Ciuman Pertama Aruna

Melilit Erat



Melilit Erat

0Rombongan Hendra dan Aruna telah sampai pada hotel bintang 5 di Nusa dua Bali, salah satu hotel milik keluarga Djoyodiningrat dengan perpaduan interior modern dan etnik Bali. Menawan tapi tetap mempertahankan budaya khas pulau Dewata. Baru saja koper-koper mereka diturunkan oleh berapa petugas hotel yang sigap membantu. Hal pertama yang didapatkan Aruna Hendra serta rombongan mereka adalah kalung bunga yang terangkai sempurna pada leher mereka masing-masing.      
0

Senyum ramah disuguhkan oleh seseorang yang kabarnya adalah pimpinan hotel tersebut. Dia tahu yang datang ialah CEO mereka. Otomatis pelayanannya pun spesial. Sayangnya keramahan itu tidak sebanding dengan apa yang ditunjukkan Hendra. Sepertinya Hendra memang benar-benar memiliki peringai agak berbeda ketika berinteraksi dengan orang lain selain dalam lingkaran istri mungilnya. Padahal tiap petugas yang sengaja berdiri di depannya menyapa dengan cara paling ramah versi mereka, baik itu manajer maupun Helper yang mengiringi rombongan dalam percakapan ringan melewati pintu utama menuju lobby hotel.     

.     

 Seorang perempuan dengan tinggi proporsional dan tubuh langsing memikat sangat serasi dengan padu padan midi dress lengan pendek, sepatu high heels dan tas Chanel Classic Flap Bag model edisi terbatas, dengan aksesorisnya yang serba hitam.      

Menyibukan diri, mengisi waktunya dengan membaca penjelasan singkat tentang pulau Dewata yang tergeletak di lobby hotel bintang 5.     

Bergegas meletakkan  bacaan yang dia pegang, menyadari seseorang yang ditunggu-tunggu telah datang. Pria bermata biru dengan postur tubuh tinggi tegap berbalut ekspresi juteknya yang menawan.     

 "Hendraaa....". secara mengejutkan perempuan berlari penuh semangat langsung menghambur memeluk tubuh Hendra. Hendra serta merta tidak bisa mengelak apa yang ia dapati secara mendadak.      

Perempuan dengan tinggi proporsional dan tubuh langsing. fashionable, luar biasa memukau seperti artis ibu kota. Perempuan itu mendongak menunjukkan dirinya sambil masih memeluk tubuh Hendra dari depan, dia tersenyum terlampau manis.      

Siapa lagi kalau bukan Tania.      

"Tania?? Kau ada di Bali?". Tanya Hendra pada perempuan yang enggan melepas pelukan erat.      

"hei menyingkir kau..". Surya mendorong Tania supaya sadar apa yang dia lakukan terlalu berlebih.      

"Kau jahat pada ku tidak mencari ku sama sekali". Keluh perempuan cantik Tania. Mengabaikan cara Surya berusaha melepas ikatan tangannya.     

"Bagaimana kau tahu aku ada di sini?". Tanya Hendra,  menduga Tania sudah menunggu dirinya sebelum mereka sampai di hotel ini. Terlihat dari caranya menyambut sesaat sebelum berlari tadi. Duduk termenung membaca buku bacaan di salah satu sofa lobi hotel bintang lima.     

"Rahasia, ada deh pokoknya". Suara Tania memang selalu menyenangkan di dengar begitu juga cara bicaranya.      

Di sisi lain seorang ajudan menarik koper yang diabaikan tuannya dan tertangkap membantu nona mereka yang perlahan meninggalkan dua orang sedang bercakap cakap.      

"Apa kau tinggal di Bali? jangan-jangan kau memang disembunyikan oleh kakek ku di hotel ini?". Hendra penasaran mencari tahu.     

"aku memang tinggal di Bali setelah diizinkan kembali ke tanah air oleh kakek mu. Waktu disembunyikan kakek mu aku memang tidak di Indonesia. tapi setelah prosesi pernikahan mu usai, kakek mu mengizinkan ku pulang". Jelasnya panjang lebar penuh senyum bahagia.     

"Mengapa kau tidak muncul di Jakarta?". Tanya Hendra berusaha melepas jeratan tangannya, seiring mata biru menangkap punggung mungil yang perlahan menjauh.     

"Aku belum berani kembali ke dunia entertainment. Selain itu aku masih ingin bersenang-senang dulu, dan ingin menemui mu pada waktu dan tempat yang tepat seperti hari ini". Balas Tania enggan melepas pelukannya.      

"Ah terserah kalian saja". Surya pun juga enggan mengingatkan mereka karena terabaikan. Dia mengikuti rombongan pergi meninggalkan mata biru.     

"Hai.. lepaskan dulu Tania, nanti kita ngobrol lagi. Kau menginap di sini?". Tanya Hendra kepada perempuan yang akhirnya berkenan melepas jeratannya.     

"sudah, Aku bahkan sudah dua hari yang lalu di sini sambil menunggu mu". Seru Tania.     

"Ya ya ya.. nanti kita ngobrol lagi biar aku melihat kamar ku dulu". Pinta lelaki bermata biru.     

"Jangan lama-lama ya.. ngomong-ngomong nomor kamar mu berapa?". Tania masih mengikuti langkah kaki Hendra. Langkah kaki dan punggung pria ini adalah makanannya sehari-hari sejak pertama kali mereka bertemu.     

"Aku pun juga tak tahu, makanya aku harus segera bergabung dengan rombongan ku".      

"Oh iya". Hendra seolah berhenti menghadang Tania lalu berdiri di depan artis drama series.      

