Ciuman Pertama Aruna

Analogi



Analogi

0Hendra menyeretnya kasar dan melempar gadis itu ke dalam Bathroom lalu menguncinya.      
0

Sang pria pengidap PSDT yang sedang kacau karena melihat wajah putus asa istrinya. Berjalan penuh kehancuran. Ini malam pesta pernikahannya. Beberapa jam lalu dia mendapati dirinya sangat bahagia. Mengiring ratu tercantiknya ke Altar memeluknya dan mengajaknya berdansa.      

Kini yang dia dapati adalah penolakan, kenyataan bahwa dirinya sedikit pun tidak di ijinkan menyentuhnya apalagi meminta hatinya.      

"Nathasya berikan obat ku!".      

"Tuan muda anda sudah meminumnya beberapa saat lalu". Dokter muda ini perlahan mundur, dia sadar tuan muda Djoyodiningrat sedang dalam kondisi buruk.     

Dirinya mencoba memainkan handphone di balik punggungnya. Memanggil dokter lain, Tio dan Firman. Sesama dokter yang secara khusus diterjunkan untuk membantu Mahendra.      

"Jangan melawan, BERIKAN!!".      

Natasya, Dokter muda ini sedang merasa bersalah mengenalkan tuannya pada obat penenang dan kini dia terlihat kecanduan. Membuat kedua temannya marah besar, tapi apa daya semua sudah terlanjur tinggal berupaya mengendalikan konsumsi obat-obatan tersebut dari  pasien spesial.      

"kalau anda mengonsumsinya di luar dosis, anda akan semakin buruk". Nathasya berhasil melakukan panggilan pada Tio, tinggal memastikan Tio mendengar percakapannya dengan pasien mereka.      

"Kedepan seandainya terjadi sesuatu, dosis biasa tidak akan dapat membantu anda".      

Otak Hendra menyadari maksud kekhawatiran Nathasya namun hatinya tidak. Dia sedang sangat butuh.      

Ketika mencoba memberikan desakan, dua tim Diana yang lain datang. Melerai, menenangkan Mahendra. Memintanya untuk berkenan mengendalikan diri dari mengonsumsi obat-obatan.      

Hendra tidak bisa terus berdebat dengan para dokternya atau dia akan menghajar mereka satu persatu.      

Sesaat sebelum krah baju salah satu dokternya terangkat. Hendra mendapati panggilan masuk pada Heandphone-nya.      

"Tuan ajudan yang membantu nona sudah kita tangkap.  Sayang sekali kita dikelabui. Teman nona telah lolos".      

"Haha.. tunggu aku kalian dimana?". Sesaat setelah mendapatkan informasi, Mahendra berjalan gusar meninggalkan para dokter yang sedang di landa perasaan khawatir.      

__________     

"Jika anda merasa tempat ini tidak cocok dengan anda, Mudah saja.. buat Mas Hendra berubah. Rubah rasa cinta yang dimiliki mas Hendra untuk anda, kalau perlu buatlah perasaan itu menghilang. Maka anda akan semakin cepat terbebas dari belenggunya".     

"Cinta??". (Aruna)     

"Aku merasa dia biasa saja terhadap ku". (Aruna)     

"Ah' anda benar-benar belum tahu??. Pernikahan ini berlangsung lebih cepat karena anda dipilih oleh mas Hendra. Pernikahan anda dengannya bukan sekedar perjanjian pernikahan antara ayah Lesmana dengan tetua. Tapi lebih kepada karena dia menginginkan anda".     

"Selama persaannya pada anda demikian kuat selama itu juga dia tidak akan melepas apa yang dia genggam, setahun, dua tahun, bisa jadi selamanya".     

__________     

_Aku sudah melakukan dengan benar bukan?_ Gadis ini mulai kedinginan, balutan sutra tidak akan cukup menghangatkan tubuhnya yang tadi belum sempat makan.      

Dia memilih memastikan dirinya sudah melakukan sesuatu dengan benar. Hendra demikian marah itu tidak masalah, yang terpenting dia harus membuat pria itu berkenan segera memberikan kebebasan. Terlepas tanpa menunggu lama.      

Perlahan Aruna berdiri membuka kran shower, membasuh tangan nya dengan air hangat termasuk kakinya. Lalu meraih handuk, dimanfaatkan sebagai pelindung diri yang semakin menggigil.      

***     

"Bruk!". Sebuah tendangan mendarat di punggung ajudan yang berlutut dengan mata tertutup kain dan tangan terikat. Membuat tubuh itu tersungkur kedepan.     

Perlahan tubuh ajudan di injak. Dan penginjaknya mulai mendekati tubuh yang tersungkur di bawah.      

