Ciuman Pertama Aruna

Tim Elit



Tim Elit

0Gadis berkucir kuda dengan style dirinya. begitu semangat memasuki pintu outlet yang sudah usang dia rindukan. Dia bahkan dua kali membuka tutup pintu. Suara dari pintu outlet ini memang spesial. Alarm buatan Agus menyapanya dua kali.      
0

Tidak langsung naik ke lantai atas dia mengambil dua pernak-pernik dan segera membukanya. Aksesoris gelang dia kenakan di tangan kirinya berlapis dua. Dia sedang melengkapi dirinya. Lengkapi Aruna yang dulu.     

Sedangkan Juan kesusahan membawa belanjaan nona nya, dia mendorong pintu dan terkejut dengan sambutan yang terdengar dari pintu toko . Toko barang-barang unik, Itulah yang tertangkap di otak Juan.     

_hah kenapa jadi malah terharu begini_ gumam Aruna untuk dirinya sendiri.     

"Kenapa nona berkaca-kaca".  sejak tadi ajudan ini memang sudah dibuat bingung.     

"Hehe aku terlalu senang. Hai.. Sudah kubilang jangan panggil aku nona. Awas kau!". Perintahnya.     

"Kalau kamu tidak mau jadi nona, bantu aku membawa belanjaan mu".      

"Maaf aku kesenangan ingin masuk sampai lupa membantu mu". Aruna membawa belanjaan dari tangan Juan, sedangkan Juan kembali lagi ke mobil membawa yang lain.     

"Hai... Aku datang..". Gadis itu menyapa teman-temannya di lantai 2.      

"hentikan pekerjaan kalian! hari ini kita berpesta..". Dia perseru sambil menaruh belanjaannya.      

"Arunaaa... Aakh.. kangen..". Dea Lili dan Laras langsung berhamburan memeluknya.     

Sedangkan Agus dan Tito, meraih belanjaannya.      

"Bersihkan bersihkan! Singkirkan pekerjaan kalian kita makan-makan dulu guys". Seru Aruna bersemangat.      

"Tunggu! kenapa aku merasa Dejavu ya haha..". Agus membuat celetuk ringan.     

"iya Minggu kemarin kita bertemu dan makan bersama juga, tapi aku merasa kau sudah lama menghilang berbulan-bulan dan baru melihat mu sekarang". Lili mengungkapkan apa yang dia rasakan.      

"bukan hanya kamu kali.. aku aja merasa kehilangan diri ku. Gimana hari ini aku Aruna banget nggak". Gadis riang itu mempertanyakan tentang dirinya sendiri.     

"udah nggak usah banyak bicara kita makan dulu saja". Celetuk Agus.      

"waaah.. ini baru kalian". Ini baru kebiasaan tim surat ajaib.     

Sudah dapat di duga mereka berisik sekali, ngobrol sana-sini sambil cepat-cepatan menghabiskan makanan.      

aruna terlihat tertawa riang bersama teman-temannya.      

"Hai nona kau makan lagi? Tadi kau sudah makan dan ini ke dua kalinya kau makan junk food". Gelisah Juan, dalam sop yang diberikan oleh atasannya salah satu yang perlu di jaga dari nona Aruna ialah kebiasaan makan yang buruk.     

Aruna melotot sambil berbisik dalam gerakan mulut : 'Sudah aku bilang jangan panggil aku nona'.      

"Timi kau tak makan ini untukmu". Lili menyerahkan bagian Timi.      

Dari tadi hanya timi yang terdiam terlihat berpikir, entah apa yang dipikirkan.     

"Aku ke... ke bawah dulu ingin ke kamar mandi hehe". Ungkap Timi     

Timi menyentil pundak Juan. Pria itu bahkan memberikan sebuah kode kecil di note. 'Kau bicara dengan ku, Aku tunggu di bawah'.      

.     

.     

"Apa-apaan kau ini! kenapa kau bawa nona kemari!. Apa kamu tidak tahu hal semacam ini berbahaya. Apalagi kamu hanya sendirian saja, tidak ada kah bodyguard lain yang menemani nona?". Ucapan pertama yang keluar dari mulut timi membuat Juan mengerutkan dahi.      

"apa kamu sama denganku?". Tanya Juan.     

"Aku lebih spesial aku tim elit". Jawab Timi     

"aku juga spesial aku pemenang sayembara pengawal nona muda". Balas Juan tidak terima dengan gaya sok keren Timi.     

"sudah jangan bahas itu tindakan mu ini sangat melanggar aturan. Aku akan membuat laporan".      

"Ah' terserah kau saja, aku hanya ajudan yang menuruti keinginan nona nya. Dengan mengatakan ini keinginan nona, Aku yakin mereka pun tidak bisa menyalahkan ku. Kalian para senior dan tim elit berusahalah santai sedikit".      

"Kau tahu aku benar-benar akan membuat laporan!!".     

"Yah terserah kau saja, nona itu juga manusia dia butuh menikmati hidupnya". Juan meninggalkan Timi dan naik ke lantai dua kembali.     

***     

"mas Hendra tunggu sebentar!". Hendra sudah akan meninggalkan ruang meeting lantai D     

"Apakah istri mu memang ada di luar?". Tanya Raka.     

