Ciuman Pertama Aruna

II-88. Lesung Pipi



II-88. Lesung Pipi

0Bahkan pemuda jangkung itu melambaikan tangannya padaku "Hai.." lalu tangan berani itu masuk saku celana jeans-nya masih dengan santai mengikuti tubuh istriku yang bergerak mendekati pintu dan memutar kunci meminta kami berdua masuk.     
0

.     

"Aruna maaf, aku tidak punya banyak waktu. Lihat! Aku sudah mengabaikan beberapa panggilan dari sekretarisku" Aruna menangkap nama Nana pada layar handphone yang di genggaman Hendra.      

"Iya.." Jawab gadis ini lesu.      

"oh iya, sebaiknya kalian jangan lama-lama berada dalam satu rumah berdua saja" sindir Hendra masih dengan ekor mata yang menangkap Damar tajam.       

"Tenang tuan CEO, saya masuk sekedar untuk ambil ini!" Damar meraih gitar yang di rapikan Aruna karena pemuda ini menaruhnya sembarangan ketika mereka usai berlatih persiapan tampil T*DX Talk semalam.      

Dan Damar melangkah keluar melewati Mahendra sebelum pria bermata biru keluar lebih dahulu.     

"Kau.. sepertinya masih dekat dengan anak itu," wajah Hendra makin kesal dengan cara Damar melewatinya yang tanpa di ketahu Aruna pria jangkung itu sempat menyelipkan pesan pada telinga Hendra "Jika anda tidak percaya pada Aruna, biar aku saja yang mempercayainya"     

"Damar temanku Hen.."      

.     

POV Damar     

"Heh' Hehe.. Teman..??" ku dengar lelaki itu terkekeh menertawakan pernyataan Aruna. Mungkin aku telah keluar, tapi aku belum kuasa untuk benar-benar pergi. Ku tempelkan tubuhku di pintu mencuri dengar mereka yang di dalam.      

Aku sungguh naif mengaku telah move on sayangnya masih saja begini, Aku penasaran apa yang mereka bicarakan. Aku mendengar Aruna sekali lagi berucap "Kak Tania, sama kan.. itulah perasaanku pada Damar, kita sahabat lama mirip denganmu dan kak Tania"      

Aku tahu mereka terdiam sejenak, Aku penasaran dan kutatap mereka dari balik jendela transparan. Aruna sedang mengelus lengannya, Bagaimana bisa lelaki pemarah seperti itu mampu membuat gadis yang kupuja meneteskan air mata dan kosong karena menyimpan rindu padanya.      

Dan sesaat kemudian kulihat mereka berpelukan, bahkan laki-laki itu mengecup ubun-ubunnya. Sekali lagi aku sadar, aku Monachopsis di antara mereka. Aruna terlihat begitu mencintainya di tengah isu miring terhadap laki-laki yang kini mendekapnya.      

Otakku bahkan tidak bisa mengaitkan antara kejadian di depan mataku dengan sidang perceraian yang kabarnya akan segera di langsungkan.      

Buru-buru kumenuruni tangga ketika dia yang di dalam beranjak keluar, samar ku tangkap dari kaca outlet surat ajaib mereka saling melambaikan tangan. Lelaki itu sempat kembali pada langkahnya yang kedua, ku genggamkan tanganku saat ku tahu apa yang dia lakukan. Pria bermata biru itu mengecup pipi Aruna kanan dan kiri sebelum menghilang masuk ke dalam mobil mewahnya.      

"Damar.. ayo kita latihan, aku mendapat perbaikan naskah baru yang jauh lebih menarik"      

"Kau sangat mencintainya..??" entah mengapa aku bicara tidak nyambung.      

"Dia suamiku, seburuk apa pun rumah tangga yang kami lalui kami punya naluri untuk saling berusaha mempertahankannya" ucapannya turut membungkam suara batinku bukan hanya menikam jantungku.      

***     

"Mengapa aku harus datang? Jadwal ini sangat menggangguku" Hendra buru-buru menerima bantuan Nana memasangkan Jas pilihannya. Jas sepesial yang dikirim dari rumah induk untuk mengganti jas yang dia kenakan hari ini ada jadwal penting versi Nana dan Surya.     

Walaupun bagi Hendra hal tersebut mengganggu dirinya yang hari ini punya janji berjumpa dengan pengacara yang menangani kasus perceraian.      

"Kau harus datang, undangan kami terima langsung dari kementerian." Surya menunjukkan undangan di tangannya.      

"ah, aku sering mendapatkan undangan seperti itu,"     

"bedanya hanya ada 15 CEO perusahaan kelas kakap Indonesia yang diundang oleh kementrian keuangan dan kementrian ekonomi secara langsung, dan lagi kabarnya jamuan ini akan dihadiri oleh presiden"      

"Aku tahu ini sebuah rencana untuk mewujudkan pertumbuhan Ekonomi" Hendra yang berdebat sejak tadi dengan Surya ujung-ujungnya mengekor sahabatnya berangkat memasuki mobil.      