Si tubuh terinjak mengais-ngais pemahaman. Karena matanya tertutup dia mencoba menoleh kesana-kemari berupaya terlepas.      

Sedangkan tuannya yang kini menginjak kuat, secara nyata membuat ajudan lain ikut ngeri. Karena mereka hampir tidak pernah melihat sisi ini pada diri sang tuan muda Djoyodiningrat.      

Mahendra mengunci gerakan minta lolos ajudan penghianat dengan satu kaki yang kemudian sedikit demi sedikit terlihat di tekuk. Ternyata sang tuan muda meraih penutup mata, sejalan kemudian meraih rambut segenggam dan menariknya.      

"Beraninya kau berhianat pada ku. Hehe, akhir-akhir ini banyak orang lupa siapa aku sebenarnya".      

Di benak beberapa ajudan yang sedang mengelilingi keduanya. Mereka berfikir Juan akan mendapatkan hantaman secara langsung. Namun hal sebaliknya yang di perlihatkan tuan muda.      

Dia menarik ikatan tangan Juan. Kemudian melepaskan nya, Juan yang kebingungan perlahan bangkit. Dihajar secara langsung lebih masuk akal dari pada perlakuan aneh ini. Membuat isi kepalanya dan kepala ajudan yang lain ikut penasaran. Apa maunya tuan muda?.      

"Hebat sekali dirimu..". Hendra kini memilih duduk santai dengan kaki kiri bertumpu pada kaki kanannya.      

"Kau begitu setia pada istriku apa yang dia berikan pada mu?". Hendra memandanginya dengan tajam. Baju yang melekat pada Juan adalah baju yang tadi di kenakan pesaingnya.      

"Maaf tuan. Tidak ada".      

"haha.  Ha-ha-ha". Tawanya sungguh mengerikan. Sejalan kemudian tatapannya yang mengerikan.      

"Baik lah aku ralat pertanyaan ku! Apa yang kau harapkan dengan membantunya??". Suara Hendra mengeras.      

"Aku ingin di pilih jadi ajudan pribadi nona". Balas Juan yang kini merasa lega.      

"Ah' aku lupa.. ada kompetisi di antara kalian.. dan sepertinya dirimu seorang pemburu kemenangan dengan segala cara.. ha-ha". Hendra menertawakan dirinya sendiri. Tawa yang ngeri di mata orang lain.      

"Ternyata kau mirip dengan ku, tapi kau tetap bersalah". Hendra kini berdiri.      

"Kau sudah membuat ku kalah malam ini.. bagaimana jika kita saling menghajar satu sama lain supaya kita puas".      

_Ah' apa yang dia katakan? Kenapa aku tidak paham?_ Juan menggeser dirinya mundur. Bukan hanya dia yang tidak paham, wajah wajah lain di sekitarnya terlihat juga tak paham dengan ungkapan tuan muda yang kini bukan sekedar CEO dingin. Tapi juga calon presdir yang misterius.      

"Boleh saya tahu maksud anda apa?". Juan memburu pemahaman ketika mata biru perlahan bergerak kepadanya.      

"Jujur emosi ku sedang tidak stabil sekarang dan aku butuh pelampiasan. Pemilik switer yang kau pakai sudah membuat ku kalah. Bolehkah aku menganalogikan diri mu sebagai dia".      

Glek'     

_Shits! dia bisa membunuh ku_ Juan semakin mundur, dia mendapati singa didepannya seakan siap menerkam.      

"Tuan maafkan saya.. saya akan melepas switernya".      

"Jangan! Aku lebih suka kau memakainya.. lebih terlihat nyata. oh iya.. jangan khawatir kau juga bisa melawan ku sesuka hati mu".      

Kening Juan mengerut.      

"kita sama-sama bertangan kosong. Kita rayakan kesamaan kita.. pemburu Kemenangan".      

Juan kini menyembunyikan senyum :  _Tangan kosong dan diperbolehkan melawan sepuasnya, hem.._ Dia merasa mendapatkan bonus, menghajar tuan muda di depannya. Bukankah ini akan jadi sesuatu yang hebat?!.      

"Sayang aku kurang beruntung, kau akan jadi juara pertama dan aku hanya juara ke 2.. aku tidak terima!!".      

Di ujung sana sang ajudan mulai bergerak lebih riang, melakukan sedikit pemanasan. Tanda dia siap menang. Membuat Hendra semakin bersemangat menghajarnya.      

-----------------------------     

Syarat jadi reader sejati CPA:     

Bantu Author mendapatkan Power Stone terbaik     

Ngasih Gifts.. Boleh banget      

Saya selalu merindukan komentar readers      

Review bintang 5     

INFO : Instagram bluehadyan,  fansbase CPA (Hendra, Aruna, Damar)      

Nikmati visualisasi tokoh-tokoh CPA.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.