Ciuman Pertama Aruna

ll-20. Berjinjit Sempurna



ll-20. Berjinjit Sempurna

0Sepertinya hanya Gibran yang tidak tahu salah satu anggotanya terjebak perasaan dalam misi penyamaran: "jangan gunakan namaku, Aku tidak mau terlibat dengan rencana gilamu itu"     
0

"Gibran.. kali ini bukan rencana gila, kali ini hati laki-laki yang sedang tertambat cinta hahaha" Heru Atmojodjo yang mendapatkan cerita lebih lengkap daripada yang lain, sedang menertawakan Rey.      

"Aku ingin menikah dengan perempuan baik-baik, jangan menertawakanku. Hanya aku di sini yang bisa menentukan nasibku" kemudian yang lain membeku mendengar ucapan Rey. Dari kelima laki-laki (Gibran, Heru, Nakula, Rey dan Oliver) yang hadir pada pertemuan terbatas ini dapat dipastikan hanya Rey yang bisa menentukan perempuan mana yang ingin dinikahinya.      

Yang lain, sudah disiapkan oleh keluarga masing-masing. Kebanyakan dari mereka lebih suka bermain-main dengan perempuan. Mereka tahu tidak punya pilihan, Jadi mereka membuat hidup semakin mudah dengan cara mereka sendiri.      

"Aku akan mengaku kalau aku sudah mendapatkan hatinya" celetuk Rey.      

"Kau tetap aneh karena menginginkan bekas orang" Tiara meledek Rey.     

"dia belum tersentuh, Anantha sendirian memberitahuku. Aku bahkan tidak yakin, tapi ternyata mereka punya kesepakatan yang mengakibatkan Gadis itu dilarang disentuh dan gadis penurut mengikuti kehendak ayahnya sebelum akhirnya keluarga itu mengambil putrinya" Rey sedang membanggakan perempuan yang ingin dia jadikan tarkett sebagai kekasih. Sejauh ini Rey memang kelihatan sangat baik di mata Anantha laki-laki yang beberapa bulan belakangan begitu dekat dengan kakak laki-laki Aruna dan turut serta menjadi penanam modal. Dia sudah berhasil mengambil hati Anantha     

"Sepertinya kau sangat terobsesi dengan gadis itu" Oliver meletakkan gelas dengan kasar turut penasaran.      

"Seperti yang kalian bilang, bisa jadi aku dipengaruhi oleh Anantha. Dia selalu merekomendasikan adiknya, mungkin karena rekan kerjaku itu takut status janda Djayadiningrat yang disandang adiknya mengakibatkan Aruna kesulitan menikah lagi"  Rey kembali menguatkan maksudnya.      

"jadi namanya Aruna? Wow.. sepertinya Dia anak yang manis sampai Rey Barga terkesan padanya" Nakula terlihat antusias mendengarkan cerita Rey.     

"aku sudah tidak tahan di sini, ayo kita bahas sesuatu yang penting. atau kita pindah tempat " tiba-tiba Gibran merasa sangat pusing dia berdiri dan meninggalkan yang lain.      

"hai Gibran, aku memilihkan tempat ini agar ada suasana baru untukmu" Heru mengikuti Gibran, dan yang lainnya ikut berdiri membuntuti laki laki dari keluarga yang dijadikan pemimpin mereka.      

***     

Pria yang baru bangun tidur, terlihat khawatir tidak menemukan tubuh istrinya: "Di mana Aruna?"      

Hendra membuka lebar matanya, bola mata berwarna biru itu menyusuri seluruh sudut ruangan seiring dengan caranya bangkit dari tidur. Dia harus pergi dari tempat ini sebelum fajar menyapa.      

Pria ini berdiri mengamati benda-benda kecil yang berjajar di meja belajar istrinya. Terlihat Senyum mengembang bersama pengamatannya, Hendra tampak terkesan dengan hal-hal unik yang disajikan oleh karya tangan gadis mungilnya.      

Pengamatan itu berhenti sejenak setelah dia melihat dompet milik Aruna. Memeganginya dan membuka sejenak, lalu mengambil dompetnya sendiri yang ada di saku belakang celana dan menyelipkan benda segi empat yang sempat menjadi milik istrinya.      

"Sudah bangun?" Gadis itu baru muncul dari pintu, Dan Hendra buru-buru meletakkan benda yang tadi dia pegang.      

"Hem... Harum sekali" dia membuat pujian pada perempuan yang menyajikan minuman hangat dan sepotong bread untuknya. Sebenarnya pujian itu bukan tentang aroma hidangan pagi hari, tapi seputar tubuh yang baru mandi.      

"Pagi sekali kau mandi" Hendra mengambil bread yang diletakkan Aruna pada nakas. Menggigitnya beberapa kali hingga habis sambil terus menatap lekat perempuan yang sedang membuka almari bajunya memilih pakaian yang mungkin akan dia kenakan untuk pergi ke kampus.      

"aku perlu berangkat pukul 6, kau tahu sendiri kampus ku sangat jauh dari rumah ini" jawaban Aruna sempat didengar oleh lawan bicaranya, tapi pria yang sedang diajak bicara sejujurnya lebih fokus pada gerakan Gadis dengan kucir rambut berserakan yang mulai menemukan baju yang akan dia kenakan.     

"mengapa kau tidak mencari apartemen, atau rumah sementara di sekitar kampus mu" Hendra tahu outlet surat ajaib juga tak jauh letaknya dari kampus.      

