Ciuman Pertama Aruna

Anak Nakal



Anak Nakal

0"Sayang.. jangan bagun.. ayuk tidur lagi..". Dekapan mata biru makin erat.     
0

Tunggu! siapa itu.. lamat-lamat menatap.     

"Ah?! Pak Surya!!".     

Istri Hendra langsung melompat dari tidurnya. Tapi sejalan dengan usahanya terlepas dari pelukan sang suami. Hendra malah merengkuhnya kembali.     

"Abaikan dia.. ayo bobok lagi". Hendra masih belum rela Aruna terbangun.     

"Argh.. lepas.. lepaskan Hendra!!". Aruna banyak gerak, lincah menyelinap dan terlolos. Gadis itu berlari cepat menuju kamar mandi.      

"Selebay itu kau pamer pada ku?! Sungguh norak". Surya masih sakit hati. Melempar Mahkota buck Roses yang berserakan diatas ranjang ke kepala Mahendra, sahabat yang sekaligus atasannya.      

Pria itu terduduk dan perlahan sibuk mengacak-acak rambutnya. Menanggalkan untaian kelopak bunga yang perlahan jatuh menuruni piama.      

Tampan, manis dan matanya menyala melirik Surya. Dia sedang sok imut, sangat sengaja.      

Surya nyengir, jijik.      

"Apa kalian semalam melakukan sesuatu yang luar biasa sampai tempat ini koyak?".      

_Kok aku emosi ya.._ Batin pria Jones.      

 Untaian mahkota mawar yang dia susun dengan detail sampai kesemutan, bernafas pun dilarang oleh Dea demi permintaan bodoh orang resek ini, dan sekarang..     

_Ah' menyebalkan!!?_ Surya meratapi kebodohannya. Melihat barisan mahkota bunga berhamburan ke segala arah tak beraturan.     

"Kau penasaran ya...". Goda Hendra mendekat.     

"Sangat tidak!!". Sangkalan berlebih, padahal iya.     

"Karena aku berbahagia hari ini. Aku berniat memberimu mobil baru". Hendra terlihat perlu memberikan gift untuk kerja keras sekretarisnya.      

"Tidak perlu.. toh aku tidak punya kesempatan mengendarai nya, (hidup Surya membuntuti CEO DM group) Tapi apakah aku bisa meminta bantuan??".      

"Ya tentu saja apa pun itu.. akan ku berikan untuk sahabat terbaikku". Dia menepuk pundak Surya.      

"Kalau begini kau baru ingat bahwa aku teman mu".      

"Hahaha".     

"Permintaanku, ku sampaikan nanti saja. Yang lebih penting adalah kau hanya punya waktu 17 menit dari sekarang untuk bersiap-siap!".      

"Ada jadwal apa hari ini? Aku berjanji mengajak Aruna bekerja.. ku harap tidak terlalu sibuk".      

"Hai bagaimana kau bisa lupa?? Jangan-jangan diri mu juga belum membaca analisis progres pembangunan DM Construction terkait projects dreams city?" (Projects pembangunan kota impian bersama walikota Riswan).      

"Hehe belum.. aku sama sekali tidak melihat handphone ketika dirumah Ayah Lesmana. Melihat Aruna lebih menggiurkan".      

"Jangan norak lagi.. kau mau pamer kan?!". Surya males disudutkan sebagai Jones.      

"Haha.. sensitif banget kamu".      

"Lihat aplikasi trello sekarang!! Terlalu lama jika membaca analisis.. tunggu! Mandi dulu saja". Surya kembali melihat jam tangannya.      

(Trello adalah aplikasi kolaborasi yang digunakan untuk menyelesaikan sebuah proyek secara bersama-sama. Ada 4 bagian yang terdapat pada aplikasi tersebut :     

Board (Papan) adalah nama sebuah proyek atau jurnal yang sedang kita jalankan.      

Card (Tugas) adalah sebuah unit yang merupakan tugas yang dibuat oleh seorang subtitler.     

Label adalah penanda singkat mengenai suatu keterangan tertentu. Mungkin bisa disamakan seperti sticky notes.)     

Hendra memanfaatkan aplikasi gratis ini untuk melihat proses Projects tiap unit di anak perusahaan DM Construction.      

Dia bisa memantau apa saja job yang telah dan sedang dikerjakan timnya. Dari Dirut DM Construction hingga mandor bangunan bisa dia pantau. Termasuk arsitek yang tidak selalu ngantor pun bisa kelihatan gerak kerjanya beserta hasil karyanya.     

