Ciuman Pertama Aruna

Ide Itu Mahal



Ide Itu Mahal

0Ketika pasangan dewasa sempurna versi Aruna di masa lalu setelah pulang meninggalkan kamarnya, kini yang hadir adalah perasaan canggung antara dirinya dengan suaminya.      
0

"Kau masih marah padaku". Hendra mengawali untuk minta maaf.     

"Enggak.. aku hanya sedikit kecewa".      

"Sesungguhnya aku sedang memikirkan mu". Hendra mengakui kekhawatiran yang perlahan dia mengerti.     

"Aku tahu, tapi bukan begitu caranya". Aruna mendekati lelaki bermata biru, memegangi telapak tangan pria yang sedang gelisah karena dibentak istrinya.      

_dia berbeda Aruna, kau harus ingat tentang Psychosocial Therapist_ Aruna membuat peringatan untuk dirinya sendiri. Dulu ketika Mahendra berubah secara tiba-tiba dia akan memandangnya sebagai lelaki aneh. Sekarang sudut pandangnya berubah secara drastis. Mungkin Hendra memang kesulitan memahami perasaan orang lain atau semacamnya, dia sendiri tidak mengerti Hendra sakit apa sebenarnya.     

Aruna mengamati suaminya seiring rasa penasaran yang dia simpan dalam dalam.     

"Walau kadang masukan kita benar, tapi ketika kau menyampaikannya dengan cara yang salah. Kamu tidak akan menemukan orang lain mengikuti saran mu". Aruna memberikan penjelasan sembari mengelus jemari Hendra. Pria yang diajaknya bicara sedang tertegun melihat perilaku baik yang disuguhkan gadisnya.      

"Mungkin kamu belum banyak memahami ini kan? Kau pernah bilang kalau kau tidak punya banyak teman untuk bersosialisasi, hal semacam ini memang berbeda dengan interaksi antara atasan dan bawahan. Di tempat kerja apapun yang kau katakan karena kau atasannya perkataan mu pasti di dengar mereka. Tapi saat berinteraksi dengan teman apalagi keluarga kita. Sebaiknya kita cari cara terbaik". Ungkapan gadis kecil dibalas dengan anggukan. Dia menjelma menjadi pria penurut. Bukan sekedar karena makna dari ungkapan Aruna, tapi lebih kepada cara perempuan hangat memperlakukannya. Bahkan keluarganya jarang sekali memberikan perhatian apalagi nasehat yang disuguhkan dengan cara halus seperti ini.      

***     

"Aku juga memikirkan hal yang sama dengan mu nak, sayang teman teman ku terlalu naif dalam berbisnis, celakanya kami orang lama yang sok berkuasa". Sekali Adam berbicara yang lain sudah hafal betul akan mengandung bisa beracun yang siap dipatukkan kepada rekannya sendiri.     

"Kalau boleh tahu apa konsep yang kau tawarkan, Gibran!". Rio ayahnya sendiri mempertanyakan pemikiran putranya.      

"Saya ingin melakukan ekspansi besar-besaran ke arah digital. Ke depan ketika perusahaan ini tidak bisa mengikuti tren pasar, saya takut kita akan tenggelam bersama-sama". Gibran menghirup nafasnya dalam-dalam, mencoba mencari pijakan untuk ungkapan berikutnya.      

"Coba bayangkan ketika kita terlalu banyak menghabiskan dana untuk balas dendam  lalu lupa meningkatkan kualitas produk kita, saya takut kita ditinggalkan karena keterlambatan kita mengikuti perubahan. Daya tarik untuk menguasai kolega memang luar biasa. Tapi sampai kapan kita harus membakar uang untuk kolega kita. Bukankah lebih baik kita membakar uang untuk ekspansi dari konvensional menuju digital". Gibran mencukupkan penjelasannya. Secara mengejutkan para dewan itu terdiam. Sesuatu di luar prediksi Gibran, awalnya dia yakin dia akan dihina habis-habisan atau minimal dapat penentangan.      

"Ada benarnya apa yang dikatakan Gibran". Tanto ikut bersuara mendukung putra Rio.      

"Langsung saja kalau memang kalian setuju kita voting sekarang". Linus Abraham tidak mau berlama-lama.     

Hal berikutnya yang terjadi adalah para dewan melakukan voting dan ternyata hanya satu orang saja yang memiliki pendapat berbeda sedangkan keenamnya memilih memberikan dukungan pada Gibran.     

"Bagaimana dengan pertunangan Antara kau dan Putri Baskoro?". Salah satu dari mereka mempertanyakan pernikahan yang disiapkan untuk Gibran.      

"Sebenarnya saya tidak masalah menikah dengan siapa saja, saya tahu hidup saya akan berjalan seperti ini. Tapi shakila, sepertinya Putri Baskoro cukup syok dengan keputusan ayahnya". Gibran menyampaikan hasil pertemuan antara dia dan syakila, Putri Baskoro.      

"Hal semacam itu tak perlu kau pikirkan yang penting ayahnya setuju, pernikahan bukan sesuatu yang penting untuk kita anggap saja seperti sebuah kesepakatan".      

