Ciuman Pertama Aruna

Gift Bukan Give



Gift Bukan Give

0Tiga hari sudah laki-laki ini menemani istrinya dan mengabaikan semua tumpukan aktivitas pekerjaan yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya. Dan telepon terus saja berdering, memanggil mata biru untuk mengatasi beberapa problem urgent yang datang menyapa DM group. Kadang juga terlihat berkas berkas mampir ke kamar rawat inap istri tuan muda Djayadiningrat, sekedar untuk minta tanda tangan Acc anggaran termasuk kebijakan.      
0

"Tuan anggaran untuk projek perkebunan DM plantation terpaksa kami naikkan bulan ini, kita perlu menggait organisasi sosial untuk meningkatkan indeks kesejahteraan warga di sekitar perkebunan". Jelas salah satu karyawan perwakilan DM plantation.      

"Why? Kalian membutuhkan program pemberdayaan di sana?". Insting Hendra mencium bau masalah di lokasi perkebunan wilayah Kalimantan Timur.      

_Tanpa aku jelaskan CEO langsung tahu kami menggunakan program pemberdayaan ekonomi untuk masyarakat di sekitar_ karyawan perwakilan DM Plantation menelan ludahnya sendiri.      

"Aruna sini sayang... Aku bantu". Hendra membuat istrinya terpaksa duduk di kursi, gadis yang baru saja membilas rambutnya ketika mandi di siang hari ini mulai mendapatkan perhatian yang tak kalah besarnya. Mata biru mengambil handuk dan mengusap-usap rambut basah gadis mungil yang terduduk pasrah.      

"Silahkan.. saya sambil begini ya.. nggak apa-apa kan? lanjutkan saja. Kenapa terdiam?". Hendra menyentil wajah melongo karyawannya.     

"Saya baru tahu kehidupan pribadi anda, ternyata anda seperti ini hehe". Ada tawa terkekeh malu-malu, membuat pipi Aruna ikut memerah. Bukan hanya hari ini, sudah tiga hari pria pemarah itu berubah menjadi bibi baik. Dia membantu setiap hal dan menyediakan semua kebutuhan. Termasuk hal-hal sepele seperti mengeringkan rambut.      

"zess... zess...". Suara mesin pengering rambut turut serta membisingkan suasana di dalam ruangan, Hendra memainkan rambut Aruna untuk dikeringkan.      

"Lanjutkan penjelasan mu, aku bisa membagi konsentrasiku". Pinta CEO DM grup.      

"Ah' baik pak". Dia yang tertegun kembali menemukan kesadaran.      

"Jadi DM Plantation enam bulan terakhir mendapati kasus pencurian secara masif, walau mereka hanya mengambil beberapa buah sawit per-individunya memang sedikit, sayangnya ketika di kalkulasikan per-bulan dari data bisa mencapai ratusan juta. Untuk itu kami berfikir mengalihkan dana tersebut untuk membangun ekonomi masyarakat sekitar". Sang karyawan menyerahkan data kepada CEO.      

"Mengapa tidak menjerat mereka dengan Pasal 363 dan 362 KUHP dan UU Nomor 39/2014 tentang Perkebunan serta Pasal 64 ayat (1) dan  55 ayat (2) KUHP dengan ancaman hukuman maksimal sembilan tahun penjara". kata kata Hendra membuat dua alis istrinya menyatu.      

"Mungkin mereka berasal dari ekonomi rendah Hendra, makanya mereka terpaksa melakukan pencurian sekedar untuk memenuhi kebutuhan sehari hari. Pak, sebelum melakukan tuntutan perhatikan pula sejauh mana mereka memanfaatkan hasil curian. Kalau hanya sekedar makan sehari hari apa salahnya sih ngasih makan masyarakat yang membutuhkan". Secara mengejutkan gadis kecil dibawah gerakan menyisir sang suami turut serta berbicara menyerobot penjelasan karyawan DM Plantation.      

"Iya.. seperti penjelasan istri anda. Kita tidak mungkin untuk melakukan tindakan hukum kepada mereka. Selain tidak tega, sebenarnya kami lebih berhati-hati supaya stigma yang terbentuk di masyarakat tetap positif". Tambah Karyawan tersebut.      

"Ini masalah habits, ketika tidak ada tindakan entah hukum supaya jera atau upaya perubahan perilaku, mereka lama lama tidak akan merasa yang dilakukan bagian dari pelanggaran hukum". Sang CEO sebenarnya melempar pernyataan tentang pasal KUHP perkebunan untuk menggali sudut pandang perusahaan DM Plantation. Tapi ternyata istri mungilnya ikut berbicara, ya sudah dia lanjutkan saja diskusi yang lebih mendalam.      

"Program pemberdayaan ekonomi saja tidak akan membantu. Ya nggak?". Tambah CEO DM Grup, memancing gerakan neuron di kepala gadisnya.      

"Bisa asal kita gali dulu organisasi sosial atau filantropi penyedia jasa pemberdayaan tersebut akan bergerak sejauh mana?". Jawab Aruna bersemangat ikut ambil bagian.      

"Ah' yang benar?". Canda Hendra.      