"Tidak.. Aku rasa dia sedang tidur di kamar ku. kalau memang sudah bangun mungkin dia cari makan di resto hotel". Jawab Mahendra. Dia baru saja menutup agenda rapat berharap segera menemui Aruna.     

"Aku rasa Anda salah, bawahan ku yang menyusup di tim surat ajaib. Mengabarkan nona sedang di outlet surat ajaib". Jawab Raka.     

"Sial!". Hendra segera meraih handphonenya membuat panggilan kepada pengawal istrinya, Juan.      

***     

"bip bip bip".      

"Hais! manusia itu beneran melaporkan ku". Juan melirik Timi yang mulai bergabung asyik makan. Dia melebarkan mata membuat ancaman pada Timi. Dan Timi membalas lebih kejam dengan membuat puk puk di punggung Juan. Tanda perkenalan : "Hai bro nama mu siapa". Tapi gerakan di punggung itu cenderung sebuah pukulan kasar bukan salam sapa antar laki laki. sembari sembunyi sembunyi memasang senyum aneh satu sama lain. Agar tidak di curigai.      

"He he nama ku Juan, bro.. aku tahu nama mu Timi kan?. Waktu makan bareng kemarin kita udah kenalan bro.. masak low lupa Bro". Dia membuat timpukan ala pria akrab, sayangnya tenaganya berbeda. Dia menimpuk Timi dengan sangat kasar.      

"bip bip bip".      

Telepon ke dua dari sang tuan datang kembali.     

"Hallo Tuan". Juan berusaha sesantai mungkin. Membuat gerakan di depan leher dengan makna : 'gue potong kepala loe'. dan Timi tersenyum manis menimpal, sebenarnya dia sedang mengejek.      

"Kau bawa kemana istri ku". Tanya suara tajam di ujung sana.      

"He he dia sedang ingin main".      

"Bawa dia kembali pada ku!". perintah Hendra.      

"Saya tidak tega kalau harus sekarang".     

"Maksud mu?".      

"Dia sedang makan bersama teman temannya dan terlihat menikmati".      

"Anda ingin lihat?".      

"Sudahlah jangan cari alasan! bawa dia kembali kepada ku secepatnya!".Hendra mendesak.      

"Apa kau benar benar mencintainya?".      

_Jika dia mencintai istrinya dengan sangat, kenapa nona harus menjadi orang lain. Jangan jangan nona sebuah analogi. seperti yang dilakukan nya pada ku_.      

Juan mengingat dirinya di hajar habis habisan dengan atribut baju Danu Umar dan tak diperkenankan di lepas. Ada rasa ngeri tersendiri kalau ternyata Nona juga hanya sebatas analogi bagi Tuan muda yang memiliki sisi lain dalam dirinya.      

"Beraninya kau bertanya hal semacam itu pada ku". Gertak Hendra.      

"Andai kau mencintainya pasti kau menginginkan dia bahagia kan. Yang aku lihat anda menyanderanya tiap saat".      

"Kau tahu, dia harus aman".      

"Bahkan di tempat ini ada tim elit dan aku yang menjaganya. Keamanan model apa yang kau inginkan. Bersembunyi di Rumah Induk ya. Semoga dia sanggup lama bersama mu jika itu keamanan yang anda mau". Juan mengubah panggilan audio menjadi panggilan video dan mengayunkan handphone nya ke arah Aruna, gadis yang sedang tertawa riang bersama teman temannya.      

Aruna bersinar seperti dulu..      

Maafkan aku Aruna..      

Nikmati kebahagiaan mu..      

"Juan, kalau dia sudah selesai dengan teman temanya.. aku menunggunya di rumah induk".     

"Baik".      

.     

.     

"Hai sebentar.. sebentar.. kita berhenti sebentar..". Aruna memukul perlahan punggung Juan dari belakang. Pria ini sedang mengemudikan mobil.      

"Ada apa nona?".      

"Kita cari tempat yang bisa digunakan untuk ganti baju". Jelas Aruna. Hendra akan merasa aneh jika dia tidak mengenakan baju berbeda.     

.     

Pintu gerbang rumah induk membuka perlahan, ajudan dan nona muda keluarga Djoyodiningrat datang. Keamanan yang berjaga menyapanya dengan ramah, rumah megah yang dulu membuat matanya terbelalak dan air mancur yang menari nasi itu sangat berkesan. Entah kenapa kini menjelma menjadi ruang spasial paling menyesakan dada lambang tahanan sudah menyapa di depan mata.      

Seperti dia yang berdiri di depan pintu menunggunya, sudah banyak berubah tapi caranya mencintai membuatnya seolah tak bisa bernafas.      

Gadis ini keluar dengan layu, belum semua kakinya menuruni mobil mewah. Pengawal Juan menariknya : "Nona kalung mu".      

_Ah bagaimana ini?? Hendra sudah berdiri di depan ku_     

.     

.     

__________________________     

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/     

Bantu Author mendapatkan Power Stone terbaik ^^     

Hadiah anda adalah motivasi untuk kreasi saya. Beri aku lebih banyak motivasi!     

Silahkan tinggalkan jejak komentar, aku selalu membacanya.     

Review bintang 5     

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak     

INFO : Instagram bluehadyan, fansbase CPA (Hendra, Aruna, Damar)     

Nikmati Cuplikan seru, spoiler dan visualisasi CPA.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.