Ciuman Pertama Aruna

Butuh Baby



Butuh Baby

0"Aku lebih dari itu.. aku adalah stuntman (pemeran pengganti) mu..".     
0

"Maksud mu apa?". Mata biru mendekat, dia sedang di belenggu rasa ingin tahu yang membuncah di dada.     

"stuntman ku??"     

"Hehe.. Aku awalnya di siapkan sebagai generasi penerus cadangan sebelum mommy mu menikah dan memiliki putra, karena dulu mommy mu di tumbuhkan dengan penuh kasih sayang dan manja. Tidak ada yang yakin dia bisa menjadi generasi ke 5 Djoyodiningrat".     

"ketika keberadaan anda mulai terkuak dan para dewan berubah menjadi musuh karena kekalahannya melawan pewaris resmi, aku di hadirkan untuk mengecoh mereka".     

"Jadi kamu anak angkat kakek Wiryo yang kabarnya akan dijadikan presiden direktur menggantikannya?".     

"Yup. anda sudah paham ternyata".     

"Tapi kenapa kau pergi dari DM construction 4 tahun lalu?".     

"Karena tugas ku telah usai..".     

"Anda berkembang sangat pesat. Satu tahun pertama masa kepemimpinan anda, kakek anda langsung yakin anda bisa menggantikannya".     

"Itu sebabnya aku mundur dan meminta kakek mu mendukung impian ku. Membangun SFI (Sanitation For Indonesia) sebuah mimpi sederhana menjadi lebih berguna untuk banyak orang. Menyediakan dan mengedukasi penyediaan air bersih. Nyatanya program itu membawa ku memangku jabatan wali kota".     

"Lalu aku punya mimpi baru, membangun Dream City, Sekarang aku perlu memanfaatkan adik ku.. karena dulu kau memanfaatkan ku sebagai stuntman".     

"Luka tembak ini, bukan apa-apa.. ini sudah biasa untuk stuntman".     

"Lihat ini". Pria itu membuka baju yang membungkus perutnya.     

Hendra melihat bekas robekan di perut.     

"Dan ini?". Dia menunjukan betisnya.     

"Ah aku lupa.. tembakan di betis ku terawat dengan baik.. jadi hampir tidak terlihat".     

"Kau orang yang di pasang tetua untuk mengalihkan ancaman".     

"Yach.. benar.. aku stuntman yang baik kan".     

"Ini gila..".     

"Bukan kita yang gila.. tapi mereka.. para pengancam itu kumpulang orang gila". Riswan mirip para pimpinan lantai D yang begitu peduli dan setia pada Djoyo Makmur group.     

"Sebenarnya aku punya mimpi lebih gila lagi supaya kita bisa menangkapnya".     

"Apa??".     

"Mereka kuat karena mereka menjilat dan begitu dekat dengan pemerintah. Sudah saatnya Djoyo Makmur Grup memikirkan ini. Kita mulai dari kerjasama dengan para kepala daerah.. Dream City jalannya.. jalan untuk kita.. bukan sekedar mimpi ku".     

Mahendra terduduk di dekat Riswan. Dan Pria ini menepuk punggung adik fatamorgananya dengan pukulan kuat.     

"Bagaimana kau bisa bertahan sejauh ini?".     

"kamu ingin tahu?".     

"Tentu saja! aku tidak ingin mati konyol karena mereka".     

"Kau harus lebih berani melawan jangan hanya diam.. apalagi menghindar.. kekuasaan ku tidak sebesar diri mu sekarang.. kamu adalah pemeran utama bukan stuntman..".     

"Apa yang harus aku lakukan?".     

"target jangka panjang kita. Rebut kolega mereka di pemerintah. Tunjukan kekuatan kita, dan biarkan mereka keluar dari persembunyian". Riswan memberi saran.     

"Buat diri mu sangat di kenal public.. sehingga ketika terjadi masalah pada mu mereka akan di buru banyak orang. Gunakan kekuatan public untuk memberikan keamanan". (Riswan)     

"cara bicara mu mirip para penghuni lantai D". (Hendra)     

"Haha.. kita di tumbuhkan bersama". (Riswan)     

"Mas Hendra.. aku punya jalan lebih singkat dan mudah kalau kamu mau?".     

"jalan seperti apa". Hendra lebih ramah kali ini. Percakapan yang tadi terkesan sangat tenggang mulai meleleh lebih hangat.     

"Ikut lah.. dengan ku..".     

Ucapan Riswan mulai mencurigakan.     

