Ciuman Pertama Aruna

Jangan Tertipu



Jangan Tertipu

0"Pradita sedang mencari posisinya, tuan tak perlu khawatir, kami sudah pastikan tidak ada penerbangan atas nama Mahendra. Pradita menemukan salah satu platinum card milik tuan muda di cairkan di sebuah mesih ATM, kami sedang menyusuri lokasi sekitar" Lengkap Andos.     
0

"Apa Pradita tidak melacak handphonenya?" Wiryo mencoba mencari tahu kemungkinan yang lain.      

"Masalahnya handphone tuan muda sengaja dibuat anti sadap dan titik keberadaannya sengaja disembunyikan. Pradita dan timnya sedang mengusahakan, mereka membutuh waktu"      

"lakukan itu dengan cepat aku khawatir dia akan pergi jauh?"     

"Oh ya, bagaimana dengan handphone Hery"      

"Dia pengawal pilihan, jadi anak itu tahu harus bagaimana. Handphonenya sengaja ditinggal"     

"Hebat juga"     

"Em.. apa kalian sudah menemuai Surya?" Tetua Wiryo terlihat berfikir.      

"Tolong cari Surya, aku yakin kemungkinan besar Surya ikut bersama Hendra, jika hal itu tidak terjadi minimal dia bisa membujuk Hendra agar kembali" Wiryo memberikan masukan kepada sekretaris pribadinya.      

"baik" Andos menunduk lalu meninggalkan tetua Djoyodiningrat yang sejujurnya sedang dilanda khawatir.      

***     

"Aruna dan keluarganya sudah meninggalkan rumah mereka, tapi aku masih punya satu cara. Bisa jadi Dea tahu di mana Aruna berada" Ucap Surya  mengamati Hendra yang terlihat lebih segar, sepertinya pria itu baru saja membersihkan dirinya. Dan perlahan berkenan untuk bangkit dari keterpurukannya.     

"Tidak perlu susah payah,  Dea tidak mudah dibujuk. Kita cari saja Aditya, dia pasti tahu di mana ibu dari anaknya" Hendra ingat jelas pertemuan terakhir yang kacau bersama kakak ipar dan calon kakak iparnya, Aliana dan Aditya.      

Surya tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Hendra, tapi lelaki bermata biru tampaknya sangat yakin dengan apa yang dia sampaikan.      

Hari berikutnya Surya baru memahami sesuatu yang kemarin disampaikan Hendra. Ketika Hery menangkap salah satu leader marketing kantor pusat DM group dan memaksanya menyebutkan di mana Aliana. Hendra dibuat terkejut karena ternyata Aliana tinggal di apartemen Aditya.     

"kalian tidak jadi menikah, maksudku belum menikah?"     

Aliana sempat keberatan menjawab pertanyaan Hendra. Wanita itu berdiri dan berharap ingin pergi saja. Namun Aditya memintanya bersabar untuk duduk kembali. Perut perempuan itu mulai kelihatan besar.      

Penampilannya kini bukan lagi perempuan yang dibalut dengan rok span selutut dan blazer bersanding dengan aksesoris serta tas yang elegan khas pekerja kantoran modern yang biasa disuguhkan oleh seorang manajer marketing. Dia lebih mirip ibu rumah tangga yang kabarnya sedang belajar masak.      

"kami tidak bisa melangsungkan pernikahan, karena ayah tidak berkenan menjadi wali dari pernikahan kami. Dan tidak ada yang mau menjadi saksi untuk pernikahan kami" Jawaban Aditya begitu memilukan karena diiringi mata berkaca-kaca perempuan di sampingnya.      

"jadi akhirnya ayah Lesmana bisa marah" Jelas Hendra berikutnya.     

"Aku tidak tahu ayah marah atau muak dengan ku. Dia sama sekali tidak bicara dan menanggapi kata-kata ku. Beliau hanya mengatakan 'terserah apa mau mu', lalu sama sekali tak mau aku ajak bicara" dan kakak perempuan Aruna kembali menangis.      

"sudahlah ini nggak baik buat bayi kita, berhentilah menangis kau sudah menangis berhari-hari" Aditya terlihat sudah terbiasa dengan kesedihan Aliana.      

"mungkin waktu itu ayah terlalu sibuk menyiapkan kepulangan Aruna, berhentilah sayang" sang pria kembali menenangkan perempuannya.      

"Lalu di mana keluargamu sekarang?" Hendra terus berupaya mencari informasi.     

"kalau aku tahu di mana keluargaku tidak mungkin aku tinggal di sini" Aliana menjawab dengan bergetar.      

"Tidak mungkin ini terjadi?!" Hendra terkejut dengan kalimat Aliana.      

"kau benar-benar ditinggal oleh keluarga mu?" Hendra belum bisa menerima kenyataan bahwa mendatangi Aditya dan Aliana tidak ada hasilnya.      

"Kak Anantha bilang, bayi di kandungan ku butuh ayahnya. Maka aku sementara diminta ikut Aditya, tidak tahu sampai kapan. Ayah Lesmana juga tidak menghentikan ku, saat aku akan pergi dia tak ingin berpamitan dengan ku, bunda juga" air mata ibu hamil ini makin deras membasahi pipinya.      