"Kau tahu kita belum siap dengan pasar bebas? Padahal dua tahun lagi mau tidak mau kita harus menghadapinya. Aku rasa tidak jauh-jauh pembahasannya seputar itu" Laju mobil mengawali diskusi mereka hingga mengembang ke berbagai hal, salah satunya  pada sebuah diskusi yang menggelitik.      

"Bagaimana dengan perceraianmu? Kamu siap menghadapinya?" tanya Surya.      

"Setelah kemarin aku bertemu Aruna, aku semakin yakin kami bisa mempertahankan rumah tangga kami"      

"Huks!!" Nana yang duduk di bangku depan menumpahkan air yang sempat dia teguk. Dua pria di belakang meliriknya memastikan dia baik-baik saja.      

"Apa yang terjadi? Aku lihat sejak kemarin suasana hatimu lebih cerah" kembali Surya bertanya.      

"Hehe ada deh" wajah Hendra serta merta memerah mengingat kejadian di mana dia larut dalam pelukan dan lumatan Aruna.      

"haha aku menduga ada sesuatu yang menyenangkan terjadi padamu" dan senyuman Hendra setia bertahan di wajahnya.      

"Oh iya, ini sangat tidak penting. Tapi kurasa kita perlu mencobanya!" Surya mengambil handphone menunjukkan lembar pdf.      

"apa?" buru-buru Hendra ingin mengintip handphone Surya, Entah mengapa akhir-akhir ini dia begitu suka menuruti ucapan Surya.      

"Masih ingat perjanjian rekognisi yang kita buat dengan kampus Tripusaka (kampus Aruna dan teman-temannya kuliah)?"     

"Masih"      

"mereka akan mengirimkan Mahasiswa magang sesuai perjanjian kita" Surya terlihat tersenyum senang, sedangkan Hendra mengerutkan dahinya. Apa bagusnya menerima Mahasiswa magang.      

"mereka bisa mengirimkan istrimu dan calon istriku, bukankah akan seru kalau kita berada di lingkungan yang sama" seraya dua laki-laki ini tersenyum penuh makna.      

"Aku sudah memikirkan bagaimana mengirim nona Aruna ke kantor kita, tinggal bilang membutuhkan mahasiswa Desain dengan nilai tertinggi. Nah, masalahnya bagaimana caraku agar Dea turut di kirim ke kantor kita" Surya terlihat menggali pikirannya.      

"Gampang, kau minta saja dengan request nama" (Hendra)     

"Itu terlalu fulgar, kalau Dea tahu aku bisa kena ngambek berhari-hari" (Surya)     

"menurutku jangan sampai seperti itu, integritas DM grup bisa dipandang kurang baik karena mengutamakan kedekatan personal." Nana yang depan ikut bicara.      

"kecuali nona Aruna, hemm aku yakin kampus Tripusaka bisa memahami alasan kita" Ungkapan Surya mengakibatkan lesung pipi seseorang mengembang.      

.     

.     

"Bruk! Oh maaf Handphone anda jatuh" Hendra yang berjalan gesit seiring dengan diskusi ringan bersama Surya tidak sengaja menyenggol tangan seseorang. Hingga seseorang yang memegangi handphone tak kuasa mempertahankan handphonenya dari genggaman.     

Surya buru-buru mengambil handphone itu mengembalikan kepada pemiliknya.      

"Tidak apa-apa, tidak masalah" dia yang menerima handphone tersenyum ramah. Dibalas dengan senyum ramah oleh Mahendra.      

Yang berada di ruang utama jamuan makan siang adalah para top CEO negara ini. Dan ternyata Mahendra dengan pria yang tadi terjatuh handphonenya adalah dua CEO termuda dalam lingkaran pertemuan ini. Mahendra menduga laki-laki itu usianya belum genap 30 tahun walaupun terlihat beberapa tahun di atasnya.      

Mereka berdiri memperkenalkan diri masing-masing, tentu saja sebagian besar sudah saling mengenal. Dan kini giliran Hendra, hampir semua orang melempar senyum padanya. Entah itu senyum palsu atau senyum tulus, yang pasti mereka tahu yang sekarang berdiri memperkenalkan diri adalah cucu Wiryo Djoyodiningrat pewaris tunggal Djaya Makmur group.      

Hendra menatap ramah masing-masing peserta. Seiring gerakannya duduk kembali, CEO muda yang belum sempat dia ajak berkenalan tadi terlihat menatapnya penuh arti.      

.     

.     

|Siapa dia?|     

.      

.      

__________________________      

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/      

1. Lempar Power Stone terbaik ^^      

2. Gift, beri aku banyak Semangat!      

3. Jejak komentar ialah kebahagiaan      

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak :-D     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.