"Jam berapa jadwalnya?".      

"112 menit dari sekarang". Sang sekretaris memberi informasi.      

"Berdasarkan prediksi ku untuk lalulintas pagi ini, perjalanan membutuhkan waktu 90 menit. Jadi sisa bersiapa-siapa 17 menit. Kau harus tepat seperti biasanya!. Dengan persiapan 17 menit, dirimu akan tiba di lokasi 5 menit sebelum pertemuan dilangsungkan". Seperti biasanya dua orang (Hendra & Surya) duo leader perfeksionis dalam hal kedisiplinan terutama waktu.      

"Ah' kenapa baru bilang!?".      

"Siapa yang tidak mau bangun?! Enak saja ngomong 'kenapa baru bilang'". Surya jengkel.      

"Ya bos! Aku mandi!". Seru Hendra berjalan lebih cepat.      

.      

"Aruna dipercepat mandinya". Mata biru memasuki pintu kedua bathroom kamar mereka.      

"Arh' Hendra kenapa kau berada disini! Kau terlalu tinggi bisa mengintip ku.. jangan mendekat". Aruna merunduk seketika.      

Pintu pertama bathroom kamar Aruna dan Hendra menyajikan Wastafel dengan kaca lebar membentang. Dimana tersedia dua wastafel berwarna putih dipadu padankan bersama susunan laci yang terkesan kokoh dan klasik, mempertahankan warna kayu jati. Selebihnya pada salah satu sisinya terdapat kotak P3K yang menempel pada dinding. Hendra menaruh obat-obatan disana keculai yang berkaitan dengan traumatic disorder yang dia idap. Karena obat-obat itu dia taruh di laci bawah wastafel dan terkunci.     

Sedangkan pintu kedua barulah akan ditemukan Bathtub berbentuk mangkuk oval panjang berwarna putih, Letaknya dekat jendela. Jika tirai terbuka kamu akan melihat pemandangan indah danau dan pepohonan dari lantai dua sembari berendam santai.      

Entah bagaimana ceritanya tidak jauh dari bathtub terdapat sofa anti air panjang empuk nyaman. Sofa yang aneh untuk sebuah bathroom tapi dia tergeletak manis dan selaras dengan interior ruangan.      

Sedangkan Aruna, gadis ini sedang diguyur shower pada ruang berkaca yang terletak di pojok. Ruang kaca berjenis kaca es (kaca blur) yang menyajikan siluet tipis, terlalu tipis tak terlihat dari luar. Tetapi yang di dalam akan tahu bahwa di luar ada orang dan sebaliknya.      

Sayangnya tinggi kaca es hanya 150 cm. Selebihnya kaca biasa. Hendra yang tingginya mencapai 185 cm mudah saja menangkap bagian terlarang milik Aruna. Pria itu tinggal mendekat beberapa langkah menuju shower room.      

"Hendra jangan mendekat.. pergi kau!!". Gadis ini berteriak bukan main terkejutnya. Dia menyadari dirinya lupa menutup pintu kedua. Dan si jahil pasti akan memanfaatkan segala kesempitan dengan sempurna.      

Aruna merunduk dipojokkan, tempat yang menurutnya akan sulit di intip.      

Mata biru sempat tersenyum, apa daya dia dikejar waktu.      

"Aruna aku tidak akan mengintip mu, aku hanya ingin memberitahu, waktuku tidak banyak. Bisa kau percepat mandinya".      

"Ya.. iya.. mundur.. mundur dulu".      

Siluet tubuh Hendra terlihat bergerak menjauh.      

"Hari ini jadwalku padat diluar kantor. Apa kau tetap ingin ikut?".      

Gadis ini tiba-tiba berdiri secepat kilat. Tinggi yang hanya 155 cm, perlu sedikit berjinjit melihat ekspresi Hendra.      

"Kau sudah berjanji.. tentu, harus menepatinya".      

Hendra terduduk di sofa menikmati suasana menangkap rambut dan sebagian wajahnya. Cuma sampai di mata saja. Bahkan kadang ikut terbenam di kaca es.      

"Pilih baju terbaik. Kau akan berjumpa Riswan pagi ini, untuk istrinya aku tidak tahu dia turut hadir atau tidak".      

"Benarkah?!". Si mungil berjinjit lagi mengintipnya.       

