Ciuman Pertama Aruna

Iron Woman



Iron Woman

0"Wow.." Pekik gadis itu pertama kali melihat seorang di tengah laut sana sedang mencoba permainan yang sedang ngetren akhir akhir ini.      

Di perairan tenang di Pantai Tanjung Benoa, seorang pria tampak menyemburkan air melalui alat yang ada di tangan dan kakinya.      

Dimata Aruna pria yang sedang mencoba permainan Flyboarding ini tampak layaknya Iron Man atau mungkin saja Aqua Man.     

Baru saja terlepas dari tangan Hendra, Aruna langsung berlari menuju tempat antrean agar segera mendapat kesempatan mencobanya.      

Laki laki yang seolah baru saja kehilangan anak yang dia asuh secepat mungkin menangkapnya kembali.      

"Tidak perlu mengantari aku sudah booking, tinggal temui teman ku saja namun sebelum itu ayo ikut aku!" Hendra menariknya kembali.      

.      

.      

"Naik!" Perintah mata biru yang sudah siap dengan jet ski.     

Aruna langsung terhambur lari kepadanya tanpa di minta berpegangan erat pada suaminya. Tak butuh waktu lama jet ski yang di tunggangi Mahendra melesat di atas permukaan air laut.      

Mereka mengarungi sepanjang tepian pantai, menembus celah udara yang setia menerpa keduanya. Sempat berhenti sejenak lalu melaju mendadak membuat tubuh mungil di belakang tersentak ke depan dan berpegang lebih erat.      

Ada senyum yang tersungging dari mata biru yang tersembunyi dibalik kaca mata hitamnya.      

Teriak spontan Aruna di usahakan tepat di dekat telinga : "Kau sengaja ya.." caranya protes di iringi pukulan ringan tidak berarti pada punggung sang pria.      

"Kali ini pegangannya lebih kuat atau menyesal". Terang saja yang terjadi berikutnya lebih berani lagi. Hendra melesat lebih cepat kemudian dia menukik berbalik arah menimbulkan gerakan berputar 360 derajat seolah hanya bagian belakang dari jet ski yang membuat gerakan bergeser.      

"wow.. keren.. kau hebat!". Bukannya takut gadis ini malah terkesima.      

"Kau mau mencobanya Aruna?". Ungkapan itu disambut gembira luar biasa.      

"Boleh ya..".      

"Tentu saja.. kemarilah". Hendra berbalik ke belakang menawarkan pelukannya dan segera di sambut. Gadis yang membaur itu kini duduk di depan sang pria.      

"Apakah ini cara mengendalikannya sama seperti naik motor?". Hendra menyambut pertanyaan itu dengan penjelasan teknik dasar.      

"begini ya.." Gadis ini langsung saja mencoba tanpa aba aba.     

"Arh!!" Hendra sempat terkejut Aruna memainkan gas jet ski terlalu cepat sebagai pemula. Beberapa kali tangan pria di belakang  memegangi tangan mungil, menghentikan keberaniannya.      

"Pelan pelan sayang.. " beberapa kali pula kalimat itu menghiasi mulut Mahendra mengingatkan Aruna untuk berhati-hati.      

.     

.     

Dan yang di coba berikutnya tidak kalah memacu adrenalin. Wajah Asli Aruna tersikap, gadis yang memiliki kemampuan sosial luar biasa juga memiliki kemampuan mencoba hal-hal baru dengan tangkas.      

Jatuh berkali-kali di air karena belum menemukan keseimbangan dari caranya menunggangi Flyboarding. Bukannya mengeluh atau malah ciut, Putri Lesmana terlihat makin tertantang dan bersemangat.      

Hendra sudah melesat di udara seperti iron man, menatap perempuannya yang masih berjuang. Pria ini menggerakkan tangannya beberapa kali menyemangati seolah bermakna  'ayo sayang coba lagi'.      

Akhirnya dia bisa berdiri kokoh dan ikut melesat di udara, si mungil yang keras kepala tidak mau kalah dengan dirinya sendiri. Itulah Aruna yang dulu dan kini mulai memudar karena tertimbun kepasrahan dikurung dalam rumah induk, lebih parahnya dia kadang memilih hanya berada di kamar pribadinya menunggu suami perjanjian pernikahan pulang.      

Hingga gadis berusia 20 tahun yang dulunya gigih meraih setiap impian dan hobi mencoba hal-hal baru lambat laun kehilangan dirinya. Sicerah yang merona kemerahan perlahan padam, dia selalu mengharap untuk pulang. Keinginannya untuk kembali ke kehidupan semula makin kuat membuncah di dada.      

