Ciuman Pertama Aruna

bluehadyan



bluehadyan

0"Hendra.. apa aku diijinkan tidur dikarus malam ini?".     
0

_Hari ini giliran ku tidur disofa, masak dia tega?!_     

"Ya silahkan".     

"Masih ada beberapa hal yang perlu aku selesaikan, setelah makan minta pelayan merapikannya. Aku akan kembali secepat mungkin". Hendra harus bertemu Diana, dia butuh bantuan agar bisa melewati malam ini dengan cara yang lebih baik.     

"Tidak, aku tidak mau ditinggal".     

"Kau tidak boleh kelaur dari kamar ini". Aruna mengingat kejadian semalam.     

"Tidak lama Aruna..". Hendra meletakan mangkuk kosong pada nakas.     

"Tidak.. aku tidak akan membiarkan mu pergi!".     

"Tenanglah aku pasti kembali".      

_Yach.. kalau aku menemukan cara melihat mu tidur, atau minimal aku akan masuk kekamar ini dengan memejamkan mata jika kamu sudah terlelap_.     

Melihat kaki Hendra mulai melangkah, gadis ini menuruni ranjang. Sempat mencari keseimbangan karena terlalu lemas seharian. Dan membentangkan tanganya menghalangi Hendra.     

_Kau akan mendapat masalah dari para ajudan kekek mu_     

"Cobalah mengerti, ada banyak hal yang harus aku selesaikan". Mengusap sejenak rambut Aruna dan berpaling mengabaikannya.     

Aruna tidak kalah lincah. Bergegas lebih cepat, mengunci pintu ukir yang menjulang tinggi. Menggenggam kunci tersebut dalam tangan kecilnya.     

"Ayolah jangan seperti ini".     

Aruna tidak peduli, putri Lesmana yang kini jadi istrinya berlari kecil menyusup kedalam selimut. Tapi dia duduk, dia mulai memahami Hendra secara perlahan. Sadar laki-laki ini akan keberatan jika dirinya terbaring atau tertidur lebih awal.     

"Bukan kah ini sudah cukup malam. Kita bisa langsung rebahan". Aruna menyarankan. Menata bantal di ujung kiri lalu dua guling berbaris seperti kereta api tepat di tengah-tengah. Lalu dia menepi disisi kanan, merapikan bantalnya bersender pada kepala ranjang dan menjadikan bantal sebagai sandaran supaya punggungnya nyaman untuk duduk menunggu Hendra terlelap lebih awal.     

"Aku benar-benar tidak akan tertidur lebih awal kali ini, karena seharian aku sudah kebanyakan tidur".     

Hendra hanya mengamati kelakuan Aruna. Menengadahkan tangan minta kunci. Aruna malah menyembunyikannya dibelakang punggung.     

"Kenapa kau tak lepas jaz dan sepatu mu.. Aku benar-benar tidak akan tidur lebih awal.. ku janji, kau bisa pegang janji ku". Sang istri tidak gentar melobi. Pria ini berjalan mengitari ranjang. Tampak berhenti pada meja kerja yang terletak tidak jauh dari ranjang sisi kanan. Melepas jaz-nya dan melonggarkan dasi, melekatkan dua benda tersebut diatas meja. Sempat berbalik menatap Aruna.     

Sekejab Aruna menyadari lelaki bermata biru itu memang demikian tampan, sama seperti kekaguman pertamanya ketika pertemuan awal di cafe La Rose (Chapter 2). Walau akhirnya pertemuan itu menghasilkan kesimpulan yang melibas segala kualitas visual menjadi arogan, bermulut tajam, dengan perilaku kasar.     

Aruna kala itu masih gadis manis dan ceria. Belum mengerti apa itu kata-kata kasar, makian, termasuk cara menolak orang lain dengan benar seperti kebingungannya menolak Damar, takut menyakiti (Chapter 9).     

Sebenarnya dari Hendra lah dia belajar meneriakkan penolakan atau terpaksa memukul dan menjambak. Sebab CEO DM Grup lah yang secara terus-menerus melayangkan desakan demi desakan di luar dunia Aruna, kini CEO gila itu sudah menjadi suaminya.     

Dia telah melepas sepatu dan mulai menyusup membaringkan tubuhnya pada bed king size yang terbelah dua oleh kereta guling.     

"Hendra apa aku boleh bertanya?".     

"Ya!".     

"Kenapa dugu mu lebam".     

"Oh' aku tidak sengaja terjatuh semalam"     

"Lalu kenapa ada plester luka dipunggung telapak tangan mu?".      

"Ya.. Waktu aku jatuh tangan ku tidak sengaja terkena sesuatu".      

"O.. begitu ya..".     

"Lain kali kamu harus hati-hati".     

"Ya.. akan aku usahakan".     

.     

.     

Aruna tidak mendengar suaranya lagi, mungkin dia terlelap.     

Aruna berdiri mencari handphonenya, penasaran seperti apa kehidupan lelaki yang kini jadi suaminya. Mendekat menyentuhkan beberapa jari pada finger print di handphone Hendra.     

Pertama yang dia buka adalah WhatsApp. Tidak banyak pesan pribadi. Sepertinya lingkaran pertemanannya tidak begitu luas. Mungkin sudah di handel oleh sekertarisnya.     