Gibran tak lagi bersuara, dia tahu mayoritas putra dan putri tujuh orang ini memiliki nasib yang sama dengan dirinya. Menikah untuk melebarkan sayap bisnis hal itu sering mereka sebut sebagai pengorbanan. Mereka lupa sesungguhnya anak-anak mereka lah yang sedang dikorbankan.     

"Sebenarnya aku tidak setuju dengan cara kalian, lihat saja kehidupan pribadi kalian di keluarga mayoritas berantakan. Rio?! kalau kau masih punya pikiran rasional pertimbangkan pernikahan yang dipaksakan untuk anak mu. Sorry ucapanku memang selalu bertentangan dan maaf selama ini aku tidak mau mengorbankan anak-anak ku. Buktinya aku yang paling menikmati masa tua ku". Kembali Adam bersuara, dia memang selalu blak-blakan. Tapi yang tersampaikan benar apa adanya, keluarga Adam yang paling layak dijadikan panutan ketimbang enam dewan lainnya. Bahkan putra salah satu dari mereka ada yang jadi tahanan lapas sebab penyalahgunaan narkotika berulang kali.      

Secara tersirat anak dan ayah itu tertangkap saling menatap sekejap lalu buru-buru mengalihkan pandangan.      

***     

"Maaf kak anantha untuk keputusan sebesar ini kami tidak bisa serta-merta mengiyakan, sebaiknya kakak bicara langsung dengan Aruna". Dea dibuat cukup terkejut dengan desakan kakak Aruna, anantha akhir-akhir ini sering mengunjungi outlet surat ajaib. Kadang sendirian kadang bersama temannya yang bernama Gibran (Rey).     

Keduanya berharap bisa dengan segera menanam modal di surat ajaib. Sedangkan teman-teman Aruna sendiri kebingungan ketika harus dimintai persetujuannya.      

Surat ajaib terbiasa dengan diskusi hari Sabtu, kebiasaan ini masih mereka langsung kan walau Aruna hanya sesekali mengikuti via video call. Setiap tim surat ajaib punya hak bicara yang sama dan punya kekuatan yang sama dalam membuat keputusan.     

Sejujurnya mayoritas dari anggota sudah setuju untuk menerima dana besar dari Gibran (Rey) teman anantha. Namun kekuatan dua orang di antaranya yang belum menunjukkan kesamaan suara, mengusung alasan cukup dominan. Itu sebabnya posisi terakhir yang mereka sepakati adalah menunggu Aruna bergabung dalam diskusi bersama sebagai keputusan akhir.      

Entah dari mana anantha tahu, Dea dan Timi yang memiliki pendapat berbeda dari teman-temannya. Laki-laki ini getol memburu persetujuan dari Dea, sedangkan Timi anak baru itu lebih ekstrim lagi dia menolak mentah-mentah dan tidak dapat dipengaruhi sedikitpun.      

Timi memiliki alasan cukup masuk akal, start up yang hanya setingkat UKM akan di kucuri dana besar melebihi ekspektasi. Secara kasat mata jelas tidak masuk akal, start up surat ajaib perlu mengupgrade dirinya menjadi CV minimal, supaya layak mendapatkan kucuran dana yang menggiurkan. Sejalan dengan hal tersebut administrasi keuangan, pengelolaan sistem dan segalanya sudah harus memiliki standar operasional yang benar.     

Sedangkan surat ajaib hanyalah kumpulan anak muda pencari tambahan uang jajan kuliah dengan berjualan online secara masif serta mengusung konsep unik.     

Memang tidak dapat dipungkiri suatu saat bisa berkembang ke segala arah yang lebih menantang, tapi sebelum berkembang wajib hukumnya memiliki batu pijakan yang jelas. Minimal sistem operasional yang jelas, barulah bisa menerima kucuran dana sebesar apapun.     

Kalau tidak, takutnya pemilik modal bisa mengakuisisi semudah membalikan telapak tangan, mengingat surat ajaib memiliki konsep yang berbeda dan fress, ide itu mahal dan orang-orang di dalamnya perlu sadar bahwa ada sesuatu yang wajib mereka jaga.      

Kedatangan Timi, anak baru satu ini sejak awal membawa banyak pengaruh positif terutama dari sisi pengembangan star up Surat Ajaib. Dia bukan hanya seorang pakar desain yang terlihat terlalu Pro, kadang juga tampak layaknya pekerja profesional yang salah tempat. Wajahnya memang baby face namun ketika diamati lebih lanjut seolah dirinya mirip laki laki dewasa dan matang. Cara komunikasinya, cara berpakaiannya, tindak tanduknya tak selayaknya anak kuliahan yang masih bau kencur. Membuat Lily tergila-gila bukan main.      

"Timi terimakasih ya.. membuat teman-teman sadar apa yang sedang kita hadapi". Ucap Dea ketika keduanya menghantarkan punggung dua laki-laki asing menyusuri pintu keluar surat ajaib.      

"Aku hanya melakukan tugas ku". Balas Tyan Mizan Timur, nama lain yang tersembunyi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.