Ciuman Pertama Aruna

Tentara Kamikaze



Tentara Kamikaze

0"Surya tidak terlihat di rumahnya, mobilnya juga tertangkap dijalanan tepat di hari mas Hendra melarikan diri. Tapi kami kesulitan membujuk ibunya untuk bicara jujur, perempuan itu konsisten mengatakan Surya sedang liburan"      
0

"Bagaimana dengan handphone Hendra sudah bisa dilacak?"      

"Handphone mas Hendra dijual secara online, kami sudah menemukannya" Andos menyerahkan handphone tuan muda pada tetua Wiryo.      

"Berdasarkan keterangan pembeli, transaksi COD mereka dilakukan oleh seseorang dengan ciri ciri mirip Hery. Mereka sengaja menjualnya untuk mengecoh kita"       

"Artinya kalian membuntuti orang lain yang tak tahu apa-apa?" pertanyaan Wiryo dibalas dengan anggukan dan rasa malu Andos.       

"Hah' Hendra selalu cerdas seperti biasanya"       

"Jangan salah tuan tim kita sudah menemukan titik terang, kami baru mengungkap bahwa salah satu karyawan pusat DM group adalah kekasih kakak perempuan Aruna. Hari ini Raka mendatangi apartemennya. kakak perempuan nona tinggal di sana. Dia memang tidak mengaku Hendra datang menemuinya, tapi CCTV apartemen menangkap kedatangan Hendra, Hery dan Surya"      

"Jadi Hendra masih di Jakarta?"       

"Ya tuan, dan sepertinya mas Hendra mencari tahu di mana keberadaan nona Aruna. Satpam rumah yang sebelumnya ditinggali keluarga Lesmana juga mengatakan kalau mereka di datangi dua orang yang menanyakan di mana keluarga itu pindah"      

"Dia masih bersikukuh mencari tahu di mana istrinya.. tetap saja keras kepala"       

"Andai saja saya menjadi mas Hendra, saya juga akan melakukan hal yang sama"      

"heee" Wiryo tersenyum menatap Andos. Pria ini dulunya juga mengalami hal memilukan, dia kehilangan anak dan istrinya karena penculikan misterius. Setelah berhasil mengungkap sebuah kasus yang menyeret banyak pejabat kala dia masih bertugas sebagai intelijen. Bukannya mendapat penghargaan atas keberhasilannya, secara mengejutkan kasus itu sengaja ditutup begitu saja setelah begitu bukti yang dikumpulkan dengan susah payah, sesuatu yang melatarbelakangi Andos memilih untuk mengundurkan diri dari pengabdiannya.       

"Sangat menyakitkan dipisahkan secara tiba-tiba dengan orang yang kita cintai, apalagi istri kita sendiri. Kali ini saya tidak setuju dengan anda, mohon maaf tuan"      

"Aku pun tidak menginginkan ini Andos, tapi aku tidak punya pilihan lain. Aruna tidak bisa bertahan lebih lama lagi, seandainya anak itu harus terkurung di tempat ini kau tahu dia mengalami kesulitan. Selain itu Lesmana sudah banyak berjasa padaku. Untuk pertama kalinya dia marah dan berkata kasar pada ku menginginkan putrinya pulang. Apa yang bisa aku lakukan untuk menebus kebaikan mereka karena berkenan membantu penyembuhan Hendra"       

"Kenapa kita tidak mencoba melawan Tarantula tetua? Andaikan saja anda berkenan melawannya aku yakin Nona Aruna tak perlu meninggalkan tuan muda"      

"Jika aku memutuskan melawan Tarantula, berarti aku menghancurkan adikku sendiri"       

"Benar dan itu pilihan yang berat, tetapi lihatlah cara anda bertahan perlahan menghancurkan anggota keluarganya anda sendiri!"      

"Kalau mas Hendra ikut hancur seperti mommy nya aku yakin Djoyodiningrat tidak butuh waktu lama untuk berakhir" andos menatap lekat Wiryo, lelaki dengan wajah sangar itu kali ini lebih berani mengutarakan pendapatnya.       

"separah apa kondisi DM group ditinggal CEOnya?"      

"bulan ini tutup buku tidak berjalan lancar, laporan keuangan belum usai. Beberapa kontrak dan kerjasama terbengkalai. Itu belum apa-apa dibanding berhentinya pembangunan Dream city. Dan Pradita sudah angkat tangan mengenai foto Tania dan Hendra di Bali, rumor dan spekulasi mengembang begitu cepat, sebab sebelumnya rumor yang sama belum hilang dari ingatan publik"      

Sebenarnya masih ada dampak buruk lain yang tidak disebutkan Andos, viralnya Tania dan Hendra yang sedang mabuk bersama menyulut gerakan ibu-ibu anti produk buatan anak perusahaan DM grup, caci maki di kolom komentar official Mahendra tak layak untuk dibaca. Omset anak perusahaan itu perlahan jatuh dan harga sahamnya jauh dari kata stabil.      

"Hee.. sehebat itu pengaruh cucuku ternyata" Wiryo malah tersenyum.      

"Apa Vian dan Thomas tidak bisa menggantikannya untuk sementara" tetua memberi saran.     

"atau mungkin kamu yang menggantikannya sementara"      

"itu bukan keahlian saya Tuan, dan jangan sampai kita melanggar aturan lantai D. Vian dan Thomas tidak diperkenankan untuk terlihat"      

"Menurut mu apakah sudah saatnya kita memutuskan untuk melawan Tarantula"      

"Iya, anda tahu kekuatan kita lebih dari cukup. Pilihannya hanya dua melawan adik anda sendiri atau kehilangan cucu anda"      

"Temukan Hendra secepatnya! Setelah itu baru kita putuskan"      

***      

"Ach"      

"Hai Aruna kamu melamun lagi ya..?" Bunda terlihat mengerutkan keningnya. Gadis itu terkena pisau ketika memotong wortel.       

