Ciuman Pertama Aruna

II-16. Boleh



II-16. Boleh

0"mengapa anda tidak menemui istri anda dalam keadaan seperti ini Tuan, Aku yakin dia butuh seseorang untuk mendukungnya?" Hery melirik cermin di atas kepalanya, mendapati tuannya masih setia meraba berkas-berkas milik istrinya.      
0

"Waktuku bukan sekarang. Sejujurnya aku takut tidak pandai menghibur perempuan yang sedang bersedih. Terlebih aku lah orang yang mendatangkan kesedihan itu aku tidak punya muka untuk hadir di hadapannya" Hendra tertangkap menyedihkan di mata ajudannya.      

***     

"Ah sial' mengapa di tempat ini selalu ada fans barbarku" celetuk Damar bukan lagi mengelus rambut, dia menekan perlahan kepala Aruna agar tidak mendongak.      

Damar mendekati telinga Aruna dan membisikkan sebuah intruksi lirih : "teruslah menunduk"     

"kenapa?"      

"Ada yang sedang memotret kita, takutnya mereka jadikan bahan gosip murahan" Damar lekas berdiri seolah dia ingin mengambil sesuatu. Gadis penurut itu membenamkan kepalanya lekat-lekat di atas meja. Masih tersembunyi di antara kedua lengan.      

"Damar Kau mau ke mana?" Aruna berbisik karena dia khawatir ditinggal, dia perlu tahu Danu Umar akan pergi ke mana. Karena matanya tidak mungkin bisa menangkap gerak-gerik pemuda itu.     

"Aku akan mengambil jaket di motor ku, pastikan kamu terus menunduk" pemuda yang sudah berdiri tegak kembali merunduk dan berbisik pada rambut kucir kuda.      

Ketika langkahnya sudah mulai meninggalkan Aruna, tiba-tiba pria itu dihadang oleh sekumpulan gadis muda. Terlihat jelas mereka adalah anak-anak SMA dari baju yang mereka kenakan.      

"Kamu Danu Umar kan..?" salah satu dari mereka menodongkan pertanyaan.     

"Aaah senengnya bisa lihat langsung" dan yang satunya girang sendiri. Yang lain buru-buru mengeluarkan sebuah buku dari dalam tas.     

"Bolehkan, kami minta foto?" satu dari Lima cewek yang bergerombol menutupi jalan Damar, memperlihatkan handphonenya berharap bisa memotret Damar.      

Damar ingin sekali mengabaikan mereka, mencari celah untuk berjalan tapi lima belia itu malah  kian mendesak.      

"tadi kamu  kan yang ambil fotoku diam diam?" Damar mengambil handphone gadis yang baru saja memuat permintaan foto.      

Melihat gerakan dari pria yang mereka idolakan serta-merta kelimanya tertegun.      

"Apa passwordnya?" Damar menanyakan key pada layar handphone gadis belia yang matanya terbelalak melihat dirinya.      

"em.. tanggal di mana album mu pertama kali rilis. Aku fans beratnya mu?" Si belia bicara dengan nada bergetar.      

"Ah' aku tidak ingat kapan itu.." celetuk pemilik album itu sendiri. Dan ucapan bergetar berikutnya terdengar bersamaan dengan jawaban yang di inginkan sang idola.      

Damar segera memburu foto dirinya yang tertangkap diam-diam. Lalu menghapusnya serentak: "jangan diulangi lagi, aku benar-benar tidak nyaman"      

Ketika penulis novel indie mengembalikan handphone pada penggemarnya. Ada jawaban yang terkesan penuh harap : "em.. kami minta maaf.. kami begitu merindukanmu.. setelah kamu keluar dari manajemen artis, kamu jarang sekali tampil"      

Damar mendengarkan keluhan salah satu belia, sambil aktif menarik novel yang dipegang beberapa di antara mereka lalu membuat coretan di sana.      

"Tenanglah, mungkin Aku akan bikin channel YouTube, ikuti saja lagu baruku di sana. Dan salah satu trilogi novelku juga akan terbit" dari balik caranya bicara ada gerakan gesit meminta hal lain yang harus dia lakukan agar gadis-gadis ini cepat pergi dan tidak bergerombol di hadapannya.      

Salah satu dari mereka segera menyerahkan handphone: "oh kalian ingin foto? Langsung bersama-sama saja ya?" Spontan satu di antaranya maju lebih depan dan mengambil capture selfie berenam.      

"Kak Damar, cewek itu pacarmu?" ketika Damar berniat akan pergi, salah satu dari mereka masih saja melempar pertanyaan yang menggelitik telinga.      

