Ciuman Pertama Aruna

Bukan Kebetulan



Bukan Kebetulan

0_tempatku bersembunyi pun, ada bekasmu_      
0

Hendra duduk sejenak menghilangkan lelahnya. Dia sempat tertidur di sofa sebelum akhirnya dibangunkan oleh Hery. Wajah ajudan itu sudah lebih mendingan dengan ditutupnya bekas luka.      

"Tuan makan dulu, saya disuruh pak Surya memanggil anda" ucapan Hery dibalas anggukan. Hendra sempat menyusup ke kamar mandi mengamati dirinya di cermin dan baru menyadari kenapa semua orang menganggapnya belum pulih, ternyata wajahnya pucat.      

.     

"Hen.. kenapa kamu mainkan saja makananmu, ayolah makan yang banyak supaya otakmu bisa digunakan dan kita bisa cepat keluar dari masalah ini" Surya membangunkan Hendra dari kekosongannya.      

"Apa kau tahu siapa yang memukul kepalaku dari belakang? Ananta atau Raka?" Hendra menanyakan kejadian terakhir sebelum dirinya dipisahkan dari istrinya.      

"Ananta orang biasa, dia tidak mungkin memiliki ide menyuntikan obat tidur di tubuhmu"      

"Benar juga"      

"sebenarnya ada hal lain yang mungkin berhubungan dengan kejadian di Bali" kini Hery yang bicara.     

"mungkin Anda berdua jarang melihat televisi Nasional atau portal berita, sehari setelah anda minum bersama dengan perempuan, ee.. artis itu. Aku baru sadar sekarang, senior Raka tidak menghentikan orang yang mengambil foto kalian. Aku sudah menghancurkan dua handphone malam itu. kemudian Aku mencari bantuan dan harusnya senior Raka yang menyelesaikan misi tersebut"      

"tunggu! apa maksudmu berita itu menyebar dan heboh?" tanya Surya     

Hery membalas dengan anggukan.      

"sayang sekali waktu di Bali aku terlalu sibuk dengan urusan pribadiku, setelah mengundurkan diri pantas saja handphone ku begitu banyak panggilan dan pesan. Sampai bingung membalas dari mana jadi aku biarkan saja" Surya tampak penuh penyesalan.     

Sedangkan Hendra memilih diam hanya gerakan memasukkan nasi ke dalam mulutnya yang disuguhkan oleh CEO DM group.     

"Kamu tidak ingin berkomentar Hendra?"     

"Semua sudah terjadi tidak ada yang perlu dikomentari" pria itu lalu berdiri melangkah pergi meninggalkan piringnya yang masih menyisakan banyak makanan.      

Spontan mantan sekretaris itu berjalan cepat meraih tangan Mahendra: "Hen.. Jangan bilang kau akan menyerah kali ini?"      

Hendra menghempas tangan Surya dan melangkah pergi mengabaikan ungkapan Surya.      

"Kita sudah sampai di sini, kenapa kau memilih untuk berhenti. Kenapa kau tidak menyerah dari dulu saja kalau akhirnya cuman begini" ucapan Surya sebenarnya sedang mengingatkan harapan Mahendra itu sendiri. Dulu alasannya menuruti seluruh kehendak kakeknya, sekedar berharap bahwa suatu saat ketika dirinya memimpin keluarga ini dia bisa merubah semua tradisi yang tidak masuk akal.     

Nyatanya kini saat tabir perlahan terbuka satu persatu Hendra baru tahu setiap tindakan lelaki tua yang angkuh itu pasti punya alasan. Termasuk alasan mengurung para perempuan Djoyodiningrat dan ternyata dengan alasan yang sama Hendra tidak memberi Aruna kebebasan sehingga gadis itu memilih pergi.     

"istri ku memilih pergi dari ku sama  dengan mu, Jadi apa yang bisa diharapkan dari orang sepertiku?" dia membalas ucapan Surya mengusung nada lebih keras.      

"Apa kau yakin dia pergi karena keinginannya?" pertanyaan Surya berikutnya membuat laki-laki itu terdiam.     

"Entahlah.."     

"Masih ada harapan Hen.." Surya meyakinkan sahabatnya.      

"Sudahlah aku ingin istirahat" lelaki bermata biru memilih memasuki salah satu kamar, Dia butuh beristirahat untuk mengembalikan staminanya yang sempat runtuh beberapa hari.      

Tanpa dia sadari tempat yang digunakan untuk berbaring adalah tempat yang dulu menjadi awal post traumatic syndrome disorder menyapanya sekali lagi setelah bertahun-tahun, hanya karena rasa penasaran pada gadis mungil yang terbaring lama di kamar ini.     

Dalam istirahat neuron neuron otak CEO yang memiliki pikiran tajam itu mengembara: 'Aruna?, tugasku telah usai?, Bukan sekedar ingin.. tapi aku harus pulang?, kak Tania cocok untukmu?, Apalagi kamu sudah sembuh?, Anantha (Setelah menjadikannya kelinci percobaan?)'     

_Huuh.. dia menciumku sambil menangis sebelumnya??_     

Hendra merunut semua kejadian, Tania datang tiba-tiba? Dari mana dia tahu Hendra honeymoon dan tinggal di Djoyo Rizt hotel Bali? Mengapa Aruna bersikukuh menjaga dirinya padahal dia juga terlihat menginginkannya malam itu?     

"Hehe.. semua bukan kebetulan, baiklah kita lihat saja?!".      

***     

"Hai kenapa kalian semua lari". Bang Bay dibuat bingung anak-anak itu baru saja membuka handphone pada pos terakhir pendakian Gunung Rinjani. Tiba Tiba keduanya bersemangat seolah ingin segera kembali ke Jakarta. Juan mendapat kabar bahwa pernikahan syakila diundur karena kondisi gadis itu tidak begitu memungkinkan untuk melangsungkan pernikahan.     