Sungguh kelihatan manis dimata Hendra. Dia lupa harus cepat-cepat. Mata biru menyukuri banyak hal dalam fase hidupnya kali ini. Termasuk detik ini, ketika dia bisa duduk santai menikmati pemandangan unik di depan. Membayangkan bisa dekat dengan perempuan saja merupakan kemustahilan.      

Sedangkan saat ini gadis bernama Aruna yang memiliki karakter santai, benar-benar mengajarkan bagaimana cara menikmati hidup.      

Hendra masih menikmatinya. Terlebih ketika tangan gadis itu meraih-raih shower yang nampaknya terletak terlalu tinggi. Caranya meraih shower portable membuat suaminya tersenyum beberapa kali, dia tertangkap sedang berjinjit sempurna. Ketiak dan seluruh wajahnya tertangkap.      

_lain kali akan ku turunkan letak shower itu.. kasian juga_     

.     

.     

"Hendra baju mana yang harus ku pakai??". Gadis ini bersuara lebih keras nyaring. Memberi tahukan kegundahannya pada  pria yang turut serta tergesa-gesa di kaki lorong baju hurup 'm' sisi lain.      

"Hai jangan berbalik.. aku juga sedang berganti baju.. kenapa tempat ini ada kaca dibentangkan lebar begini".      

"Ruangan aneh! Kayak pemiliknya!". Aruna sempat mengumpat jengkel.      

Sebab, ketika dirinya menoleh ke belakang. Ketika suami jahil mengenakan kaos dalamnya, dengan sengaja mengarah pada kaca. Dia masih mengenakan boxer dan kemudian kaos dalam tipis. Berikutnya akan disusul Hem. Tidak sesuai kesepakatan untuk saling memunggungi kaca.      

"haha". Di lorong sebelah Hendra tertawa.      

"Kedipkan mata mu.. kau juga menatap ku".      

Sial! Dia tertangkap. Aruna tertangkap tidak memalingkan wajahnya kembali ketika menangkap dada bidang yang mulai di balut kaos tipis hingga Hem.      

Perempuan ini memerah.      

Membuka pintu baju menutupi dirinya.      

"Hehe"     

_dia kelihatan malu banget_ Hendra terkekeh, matanya menyipit tertimpa senyuman.      

.      

"Jangan sembunyi, ku bantu kau memilih baju".     

"Rapikan dulu celana mu".      

Aruna ngeri pria di depannya belum mengancingkan celana.      

"Jika kita tertangkap seperti ini oleh orang lain.. aku yakin kita terlihat seperti pasangan yang baru saja me..". Belum usai berucap, mulutnya sudah ditangkap jemari Aruna yang sedang merinding.      

"Baju ku belum terkancing sempurna dan kamu terbalut piyama handuk.. ah' bukan kah ini menarik". Hendra tersenyum.      

"aku yakin kamu belum menggunakan apa-apa didalam". Goda lelaki bermata biru makin berani.      

"Kancing kan HEM DAN CELANA MU!!". Aruna melotot memarahi anak nakal.      

"Ngak mau.. aku maunya kamu yang ngancingin". Si anak laki manja, memamerkan lesung pipinya.      

"ih. . Minggir.. minggir kau malah mengganggu".      

"Ya sudah ku biarkan baju ku begini saja.. hehe". Hendra tak bergemin. Mengganggu, memastikan mata Aruna menangkapnya. Sungguh bikin risih.      

"Ya tuhan.. manusia ini..". Akhirnya gadis ini pasrah. Mulai meraih kancing baju Hendra dan merapikannya satu persatu. Sang pria memerah menikmati apa yang yang dilakukan istrinya.      

"Bisakah kalian lebih cepat, ups! Apa yang kalian??". Surya berlari menjauh, mendapati tangan nona Aruna  memegangi kancing celana atasannya.      

"HA-HAHA!". Sepasang suami istri ini tertawa keras terpingkal-pingkal melihat Surya lari terbirit-birit. Kelakuan sekretaris jones dapat dinikmati dari cermin membentang.     

Walau nyatanya dia salah besar, tapi teriakan berikutnya dari sekretaris pribadi Mahendra cukup menjengkelkan : "hentikan mesum kalian! kita Sudah terlambat!!".      

"Apa?? Dia bilang kita mesum??".      

Dua pengantin baru, tertawa lantang menggelitik.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.