Ciuman Pertama Aruna

II-23. Stop Aruna!



II-23. Stop Aruna!

0"Hallo, Honey"     
0

"Hai, Hendra"     

"Handphone ku ada di kamu sayang?"     

"Ya aku bawa"     

"Baiklah.. tunggu orangku akan datang menemuimu"     

"Sebenarnya aku sedang berada di perjalanan menuju.." Hendra yang menggunakan telepon kantor untuk menghubungi Aruna sedikit terganggu dengan ketukan di pintu ruang kerjanya.      

"Ya masuk" suara itu sempat terdengar pada panggilan seluler yang terjadi antara Hendra dan Aruna. Mia, Perempuan yang biasanya mengatur tamu-tamu Mahendra menyusup ke dalam mendekati Hendra.      

"Anda kedatangan tamu yang menurutnya anda punya janji dengan dia pak, tapi saya tidak punya daftar pertemuan anda dengan nona ini. Emm... Maksud saya nona Tania" mendengar ucapan Mia, Hendra buru-buru fokus kembali pada panggilan yang dia tunjukan untuk Aruna.     

"sayang, nanti aku telepon lagi. Oke"     

"Hendra Sebenarnya aku sedang.."     

"nanti aku hubungi kamu lagi, i love you" Pria ini menutup panggilan dengan istrinya. Sesaat Berikutnya perempuan yang di sebutkan oleh Mia masuk ke dalam ruang kerja.      

"Hai Tania, What do you think?" Lelaki Bermata Biru berjalan meninggalkan meja kerjanya mendekati perempuan yang kabarnya punya janji dengan dirinya.      

"yach.. sesuai perintah, aku menemuimu" Tania tersenyum manis padanya, perempuan ini berpakaian modis di balut brand ternama. Dia berjalan dan duduk di sofa tengah ruang kerja Hendra yang menghadap jendela kaca membentang menyajikan kesibukan kota metropolitan dari sudut atas.      

Mahendra mengerutkan keningnya mendengar ucapan perempuan ini: "You know, this is the ninth"      

"and ten, jika kedatanganmu di Bali aku hitung" pria ini mendekat dan duduk di samping Tania. Mengamati mata dan gerak-gerik perempuan di depannya.      

***     

"Hai Aruna selamat.. kau memang berhak mendapatkan rekognisi, ada yang mengajukan recognize untukmu dan pihak kampus menyetujuinya" ucapan selamat dari salah satu staf akademik yang ditemui Aruna. Gadis ini sempat tidak yakin namanya muncul pada siakad, semacam pengumuman Online untuk para mahasiswa dan dirinya menjadi salah satu peserta ujian akhir semester.     

"Siapa yang mengajukan rekognisi untukku?" Gadis ini dibuat bingung dengan pernyataan staf akademik.      

"Kau tidak tahu namamu akhir-akhir ini sangat hangat dibicarakan seluruh gedung rektorat ini?" ucapan staf akademik ini hanya dijawab dengan gelengan kepala.      

"kau punya suami yang keren" suara itu mendesah menyusup di dekat telinga gadis dengan gaya kasual. Sangat tidak cocok dengan cara staf akademik yang seolah-olah mencoba membuat suaranya terdengar seksi seperti pembawaan suami Aruna yang sempat ia lihat beberapa hari sebelumnya, dingin tampan dan dominan tersuguh menjadi satu.     

Bermodal ucapan terakhir staf akademik kampus, perempuan itu keluar dari gedung rektorat sambil menyuguhkan Senyum manisnya. Pikirannya mulai tertuju pada pria yang sempat merusak pintu jendela kamarnya.      

Ayah demikian takut menemukan kerusakan pada pintu jendela yang jelas terlihat bekas cabutan seseorang. Bersama riuhnya berita maling yang berkeliaran di atap rumah tetangga Aruna: "dasar, mata biru" lirih gadis ini tertawa manis.      

.     

.     

"Em.. hai.."      

"Oh. Yech.. anda nona Aruna?" seorang perempuan di depan lorong ruang kerja Mahendra terlihat gugup mendapati istri CEO DM group berdiri di hadapannya.      

Teta berjalan membisikan sesuatu kepada Mia, perempuan yang meja kerjanya lebih dekat dengan ruang Hendra. dua orang ini memang memiliki jobdesk hampir sama, mempersiapkan, menyambut dan mengatur pertemuan semua tamu yang datang mengunjungi Mahendra.      

Mereka beberapa kali bertemu Aruna tapi tidak dengan style berbusananya yang ini. Sempat membingungkan, kedua perempuan yang terlihat profesional termasuk gaya berbusana mereka tertangkap berdiskusi lirih.      

"Anda ingin berjumpa dengan CEO?"      

"Yea.. aku dari kampus, dan dia meninggalkan handphone-nya tadi pagi, lalu Aku ingin berjumpa dengannya" Aruna melihat dua perempuan di hadapannya saling melirik satu sama lain.      

"Em.. maaf.. aku memang tidak membuat janji" gadis ini tahu ada raut wajah khawatir.     

"oh tidak ada, hal itu tidak masalah untuk anda" Teta menyambut dengan jawaban menenangkan namun ekspresi bingung masih belum hilang dari caranya bicara.      