"Ingat aku ke sini untuk honeymoon.. maka dari itu jangan sering-sering mengganggu". Hendra memberikan peringatan seraya mendapat balasan mulut cemberut.     

"honeymoon?? Kayaknya kamu sedang berlibur bersama deh!". Sela Tania.      

"Ah.. ungkapan mu tak salah juga sih". Sahabat lama itu bicara dengan nada santai seperti biasa. Tania memang perempuan satu-satunya yang berada di dunia Mahendra. Seperti kucing peliharaan melilit pemiliknya tiap saat. Cucu Wiryo sudah lelah menyingkirkannya sejak SMA.      

"pokoknya nanti kita makan bareng kayak biasanya". Pinta Tania terang-terangan tanpa rasa malu.      

"Tak bisa, aku sudah menikah. Jadi aku harus makan bersama istriku". Si pria melanjutkan langkah kakinya dibuntuti perempuan cantik mengelilinginya.     

"Kok gitu sih! Jangan jahat sama aku. Ingat kau yang sudah menghancurkan karir ku. Sekarang kamu harus tanggung jawab". Celetuk Tania.      

"Ah benar juga, berapa aku harus memberi mu kompensasi?. Tas branded favorit mu cukup?". Perempuan ini sudah terbiasa mendapatkan barang-barang keinginannya dari CEO DM Grup.      

"kali ini kompensasinya berbeda, aku nggak mau tas, sepatu atau baju". Suara Tania diusahakan setegas-tegasnya.     

"Ah yang benar??". Hendra menyentilnya, terlampau paham kesukaan Tania. Yang marahnya terluluhkan dengan cara yang sama bertahun-tahun.     

"Mau banget sih.. tapi kali ini aku pengennya waktu mu dari pada benda-benda itu".     

Wajah Hendra menunjukkan goresan tidak setuju dengan ungkapan Tania.     

"aku sudah mengalami banyak masalah sulit gara-gara kelakuan mu". Tania konsisten cemberut.     

"sudah kembalilah ke tempat mu". Gelisah Hendra makin dekat dengan kamarnya.      

"eemm... Nggak mau!". Tania konsisten membuntuti Hendra seperti hari-harinya dulu.     

"Ya sudah terserah kau saja". Dan Hendra dengan enteng mengabaikan perempuan itu, perilaku wajar bagi Tania. Hendra memang selalu begitu sejak pertama mereka bertemu.      

.     

.     

Pria bermata biru akhirnya bisa terbebas dari lilitan perempuan satu-satunya yang hadir dari kehidupan masa lalu sebelum memiliki istri mungil yang kini tertangkap sibuk menata benda-benda pada kamar sementara mereka. Berada dalam satu kamar merupakan hasil perjuangan panjang, setelah merayunya habis-habisan.      

"Enaknya kita ngapain setelah ini". mata biru menangkap punggung istrinya dari belakang mengabaikan kesibukan si mungil, dia terkejut dan menjatuhkan benda yang dipegang.      

"kak Tania datang juga, syukurlah Aku makin lega dan tenang. Sekarang aku mau mandi lepaskan tangan mu!". Aruna berusaha merenggangkan tangan Mahendra.      

"Bisakah kau cemburu pada ku sedikit saja, setelah aku dipeluk perempuan lain tadi?". Celetuk Hendra merasa terabaikan, setelah gadis itu hanya merenggangkan tangannya meraih handuk dan melangkah pergi ke kamar mandi.     

"Buat apa? Dia kan teman lama mu. Kekasih mu pun juga nggak papa.  Yang pasti, aku bukan perempuan posesif yang suka membelenggu pasangan pernikahan kontrak hingga dia tak sanggup bernafas". Suara Aruna seiring dengan langkah kakinya mendekati pintu kamar mandi, Hendra dibuat jengkel dengan kata-katanya karena gadis itu sedang menyentil dirinya.     

Pria itu buru-buru berdiri mendorong tubuh mungil secepat dia bisa, memasuk kamar mandi bersama. Segera ia rengkuh tubuh Arunai hingga berada dalam gendongannya lalu dengan sengaja dimasukkan ke dalam bathtub berisi air.      

"Ah.. basah!". Protes Aruna, yang terkejut bukan main. Lebih terkejut lagi melihat si tinggi besar melepas kaosnya.      

"Mau apa kau?". Aruna protes sigap berdiri ingin segera pergi. Nyatanya si kekar meraih perutnya. Memintanya berendam bersama setelah dia hanya menyisakan boxer, sedangkan gadis itu lengkap dengan baju yang dia kenakan.      

"Aku juga mau mandi, mandi sama kamu kayak kemarin". Sang pria melilit erat tubuh perempuan bergerak-gerak ingin pergi. Perlahan dia membuat kecupan di bahu, lalu menyusup ke leher belakang.      

Bathroom tersebut mengarah langsung ke laut, senja tertangkap sempurna di mata gadis yang sedang menerawang jauh melihat panorama di luar jendela. Seiring langkah berani prianya membuka resleting gaun yang menjuntai indah membungkus perempuannya. Mata biru mulai membuat gigitan dibelakang sana.      

_Mungkinkah ini senja terakhir kita_ gumamnya membiarkan laki-laki itu sekali lagi menggigit punggungnya.      

.     

.     

__________________________     

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/     

Bantu Author mendapatkan Power Stone terbaik ^^     

Hadiah anda adalah motivasi untuk kreasi saya. Beri aku lebih banyak motivasi!     

Silahkan tinggalkan jejak komentar, aku selalu membacanya.     

Review bintang 5     

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak     

INFO : Instagram bluehadyan, fansbase CPA (Hendra, Aruna, Damar)     

Nikmati Cuplikan seru, spoiler dan visualisasi CPA     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.