"Hehe maaf Bun.."      

"sudah sana istirahat saja"       

"nggak apa apa kok bun.. aku bantuin bunda ya.."      

"bunda tidak suka melihat lukamu, bersihkan dulu darahnya!"      

"Okey.."      

Aruna mencoba mencari kotak obat di rumah baru mereka, rumah ini jauh lebih kecil dari rumah yang konon diberikan keluarga Djayadiningrat. Rumah yang ditinggali keluarga Lesmana sejak Aruna belum lahir.     

Sedangkan rumah baru ini adalah rumah yang dibangun oleh kak Anantha, kakak yang gigih. Dia  benar-benar serius ketika dulu dirinya mengatakan akan menjadi tentara Kamikaze untuk adiknya.       

Dia sudah menyiapkan banyak hal dan menunggu datangnya hari ini. Hari dimana keluarga Lesmana bisa mengambil kembali putri bungsunya. Kini ekonomi keluarga juga berada di pundak tentara Kamikaze, Anantha.     

Mereka keluar dari rumah lama dengan hanya membawa perlengkapan pribadi, tidak lebih. Termasuk para asisten rumah tangga dan satpam tinggal mbak Linda dan pak Tejo. Selebihnya di pulangkan ke kampung halamannya masing-masing.       

Maka dari itu Aruna tidak bisa membiarkan ibunya masak sendiri. Mbak Linda terlalu sibuk bersih-bersih dan mencuci pakaian. Hari ini pun Aruna ikut bersih-bersih.       

Sedangkan ayah Lesmana yang biasanya sibuk dengan pekerjaan kantor sebagai direktur DM Delivery, binggung harus melakukan apa. Dia tidak terbiasa berdiam diri di dalam rumah.       

Seandainya Aruna tidak pulang, gadis ini tidak bisa membayangkan bagaimana kekecewaan keluarganya yang sudah melangkah sejauh ini. Melepas semua yang mereka miliki, status, jabatan hidup nyaman ditanggalkan tak bersisa. Gadis ini tidak akan tega melihat mereka yang sudah berkorban untuk kepulangan dirinya.       

"Aruna.."       

"Hemm... Apa yah.."      

"sini sini biar ayah bantu"      

"Ah cuma gini doang Aruna bisa melakukannya sendiri"      

"sini ayo lah.. dari pada ayah tidak ngapa-ngapain"       

"hee.. ada ada aja ayah.."       

Laksmana membantu putrinya membalut luka di ujung jari. Keduanya tersenyum karena melakukan hal ringan yang dulu terlihat sangat mahal karena kesibukan masing-masing.       

"ayah.. ayah masih marah sama kak Aliana"      

"siapa bilang ayah marah sama kak Aliana"      

"aku tahu kalian hamil, dan sekarang kak Alia tidak ada di sini! itu artinya ayah memarahinya"      

"Sudah biarkan dulu.. biar dia dewasa.."      

"Ayolah yah..  kakak pasti sangat sedih.. Aku yakin dia menangis setiap hari"      

 Lesmana terlihat tidak berkenan diajak bicara tentang Aliana      

"tolong pikirkan ulang yah.. kumpul bersama-sama. Atau terus-terusan marah, enakan mana?"      

"Huuh kau selalu pandai merayu ayahmu.."      

"Hehe.." gadis itu tersenyum mendengar ungkapan terakhir ayah Lesmana. Dia tahu pria itu mulai luluh.       

"Tapi ada syaratnya"      

"Apa?"       

"Kosongkan pikiran mu.. jangan terus-terusan melamun. Sudah berapa piring yang kau pecahkan? Hari ini jari mu besok apalagi?" Ayah Lesmana mengingatkan si bungsu yang terlihat linglung sejak kembali pulang.       

"boleh aku main ke outlet Surat Ajaib ayah?"      

"Tanya kak Anantha dulu"      

"kalau izinkan kak anantha pasti nggak boleh.."      

"Aku tahu putriku ingin cepat-cepat bertemu teman teman kuliahnya dan main seperti dulu.. tapi.." Ungkapan Lesmana untuk pertama kalinya di penggal oleh si bungsu.     

"Kalau ternyata, tetap ada kata tapi.. apa bedanya dengan hidup bersama Hendra. Akhirnya sama saja.."      

_sama sama di kurung_     

Si bungsu pergi menyusup ke kamar, menutup pintunya perlahan dan duduk termenung didekat jendela, cukup lama dia berdiam diri seperti itu. Entah apa yang mengganggu dan memenuhi isi kepalanya.       

.     

.     

__________________________     

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/     

Bantu Author mendapatkan Power Stone terbaik ^^     

Gift anda adalah semangat ku untuk kreasi. Beri aku lebih banyak Semangat!     

Silahkan tinggalkan jejak komentar, aku selalu membacanya.     

Review bintang 5,     

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak     

-->     

(^_^) love you All, intip juga novel saya yang lain [IPK : Inilah Perjanjian Kita, Antara Aku Dan Kamu] dan [YBS: You Are Beauty Selaras]. Dengan gaya menulis berbeda dimasing masing novel.     

INFO : Instagram bluehadyan, fansbase CPA (Hendra, Aruna, Damar)     

Nikmati Cuplikan seru, spoiler dan visualisasi CPA     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.