"Beneeer.. tahu nggak?! Pemberdayaan yang artinya membuat sesuatu menjadi berdaya atau mempunyai daya atau mempunyai kekuatan. Sebenarnya merupakan terjemahan dari empowerment dalam bahasa inggris 'To give power of authority to, yang berarti memberi kekuasaan. Kekuasaan disini bukan hanya berdaya secara ekonomi saja. Indeks pengukurannya bisa ke segala arah termasuk berdaya dari perilaku yang merugikan". Aruna serius menjelaskan.      

"Ih istri ku pinter.. sini aku kasih 'give'". Hendra mengambil kepalanya dan menghujani pipi Aruna sun sayang, kecupan di satu titik berulang.      

"Argh.. ini 'gift'. Ah' hentikan.. Hendra HENTIKAN!!". Mereka lupa dengan karyawan perwakilan DM Plantation yang tadinya benar benar sedang serius mendengarkan keluarga presdir Djoyo Makmur Group berdiskusi. Tapi kini orang itu sedang bingung sendiri melihat adegan di depan matanya.      

"Au Au.. ampun ampun..".      

Bapak DM Plantation makin tercengang melihat CEO nya mendapatkan tarikan di rambut karena mengganggu istrinya terus menerus.     

"Bisakah saya mendapatkan keputusan yang lebih jelas".      

_Duh aku kikuk sendiri melihat perilaku suami istri ini_ Dia yang jadi penonton tak tahu harus ngapain.     

"Hehe". Kedua pasangan suami istri langsung merapikan dirinya.      

"Anda bicara apa tadi?". Cucu Wiryo lupa dengan tanggung jawabnya.      

"Keputusan akhir terkait pencurian buah sawit".      

"Oke, aku setuju dengan ide istri ku.. kita gunakan program pemberdayaan. Datangi beberapa penyedia jasa dan cari tahu mana yang memungkinkan adanya perubahan perilaku". Jelas CEO.      

"Bukan mencari tahu Hendra sayang.. tapi membuat permintaan kepada penyedia jasa untuk memunculkan indeks perubahan perilaku dari in put, proses, out put bisa jadi sampai outcame bahkan impect nya pun terukur". Aruna memang punya banyak pengalaman di bidang ini selain karena putri Lesmana menggeluti dunia relawan sejak dibangku sekolah, kini dia juga mengembangkan hal yang sama dalam membangun kemitraan antara Surat Ajaib dengan LSM program bunda BISA.      

"Uh.. Istri ku sangat pinter.. layak dapat gift ke dua". Hendra membuat gerakan tangan mengusir orang DM Planation.      

Bukannya pergi malah mendekat sambil menyodorkan berkas, padahal Hendra sedang ingin mengkap istrinya : "Pak Hendra anda belum menandatangani ini!". Pungkasnya.      

"Sini sini cepat".      

_Duh momen ku bisa hilang_. Mahendra membuat beberapa coretan tanpa melihat. Tergesa gesa dia ingin main main dengan Aruna yang mulai mencair.     

"Pak!".      

"Duh! Apa lagi…??".      

"Pencurian kelap". Belum usai bicara.      

"Ikuti penjelasan istri ku, itu sudah benar". Lalu Mahendra membisikan sesuatu di telinga : "Cepat keluar kalau perlu berlari!". Dan pergilah sudah perwakilan DM Plantation yang malang.     

"Hendra kenapa mendekat.. kau mau apa??". Senyam senyum sendiri, Aruna hafal raut muka itu raut muka ingin melahap sesuatu.      

"Pergi.. jauh jauh sana!". Gadis ini mendur dan menaiki ranjangnya seiring cara mendekat yang penuh makna dari si jahi mata biru.      

"ARGH!". Hendra menjatuhkannya di ranjang pasien.     

"Berikan aku sarapan favorit ku". Wajahnya berubah rayuan memelas.      

"Apa yang kau katakan? kau sudah makan tadi". Aruna dibuat mikir.      

"Bukan makan pagi tapi sarapan yang itu..hiks hiks". Pura pura nangis, melas banget seperti anak kucing minta makan.      

"Minggir dulu plis!".      

_Aku risih di peluk begini_ Gumam Aruna mendapati perutnya di tangkap dan di jadikan tempat memohon.     

"Nggak mau..".      

"Ah' kenapa nggak mau".      

"Aku sudah tiga hari tidak mendapatkan asupan cinta.. berilah ciuman mu wahai perempuan pelit".      

"haha.. Ungkapan macam apa itu?? haha".      

"Kasiani lah laki laki malang ini hiks hiks". Masih memasang mimik wajah melas.     

"hahaha..". Aruna dibuat tertawa cekikikan melihat kelakukan aneh Mahendra. Dia sedang memohon untuk mendapatkan ciuman bibir kesukaannya. Yang pernah dinyatakan sebagai tujuan jangka pendek, sedang bahkan jangka panjang hidupnya.      

~~~     

"Aku sekarang punya impian. Mendapatkan ciuman setiap saat, kalau tak bisa  setiap saat, sehari sekali sudah cukup, kalau tak bisa lagi seminggu sekali tak masalah, kalau tak bisa lagi sebulan sekali apa boleh buat. Asalkan aku mendapatkannya". (Chapter 99, Kursi spesial)     

~~~     

Dan dia sedang berusaha meraih impiannya. Mendapatkan ciuman dari perusak logika, kokain paling memabukan dan perempuan perebut semua perhatian.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.