"inginku seperti itu, tapi Ayah belum mengizinkan" Aruna mencoba membuka pintu almari lebar-lebar, Gadis itu bersembunyi di balik pintu almari. Sepertinya akan berganti pakaian.      

"Kalau sudah mendapatkan izin, beritahu aku. akan ku siapkan tempat tinggal untukmu" perempuan yang di ajak bicara Hendra tidak menyadari laki-laki ini bergerak mendekati dirinya.      

"Maksudmu kamu yang akan menyiapkan hunian untuk.. Ah'" belum usai dia bicara perempuan ini terkejut. Laki-laki bermata biru sudah berdiri di sampingnya memegangi pintu almari tempat dirinya bersembunyi.     

"Handra..  pergilah aku malu.." Aruna sedikit lega karena dirinya sudah memakai celana panjang. Dan menyembunyikan dadanya yang hanya terbungkus dua buah lingkaran.     

"Aku masih suamimu.. kemarilah.. aku ingin melihatnya.." Hendra merebut  Hem  yang akan dikenakan Aruna, sesudahnya cekatan menutup seluruh pintu almari dan menarik tubuh gadis itu menghadap cermin.      

"You are beauty..." dia mendesah berbisik di telinga kanan Aruna. Gadis itu menyungkur menutup dadanya. Hendra menurunkan tangan istrinya yang mencoba menutup diri: "aku sudah pernah menikmatinya, tak perlu kau malu"      

Pria di belakang punggung Aruna membuat gerakan melingkar  menggunakan jarinya di atas salah satu dada yang tertutupi lingkaran penyangganya.      

Lalu tangan itu naik ke atas menyusuri tali penyangga dan berakhir dengan isapan kecil di pundak Aruna. Gadis ini dibuat merinding oleh perilaku CEO DM group.     

"jangan gunakan jenis lotion dan sabun mandi ini, kecuali saat bersamaku?" Pria di belakang punggung menangkap mata Aruna di cermin. Seolah sedang meminta jawaban 'iya'     

Aruna yang ditatap lengkap penuh ancaman hanya bisa mengangguk perlahan.      

"suatu saat aku ingin ada bayiku di dalam sini" tangan besar itu menyentuh perut Aruna, mengusap beberapa kali.      

Ada alis yang mengerut dari wajah perempuan ketika mendengarkan ucapan Hendra.      

"Saat kamu sudah siap" dia menggerak-gerakan jarinya di atas perut perempuan kurus dan mungil.      

"jangan khawatir bukan sekarang" pria yang mendominasi percakapan menangkap setiap gerak-gerik perempuan di depannya yang berupaya meringkus diri, Hendra tahu perempuan ini selalu gugup dan malu ketika pembicaraan mereka mengarah pada sesuatu yang terdengar dewasa.     

Memahami sang perempuan mulai tidak nyaman, pria itu membuka lebar hem yang dia pegang. Meminta gadisnya menyusupkan tangan pada salah satu lengan hem. Begitu juga gerakan tangan di sisi lain.     

"Makanlah yang banyak, sekarang tubuhmu makin kurus" bahkan pria ini yang mengancing satu persatu buah baju Aruna.      

"Baiklah aku harus pulang sekarang, sebelum matahari bersinar lebih terang" Hendra berjalan meraih minuman hangat yang  mulai mendingin. Dia teguk semuanya, lalu mendekati jendela pada salah satu sisi kamar Aruna.      

"Hen tunggu.."      

Laki-laki ini sudah mendekati jendela yang semalam Dia rusak. Tapi, ucapan perempuannya menghentikan langkah kaki sang pria.      

"Iya.." ungkapan iya dan membalik tubuh mendapatkan dekapan dari perempuan yang berlari padanya. Sekejap berikutnya Aruna berjinjit sempurna meraih leher pria dalam pelukannya.      

Dan Hendra menyambut gerakan perempuan yang ingin mendapatkan bibirnya. Mereka melumat satu sama lain sebelum laki-laki ini keluar dari jendela lalu berdiri di tepian balkon. Menginjakkan kakinya pada pagar tralis besi yang membatasi balkon. Sambil menangkap kayu penyangga atap. Pria ini tampak tersenyum pada perempuan yang melongo di balik jendela.      

Otot-otot lelaki bermata biru sempat muncul ke permukaan kulitnya, seiring caranya mengangkat tubuh hanya dengan dua tangan yang berpegangan pada penyangga atap. kemudian salah satu kakinya dinaikkan dan dia benar-benar menghilang di atap rumah keluarga Lesmana.      

.     

.     

__________________________     

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/     

Bantu Author mendapatkan Power Stone terbaik ^^     

Gift anda adalah semangat ku untuk berkreasi. Beri aku lebih banyak Semangat!     

Silahkan tinggalkan jejak komentar, aku selalu membacanya.     

Review bintang 5, berupa kalimat lebih aku sukai     

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak     

-->     

(^_^) love you All, intip juga novel saya yang lain [IPK : Inilah Perjanjian Kita, Antara Aku Dan Kamu] dan [YBS: You Are Beauty Selaras]. Dengan gaya menulis berbeda dimasing masing novel.     

INFO : Instagram bluehadyan, fansbase CPA (Hendra, Aruna, Damar)     

Nikmati Cuplikan seru, spoiler dan visualisasi CPA     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.