Selain itu semua grup yang ada hanya seputar pekerjaan. Tidak ada alumni ini itu seperti dirinya. Kecuali grup keluarga Djoyodiningrat. Dan grup-grup WA ini dia biarkan menumpuk chatting ratusan sampai ribuan tanpa dibuka. Pasti dia sangat sibuk hingga tidak sempat membuka apa pun.     

Aruna tidak berani membuka chatting apa pun karena dia sadar hal itu adalah privasi. Meninggalkan App WA, gadis ini berpindah ke App lainnya. Yach, dia penasaran dengan instagram Hendra yang di gandrungi emak-emak online. Tapi ketika dia membukanya, akun Official Mahendra Djoyodiningrat tidak ada. Hanya ada sebuah akun dengan satu foto langit dan nama akun tersebut tidak asing bluehadyan.      

_Tunggu, bukankah akun ini selalu like setiap postingan ku_ Aruna mencari akun Instagramnya dari akun Hadyan. Ah' ternyata benar, dia bahkan beberapa kali mengirimkan imoticon 'love' atau kalimat 'like it!' Pada kolom komentar Aruna. Senyum Aruna mengembang dan malu sendiri.     

Akun ini juga memfollow teman-temannya di surat Ajaib : Lili, Agus, Dea termasuk Damar. Akun Surat Ajaib juga dia follow. Pria ini sungguh mengejutkan dibalik tampangnya yang jutek dan sok sibuk. Ternyata dia punya sisi lain yang menggelikan. Aruna baru ingat Hadyan adalah nama tengah suaminya. Dia pernah mendesain nama itu dalam project surat undangan.     

Dia jadi kangen dengan teman-temannya di Surat Ajaib. Kabar terakhir mereka diterpa kesibukan ekstrim karena customer terus berdatangan ke outlet untuk memesan undangan serupa dengan milik CEO DM Grup yang sedang viral.     

*Surat Ajaib startup dibalik undangan bertemakan Blue Oceans     

*Undangan unik pesta pernikahan CEO tampan DM Grup.     

*WO pesta pernikahan CEO DM grup mengaku konsep Blue Oceans 'Samudra Biru' berasal dari undangan 3D Surat Ajaib.     

Begitulah beberapa judul artikel online yang muncul pada setiap laman berita.     

Hendra yang mendorongnya mengambil project ini dan memberikan efek positif pada start up yang dibangun dengan impian.     

Gadis ini semakin penasaran. Menyusuri aplikasi-aplikasi lain, sayang dia malah cemberut. Tidak ada aplikasi mengasyikan lagi. Note pekerjaan, App berita seputar bisnis, App Finance, data saham dan hal-hal membosankan seputar pekerjaan Hendra.     

Sejenak sang istri menyelesaikan rasa penasarannya, meletakan handphone suaminya yang sedang tertidur lelah.     

Sekejab berubah pikiran kembali menempelkan jari Hendra, membuka galeri foto.     

Pasti pria ini sangat narsis karena dia tampan. Aruna akan diam-diam mengambil fotonya digaleri sebagai simpanan kalau sewaktu-waktu ditanya mana suaminya. Hehe dia bisa pamer.     

Tapi ketika kincir angin warna-warni lambang galeri pada iPhone Hendra terbuka. Jantung Aruna berdesir, tidak ada foto Hendra disana. Galeri ini dipenuhi oleh satu jenis sketsa perempuan, dan itu dirinya yang tertangkap diam-diam.     

Di resto cepat saji, di bus Trans, di komples perumahan atap Gedung, di peron kereta dan runtutan dia menguntit Aruna. Mahendra menyimpan semua foto Aruna, menyingkirkan foto Damar. Terlihat sangat jelas beberapa gambar terpotong supaya fokus hanya pada Aruna.     

Termasuk sepintas wajah, punggung, sisi samping dan tangkapan lainnya yang sungguh kurang sempurna, layak di hapus tapi dibiarkan tersimpan. Senyum, marah, tertawa, jengkel. Setiap ekspresi Aruna terdokumentasi lengkap rapi di galeri Hendra.     

Seperti apa sudut pandang pria ini kepada dirinya, bagaimana hidupnya dan seperti apa hari-hari yang dia jalani. Aruna makin penasaran. Meletakkan heandphone suaminya, berjalan mendekat dan mengamati mata terpejam yang damai.     

Kepribadiannya seperti dua sisi mata uang, dalam detik berbeda dia bisa menjelma menjadi setan dan detik berikutnya berperan layaknya malaikat.     

Aruna berbaring didekat tubuh penguntit sempurna, mendekat dan memeluk tangannya. Menyandarkan kepala ditepian bahu laki-laki yang masih tersimpan sebagai 'CEO gila' pada kontak nomor di handphone Aruna. Sedangkan dirinya, ah' Aruna ingin memukulnya ketika dia tadi menemukan nama 'teaser lips'.     

Apa maksudnya itu??     

Dasar CEO gila!!     

.     

.     

'Mommy.. Where are we going mom?'.     

'We go home.. Do you know Indonesia?'.     

'I disagree, I prefer it here. I don't like anything to change'     

'Nothing will change, I will still love you'     

_Nafas siapa ini?_     

_Detak jantungnya bahkan terdengar_     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.