"Aku sempat bertanya pada kak Anantha, Apa salahku? kenapa aku diperlakukan sampai sejauh ini? Anantha hanya bilang supaya aku bisa lebih dewasa seperti Aruna, Adik mengalami banyak kesulitan karena menunggu beban perjanjian pernikahan yang harusnya tanggungjawab ku" Aliana bercerita sambil membasuk peluhnya dengan tisu.      

"Apa kau menyakiti adik ku? Kau balikan sama mantan pacarmu yang artis itu ya? Dasar bule sialan! Seharusnya kamu tak perlu susah-susah mencari Aruna lagi kalau itu yang terjadi?" pertanyaan Aliana yang ini sama sekali tidak terpikirkan oleh Hendra, kegaduhan apa yang sedang terjadi di luar sana. Hendra dulu sangat peduli dengan personal branding nya. Tapi kini semua itu tak ada guna, terserah mau seperti apa cara mereka membangun sudut pandang terhadap dirinya. Yang utama untuk saat ini dia harus menemukan di mana istrinya, Aruna.      

"Tidak! Semua itu salah paham. Kepergian Aruna sudah direncanakan. Tapi sepertinya dipercepat oleh keluargamu karena kasus yang kau sebutkan tadi" Hendra menjawab pertanyaan Aliana sembari menerawang kesimpulan dari pengamatannya terhadap kepulangan Aruna.      

"Aku bahkan tidak tahu, mengapa mereka mengambil Aruna dariku" lelaki bermata biru kelihatan sendu. Tatapan tajam yang biasa disuguhkan hilang seketika.     

"aku sempat mendengar ayah dan Anantha bicara. Anantha ingin segera mengambil Aruna sejak terungkap bahwa kalian berdua juga punya kontrak pernikahan. Ayah masih menghalanginya, katanya menunggu Mahendra sembuh. Aku tidak paham kau sakit apa?" Jelas Aliana.     

"jadi itu tugas Aruna, Hee" Hendra tersenyum menemukan kata kunci berikutnya.      

"Apa kau bisa menghubungi salah satu dari keluargamu?"      

Aliana menggelengkan kepala.      

"Berikan nomor teleponmu!?" pinta Hendra.     

"Mengapa aku harus memberikan nomor?"     

"Karena aku butuh komunikasi denganmu, aku juga akan memberikan nomor handphone ku yang baru. Seandainya sewaktu waktu aku berhasil menghubungi keluarga kita atau kau yang lebih dahulu berhasil, kita bisa saling memberitahu"     

"Aku perlu memberitahu mu, untuk apa?" Aliana masih bingung.     

"Karena kita! huuh dengar Aliana! kita sama-sama melakukan kesalahan kepada keluarga kita. Dan sama-sama tidak diberi kesempatan untuk menjelaskan, untuk itu kita harus bekerja sama, mengerti" Hendra memang pandai melobi.  Akhirnya Aliana turut luluh dan mengangguk.      

.     

Tepat diwaktu Hendra, Surya termasuk Hery berpamitan. Aliana sempat menghentikan Hendra sejenak: "terima kasih sudah mencintai adikku, entah apa kesalahanmu? terlepas kau membuatnya menandatangani kontrak pernikahan, Aku tahu kau begitu tulus padanya"     

"boleh aku bertanya sekali lagi"     

Aliana mengganggu.      

"Apa menurutmu Aruna juga mencintaiku?"     

Pertanyaan itu membuat Aliana terlihat berpikir.      

"Pertanyaan ku sepertinya sulit dijawab ya..?, Okey lebih simpel. Apa dia terlihat memiliki keinginan pergi dariku?" Hendra kembali bertanya, kali ini lebih sederhana.      

"Adikku sangat pandai menyembunyikan perasaannya, aku saja sering tertipu apa lagi kamu. Dulu aku pernah tertarik dengan tasnya, dia bilang tidak apa-apa ku minta. Aruna terlihat santai dan biasa saja. ternyata diam-diam dia menabung lagi untuk membeli tas yang sama seperti yang aku ambil darinya.  aku baru sadar dia menipu ku. Kau tahu umur kita beda 5 tahun, walaupun beda jauh kadang dia terlihat lebih dewasa dari ku"      

Aliana dan Hendra seolah menyajikan pemahamannya masing-masing.      

"Jangan sampai kau tertipu. Oh iya satu lagi, Aruna tidak peduli dengan dirinya. Dia akan memilih berdasarkan kebaikan untuk orang banyak dibanding untuk dirinya sendiri. Seperti rela menggantikan ku menikah dengan mu dibanding menerima pernyataan cinta Damar"     

Deg      

Hendra mengangguk, hatinya sempat berdetak menyadari Aruna juga punya pria dari masa lalu yang Lihai merayunya untuk kembali pulang.     

.     

.     

__________________________     

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/     

Bantu Author mendapatkan Power Stone terbaik ^^     

Gift anda adalah semangat ku untuk kreasi. Beri aku lebih banyak Semangat!     

Silahkan tinggalkan jejak komentar, aku selalu membacanya.     

Review bintang 5,     

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak     

-->     

(^_^) love you All, intip juga novel saya yang lain [IPK : Inilah Perjanjian Kita, Antara Aku Dan Kamu] dan [YBS: You Are Beauty Selaras]. Dengan gaya menulis berbeda dimasing masing novel.     

INFO : Instagram bluehadyan, fansbase CPA (Hendra, Aruna, Damar)     

Nikmati Cuplikan seru, spoiler dan visualisasi CPA     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.