinggalnya yang baru.       

"Iya.." aku sengaja menjawabnya singkat dan mengangguk ringan. Dia menuruni mobil perlahan sangat lambat sampai aku ikut di buatnya ngilu karena istriku menatapku dengan sendu. Mungkin isi otak kami penuh dengan pertanyaan serupa, bagaimana cara kami bertemu kembali?.      

Tepat ketika mobil bergerak lambat, gadis itu berlari kecil memukul jendela.       

"Hery berhenti!" Saat Hery menghentikan mobil kami, kupercepat gerakanku membuka pintu. Dan gadisku mendekat gemetaran memelukku, seraya kutanya "ada apa?" dia hanya bersembunyi di dadaku. Aku sempatkan membelai rambutnya dan akhirnya si kecil menyesakkan dada ini memperlihatkan wajahnya padaku.       

"Hendra aku belum memberimu kompensasi atas bantuanmu"       

Kutahu apa yang terjadi padaku, kata sederhana berisikan 10 susunan huruf K O M P E N S A S I menjadi penyulut rona merah di wajahku. Rona mukaku yang tertangkap kaca mobil sudah mirip tungku panas kelaman terpanggang di atas kompor sebab kelupaan di angkat pemiliknya.       

.      

.      

__________________________      

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/      

1. Lempar Power Stone terbaik ^^      

2. Gift, beri aku banyak Semangat!      

3. Jejak komentar ialah kebahagiaan      

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak :-D      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.