"Kalau pun Aku bilang tidak, kalian akan tetap berspekulasi sesuka Hati" ada semburat wajah tidak nyaman dari penulis indie yang mereka gilai.      

_Ah Aruna?!_ si kucir kuda masih menyembunyikan wajahnya. Damar harus cepat-cepat kasihan dia yang terus mempertahankan posisinya. Bersembunyi dibalik dua lengan dan bertumpu di atas meja.     

"Jadi aku boleh pergi sekarang" pernyataan dengan nada datar segera disambut gerakan membuka jalan oleh kelima gadis belia.      

Belum sempat mendekat pada motor yang di atasnya tersampir jaket hoodie miliknya. Beberapa orang kembali mendekat pada Damar.     

"Wah kamu beneran Danu Umar ya..? Anakku fans banget sama kamu boleh aku minta foto?"     

_Aduh.. sial! kesalahan!_ kesalahan besar menuruti permintaan gadis-gadis belia yang tadi menghentikan langkah kakinya. Kini orang lain menjadi penasaran dan membuatnya terhenti kian lama.      

Pemuda ini hanya bisa nyengir. Tersenyum ketika satu persatu meminta berfoto selfie dengannya.      

_Kasian Aruna_      

Pemuda Padang curi-curi gerakan mengirim pesan pada Aruna. Supaya lekas dibaca, dia mencoba membuat panggilan via WhatsApp.      

*Aruna, mumpung yang lain teralihkan gunakan helm di dekatmu dan segera pergi.     

*Damar aku belum bayar makananku      

*Oke gampang     

Ekor mata laki-laki itu menangkap gadis mengendap-endap lalu berjalan cepat menghilang bersama motor-nya.      

***      

"Tuan anda mencari saya?" Hery sudah tiga kali masuk ruang kerja Mahendra. Sudah pukul sembilan malam, calon direktur utama DM grup masih berada di meja kerjanya bersama tumpukan berkas yang seolah-olah akan menenggelamkan dirinya.      

"belum sekarang nanti aku panggil lagi" ucapan Hendra disambut hery menyuguhkan langkah gesit kembali ke luar ruangan. Ucapan atasannya masih sama seperti yang tadi. Bedanya tadi dia bumbui dengan intruksi '15 menit lagi silakan masuk ruanganku'. Dan kini Instruksi itu dihilangkan.     

"Tidak perlu menemuiku sebelum aku panggil" sebelumnya laki-laki ini begitu percaya diri dengan menambahkan menit kemungkinan dia membutuhkan ajudannya lagi. Sayangnya sekarang yang terdengar ungkapan pesimis Dengan mengatakan 'tidak perlu datang kecuali dipanggil'.      

Laki-laki bermata biru sedang menunggu sesuatu yang tampaknya sangat penting.      

"Yes' Akhirnya!" laung suaranya menggema menunjukkan rasa bahagia. Dia terlihat begitu antusias membuka handphone. Balasan pesan singkat yang dia kirim lebih dari 10 kali akhirnya di balas juga oleh istrinya.      

Hanya berupa tulisan 'boleh' sudah membuat pria yang mengirimkan pertanyaan sama terulang ini begitu meledak senang      

*Aruna aku mau telepon?      

*Aku ingin dengar suaramu?     

*Ayo lah angkat telepon ku?     

*Kamu lagi apa? Kenapa panggilan ku kamu abaikan?     

*Aku bisa gila kalau kamu cuekin, angkat telepon ku!     

*aku menunggumu, kabari kalau sudah tidak sibuk?     

*Sebenarnya yang CEO itu kamu atau aku sih! Kelihatannya malah kamu yang sibuk!      

*aku juga sangat sibuk.. telepon aku sekarang atau kamu akan menyesal!     

*I Miss you honey.. help me please!      

*Sayang..      

*Emoticon lesu     

*Boleh aku telepon sayang?     

Dan pesan paling terakhir yang dibalas oleh Putri Lesmana.      

Dengan satu kata: Boleh     

.     

.     

__________________________     

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/     

Bantu Author mendapatkan Power Stone terbaik ^^     

Gift anda adalah semangat ku untuk berkreasi. Beri aku lebih banyak Semangat!     

Silahkan tinggalkan jejak komentar, aku selalu membacanya.     

Review bintang 5, berupa kalimat lebih aku sukai     

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak     

-->     

(^_^) love you All, intip juga novel saya yang lain [IPK : Inilah Perjanjian Kita, Antara Aku Dan Kamu] dan [YBS: You Are Beauty Selaras]. Dengan gaya menulis berbeda dimasing masing novel.     

INFO : Instagram bluehadyan, fansbase CPA (Hendra, Aruna, Damar)     

Nikmati Cuplikan seru, spoiler dan visualisasi CPA     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.