"Baiklah, silahkan anda tunggu sebentar nona aku akan sampaikan kedatangan anda pada CEO, pada suami Anda maksud saya" Mia tampak tenang dan profesional, dia berdiri lalu beberapa kali mengetuk pintu di ruang kerja Mahendra. Tertangkap dari tempat Aruna duduk, Mia masuk ke dalam dan sempat menangkap bola mata Aruna.     

.     

"Pak!"      

"Ya.. sampaikan saja" perintah Hendra kepada Mia. Pria ini masih mengamati dan berbincang dengan Tania. Mereka duduk cukup dekat, mungkin itu cara Hendra agar bisa mendalami perilaku Tania yang membingungkan akhir-akhir ini.      

"istri anda di depan" ketika ucapan itu diluncurkan secara profesional oleh Mia, ada gerakan bibir bawah laki laki yang digigit sendiri.     

"Oh, my God" desahan itu meluncur dari bibir Mahendra. Dia berdiri lalu menggerakkan tangannya meminta Tania turut berdiri. Mengamati seluruh ruangan, menyadari dirinya bukan tipe orang yang menyukai banyak benda jadi tempat ini bersih, sangat rapi serta tidak ada space untuk bersembunyi kecuali: "merunduk lah di situ dan jangan keluar sebelum aku panggil namamu, oke! Mengerti!"      

Tania merunduk di bawah meja kerja Mahendra. Tania, Entah mengapa? Tertangkap memiliki karakter yang sangat berubah dari dia hadir di Bali hingga hari ini. Hendra sedang berusaha mencari tahu apa yang terjadi di pada teman perempuannya yang sempat hilang lama dan muncul tiba tiba.      

"Okey, biarkan istriku masuk" seiring Ungkapan instruksi untuk Mia, Lelaki bermata Biru merapikan dirinya yang jelas jelas sudah rapi.      

"hai.. hey honey.. kemarilah peluk aku" Aruna  mengenakan hem yang tadi pagi dia sendiri yang pasangkan pada tubuh gadis itu, Hendra tersenyum. Aruna masih sama, tenang, diam, berjalanan gugup dan yang paling mengejutkan ketika dia memeluk. Gadis itu selalu mampu merebut segalanya. Segala daya tarik dan perhatian.      

"Aku tidak tahu  kamu akan datang"     

"sangat mengejutkan, tapi aku suka" Hendra mengelus rambut gadisnya dan sempat mendaratkan sentuhan bibir pada pipi Aruna.     

"Em.. aku sudah mencoba memberi tahu, tapi sepertinya kau tadi sangat sibuk" ketika Hendra membuat panggilan kepada Aruna, sang gadis sudah berada dalam perjalanan menuju kantor Hendra.     

"Tenang, Aku tidak akan lama, em.." Aruna buru-buru mengeluarkan handphone pria di hadapannya setelah menangkap ada gerakan jari telunjuk mengetuk. Gerakan spontan yang sering tidak disadari Mahendra, namun tertangkap jelas dalam sudut pandang Aruna bahwa gerakan itu tanda Hendra butuh cepat.     

"Terima Kasih" Hendra menerima handphonenya sempat tersenyum dan membelai rambut istrinya lalu menyusuri wajah dan jempol kanan pria itu menyentuh bibir Aruna.      

"hai Hendra Aku capek merunduk di sini" tiba-tiba Tania berdiri begitu saja menatap keduanya.     

"WHY??" suara Hendra mengeras dan berbalik mengancam Tania.      

"Apa yang terjadi pada mu?!" ucapan berikutnya yang meluncur dari mulut Hendra membuat lawan bicaranya merinding. Dia terlihat sangat marah.      

"Oh, aku minta maaf. Mungkin lain kali aku akan datang lagi" sela perempuan mungil yang berusaha keras mengatur intonasi bicaranya. Dia sedikit bergetar, meletakkan sebuah paper bag kecil berisikan pengharum ruangan, gadis ini tahu Hendra suka aroma wangi. Apalagi aroma itu sejenis dengan aroma yang sering melekat di tubuhnya.      

Tadi gadis dengan tas selempang di bahu sempat membeli kado kecil ini dari temannya, sebagai ungkapan terima kasih karena rekognisi yang diajukan suaminya.     

"Bey.." Aruna berbalik dan tidak lagi melihat Hendra, Dia berjalan lurus dan meninggalkan ruangan.      

"Hei.. Stop" disusul dengan langkah kaki laki-laki di belakang.      

Perempuan itu membuka pintu dan berjalan lebih cepat.      

"Stop!" Hendra memanggilnya memintanya berhenti. Namun yang terjadi sebaliknya Gadis itu berjalan lebih cepat. Tidak ada tanda-tanda dia ingin menoleh. Kejadian ini sempat tertangkap Mia dan Teta yang lekas berdiri mengetahui CEO berjalan di hadapan mereka.     

"Aruna STOOP!" Hendra membuat peringatan berhenti dengan suara semakin meninggi. Membuat lalu lalang sempat terenyak dibuatnya.      

celakanya Gadis itu bukannya berhenti dia berlari kecil berusaha keras menghindari Mahendra.     

"shit!!" Lelaki bermata biru sempat mengumpat dan berlari lebih cepat berusaha meraih Aruna yang masuk ke dalam pintu lift.     

"Maaf!" perempuan yang masuk lift melayangkan tatapan yang sangat ia benci. Aruna memalingkan wajahnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.