"Mereka kuat karena dukungan pemerintah. Mengapa kita tidak mencari tempat di panggung itu". (Riswan)     

"Cih.. ku pikir apa?". (Hendra)     

"Aku sungguhan..". (Riswan)     

"Maaf aku tidak berminat". (Hendra)     

"Baik lah tidak masalah.. Jika kamu sudah jenuh dengan permainan memuakan permusuhan dua generasi sialan ini. Aku membuka lebar jalan untuk mu.. jalan menuju ke kuasaan yang lebih besar. Yang bisa membekukan mereka". (Riswan)     

"Terutama jalan menjadi lebih bermanfaat untuk orang banyak. Bukankan itu keren?". (Riswan)     

"Aku belum berminat berpolitik seperti mu.. Djoyo Makmur Grup masih membutuhkan ku.. selain itu aku perlu mempersiapkan lahirnya generasi berikutnya. Tantangan ini sederhana tapi tidak mudah bagi ku..". (Hendra)     

"Aku pernah dengar kamu menghindari perempuan.. ku pikir kamu gay.. tapi bukan kah kamu sudah menikah? Atau jangan jangan anda memang punya orientasi seksual berbeda.. walau punya istri anda belum bisa menjamahnya". (Riswan)     

"Sialan.. Ngomong apa kamu?!". Mahendra kembali mengangkat tangannya, menyergap walikota tak tahu diri.     

"Hai menonjok walikota ada undang undang yang bisa menjebloskan mu ke penjara.. mentang mentang sudah tahu aku kakak cadangan, kau berani memukul ku". (Riswan)     

"Jika ingin selamat jaga mulut mu!!". (Hendra)     

***     

"Hendra.. tumben sudah datang.. apa kamu sakit?". Lelaki bermata biru tersungkur di super king bad. Sepatu, Coat dan dasinya masih terpasang sempurna. tidak biasanya dia seperti ini. Dia selalu prefeksionis dalam segala hal. Terutama masalah kerapian.     

"Apa kamu sedang tidur?".     

"Hen… hendra…". Istrinya mendekat memegangi kening. Tidak panas.     

"Aaargh..". Cucu Wiryo menjatuhkan putri Lesmana lalu menindihnya.     

"kau tahu sayang.. kita butuh baby..??".     

"Kau sedang mabuk ya..??".     

"Tidak ini sungguhan". Mata biru melepas Coatnya.     

"Hendra! Kau tidak boleh lupa pada janji mu.. jangan membuat ku takut".     

"Kau tahu aku bukan pria gay.. aku bisa membuat mu hamil.. kita perlu mencobanya..".     

"Hen.. otak mu tertinggal dimana.. bicara mu tidak nyambung dan kelakuan mu sungguh aneh.. minggir kau!!".     

"Aah.. pusingnya aku..". Pria bermata biru mengacak-acak rambutnya. Dia sangat aneh.     

"Minggir!!".     

"kalau aku melanggar janji ku.. memang apa yang akan terjadi..". Entah mengapa lelaki ini seperti sedang mengigau.     

"Aku.. Aku akan apa ya..??".     

"Tuch kan.. kau tidak punya kekuatan melawan ku".     

"Ayolah..". Mata biru menjatuhkan tubuhnya di samping tubuh mungil milik istrinya dan mulai melingkarkan tangan di perut Aruna.     

"Aku akan katakan, aku tidak tahan bersama mu..".     

Spontan mata terpejam dalam damai. Tiba-tiba membuka lebar dengan sorotan tajam.     

"Aku Cuma mengingat.. kalau kau ternyata paling takut dengan kata-kata tersebut".     

"Jangan bicara seperti itu.. aku tidak suka mendengarnya".     

"Mengerti!". Hendra memaksanya mengangguk.     

"ya.".     

"Lebih keras..".     

"Iyaa..".     

"Bagus! Sekarang pijitin aku!. Hari ini sebenarnya hari yang pendek.. tidak lembur juga.. tapi aku lelah sekali..".     

Aruna ingin memegang rambut kecoklatan milik suaminya. Yang sedang tengkurap dalam kelelahan. Tapi gadis ini ragu.     

Dia urungkan niatnya, memilih melepas sepatu yang ada di bawah.     

"Aruna.. jangan lepas sepatu ku.. biar aku sendiri saja!".     

"Nggak papa..".     

"aku bilang jangan.. itu tidak sopan untuk ku..".     

"tuch liat, percuma kau protes toh sudah terlepas semua".     

"Ach.. lain kali jangan". Mata biru malas gerak karena kelelahan.     

_kau juga peduli dengan sopan santun ternyata_     

_bule England.. bagaimana aku memijitnya.. apa tangan ku cukup kuat??_     

"Mana pijitannya..".     

"Ngak papa ya.. aku mijit kamu?".     

"Kau bilang kamu tidak naif, tidak polos.. lakukan saja jangan banyak tanya?!".     

Dengan penuh rasa ragu tangan kecil aruna mulai menekan punggung suaminya.     

"huuh.. tak terasa sama sekali.. tangan mu terlalu kecil dan nggak ada tenaganya".     

Aruna memencet lebih kuat.     

"Bagaimana kalau begini?".     

"sama sekali tidak teras.. coba kau pijit pakai kaki saja!".     

Putri Lesmana ngikut tanpa protes.     

"Ah.. aku jadi ingat waktu kecil, aku sering lakukan ini untuk ayah ku".     

"Aruna ke atas dong.. pundak.. nah itu.. ah enak bangat.. lebih kenceng lagi ya…"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.