Padahal hari ini dia mulai bahagia dan lelaki bermata biru juga perlahan menunjukkan sisi baiknya. Dia yang baru sembuh sedang berusaha membangun fondasi hubungannya. Berperilaku sebaik yang dia bisa dan bertahan sekuat-kuatnya, berharap tiada henti suatu saat istrinya menaruh rasa padanya.      

.     

*Kakak sudah sampai di hotel tempat mu menginap     

*Kapan jadwal penerbangan kembali ke Jakarta.     

*Belum aku pesan, tapi harapanku secepatnya.      

*Boleh aku minta waktu sampai besok siang kak?      

*Baiklah aku pesankan penerbangan sesuai permintaanmu.     

.     

.     

Hendra memarkirkan mobil Jeep.     

Tadi dia sempat menyuruh Aruna makan banyak. Saat duduk duduk di tepian Tanjung Benoa, gadis itu dipaksa makan lebih banyak daripada biasanya. Bahkan pria itu membawa bekal makanan minuman dan beberapa snack. Membuat perempuannya penasaran kemana mereka akan pergi setelah ini.      

Setiap kali Aruna bertanya Hendra hanya tersenyum, dan hal itu membuat si gadis mungil makin jengkel.      

"Kenapa kita nggak berangkat sekarang. Aku sudah penasaran tahu?!". Aruna sempat protes.      

"Nikmati dulu yang di sini, istirahat dulu. Nanti mendekati sore kita berangkat lagi". Hendra meminta gadisnya sabar, keduanya sedang selonjoran santai di tempat duduk tepi pantai yang penuhi bantal.      

Terik matahari mulai menyapa. Dan gadis yang diterpa angin pantai perlahan mengantuk. Dia tadi sudah berusaha keras sekedar menjajal dirinya agar terlihat seperti 'iron women', sebuah istilah yang dibuatnya sendiri.     

Hendra sempat mengambil beberapa foto Aruna yang tersenyum manis pada kamera. Sang pria sempat tersenyum mengamati hasil bidikannya sendiri.      

Mencoba mendekati istrinya sambil berupaya menyusupkan tangan pada punggung Aruna, agar perempuan itu segera rebahan di tangannya. Rebahan sekalian mengamati hasil bidikan kamera dari pantai Lovina.      

"Lihat! Matamu dan lautan sama". Sela Aruna sempat menghentikan cara menggeser tiap foto yang tersaji pada layar kamera.      

"Terlalu biru.. aku pernah dibuat susah karena mata ini". Hendra mengingat masa lalunya.      

"Benarkah.. padahal Kau spesial karena matamu berbeda?" Puji Aruna.     

"ya terutama waktu aku SMP, Aku pernah sekolah di SMP umum dan itu pengalaman yang luar biasa" Cerita Hendra.      

"oh' aku baru tahu kamu pernah sekolah di tempat biasa. Aku pikir kamu menempuh pendidikan di sekolah elit" Ini Aruna penasaran.     

"Aku baru masuk sekolah umum pada masa SMP, sebelumnya karena kondisi sindrom ku yang masih butuh penanganan aku lebih banyak menghabiskan waktu dengan homeschooling.     

"Sebanarnya itu saran dari para psychiater juga, aku dianjurkan untuk sekolah di SMP biasa dan identitasku sebagai cucu Djoyodiningrat sengaja disembunyikan".      

"Waktu SMP adalah masa di mana aku menemukan hal-hal baru dan cukup menyenangkan. Karena mataku berbeda mereka sering kali bertanya 'hen kamu bule dari mana?'  'dari siapa kau mendapatkan mata biru ayah atau ibu mu?' 'siapa bokap mu, dari negara mana dia?' " Pria ini berbicara panjang lebar sering rasa kantuk.      

"lalu kau jawab apa?". Tanya Aruna penasaran.      

"Aku traktir saja mereka makan di kantin, siapa pun yang melempar pertanyaan aneh aku traktir mereka".      

"Haha.. mengapa kau lakukan itu, kau tinggal menjawabnya kan?". Aruna dibuat bingung.     

"Sayangnya Aku tidak tahu jawabannya. Dari pada pusing pusing aku buat mereka senang saja".      

Aruna menyatukan alisnya, pertanda bahwa dia tidak paham.     

"aku harus jawab apa. Aku memang tidak tahu dari mana aku dapat mata biru. Kalau memang dari ayahku, aku aja belum pernah melihatnya. Bahkan aku tidak tahu siapa dia dan di mana dia"     

Deg     

Jantung seseorang bergetar mendengarkan ungkapan lelaki bermata biru.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.