Entah sakit apa yang diderita Shakila, Juan harus segera sampai di Jakarta karena perempuan itu mungkin saja membutuhkannya. Sedikit munafik untuk orang yang begitu percaya diri meninggalkan kekasihnya dan ternyata keteguhan itu berbalik arah, dia begitu khawatir berlari lebih cepat daripada Damar.     

Sedangkan Damar lagi antusias karena teman-teman di grup surat ajaib ribut membicarakan kepulangan Aruna. Awalnya Damar berpikir kepulangan Aruna dari honeymoon yang dibahas. Ternyata kepulangan Aruna kembali ke rumahnya, chatting panjang itu bermula dari pembicaraan mereka mengenai siapa yang akan menjadi leader Surat Ajaib berikutnya yang terbengkalai cukup lama.      

Walaupun jual beli online tetap berjalan namun tanpa leader segalanya terasa tak memiliki arah. Mereka bekerja dalam bidangnya masing-masing sayang tidak ada kepala yang menyatukan semangat mereka. Akhirnya surat Ajaib seperti tanpa nyawa tidak tahu mau dibawa kemana.      

Dan Dea keceplosan mengatakan bahwa Aruna sudah pulang ke rumahnya, tidak perlu ada pemilihan maupun pergantian leader. Aruna akan segera kembali, kembali ke rumahnya dan kembali bersama mereka.     

Kini pemuda berkejaran satu sama lain. Seolah sedang diburu waktu, hati yang patah itu tiba-tiba berbunga dan mengusung kebahagiaan tanpa batas. Doa mereka seolah dijawab, bukan lagi mencari penyembuhan tapi obat itu menjelma menjadi candu berikutnya.     

Selalu ada kesempatan kedua, kesempatan yang awalnya terasa bagaikan dongeng. Tapi kini benar-benar hadir menyapa.      

"Kau sudah dapat tiket pesawat?" Damar bertanya pada Juan yang terlihat sibuk membuka aplikasi pemesanan tiket pesawat.      

"belum, coba download aplikasi lain mungkin saja masih ada untuk malam ini?" Sejalan dengan Juan, Damar pun segera berburu tiket.      

"Damar bagaimana hubungan ku dengan bu HRD?, boleh kah?" bang bay mencari kesempatan mumpung pemuda Padang ini menunjukan wajah cerah yang lama menghilang.      

"Terserah lu lah bang".      

***     

"Permisi pak, Di mana satpam sebelumnya?" Ketika Hendra istirahat, Surya dan Hery berusaha mendatangi rumah nona Aruna. Berharap gadis itu bisa ditemui, minimal Surya bisa membujuknya untuk bertemu Hendra sekali saja. Surya tahu Aruna gadis yang mudah diajak berkomunikasi. Istri Hendra perlu tahu kondisi suaminya saat ini.     

"tunggu apa rumah ini kosong?" selain tidak lagi mengenali satpam yang berjaga di pintu gerbang rumah Lesmana. Surya juga menemukan kejanggalan ketika melihat lampu lampu di dalam rumah mertua Hendra padam, tak seperti biasanya.      

"iya kami satpam baru, dan sejak kami di sini rumah ini sudah tidak berpenghuni" jawab salah satu dari satpam yang berjaga.      

"Lalu kemana satpam sebelumnya?"     

"kita juga tidak tahu"     

"Kemana pemilik rumah ini?"     

"Setahu kami rumah milik keluarga Djayadiningrat, memang tidak ditempati" satpam yang lainnya menimpali pertanyaan Surya.      

_oh ya Tuhan semua asetnya benar-benar dikembalikan_ Surya membatin sambil berpikir gimana menyampaikan hal ini kepada Hendra. Pria itu makin kacau jika tahu keluarga Aruna telah pergi meninggalkan rumah termasuk mobil yang tertangkap oleh mata Surya.      

"Hery, ayo kita kembali"      

"Baik pak"      

_Dea? Apa dia tahu di mana Aruna dan keluarganya?_ pikiran Surya tiba-tiba mengarah pada calon istrinya, gadis itu punya tempat tersendiri di lingkaran kehidupan Aruna.      

***     

"Maaf kami belum menemukan di mana tuan muda?" Andos memberikan laporan kepada tetua Djoyodiningrat.      

"Kau sudah memeriksa penerbangan di bandara?" Sebenarnya sang kakek sangat khawatir jika Hendra memilih pergi dan menjauh.      

"Pradita sedang mencari posisinya, tuan tak perlu khawatir, kami sudah pastikan tidak ada penerbangan atas nama Mahendra. Pradita menemukan salah satu platinum card milik tuan muda di cairkan di sebuah mesih ATM, kami sedang menyusuri lokasi sekitar" Lengkap Andos.     

.     

.     

__________________________     

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/     

Bantu Author mendapatkan Power Stone terbaik ^^     

Gift anda adalah semangat ku untuk kreasi. Beri aku lebih banyak Semangat!     

Silahkan tinggalkan jejak komentar, aku selalu membacanya.     

Review bintang 5,     

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak     

-->     

(^_^) love you All, intip juga novel saya yang lain [IPK : Inilah Perjanjian Kita, Antara Aku Dan Kamu] dan [YBS: You Are Beauty Selaras]. Dengan gaya menulis berbeda dimasing masing novel.     

INFO : Instagram bluehadyan, fansbase CPA (Hendra, Aruna, Damar)     

Nikmati Cuplikan seru, spoiler dan visualisasi CPA     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.