Ciuman Pertama Aruna

II-25. So Beautiful (Menikah+)



II-25. So Beautiful (Menikah+)

0"Aku tidak pernah tidur dengannya, aku menciumnya karena aku sedang mabuk, aku gila ditolak berkali-kali oleh istriku sendiri. Dan sekarang perempuan itu.. Tania, Dia sedang linglung dengan dirinya sendiri. Setelah menghilang lama, dia berubah total. Tania dikendalikan seseorang, kita sedang menyelidikinya.      
0

"Kau bisa di percaya?"     

"tentu! Kamu masih ingat kata-kata pertamanya ketika menemuiku di Bali" mendengar ucapan Hendra, Aruna menggeleng. Pria itu mengangkat tubuh istrinya dengan kedua tangan, menggendong si mungil Aruna.     

"Dia bilang dia sudah menunggu di Djoyo Rizt hotel selama 2 hari. Bahkan mengatakan saat itu adalah waktu dan tempat yang tepat untuk menemuiku. Awalnya ku pikir semua itu rencana kakekku, ternyata kakekku sudah melepasnya setelah hari akad nikah kita" Hendra menyusuri tangga membawa tubuh Aruna naik kembali ke lantai atas tempatnya menghabiskan malam.     

"Kau sudah menemukan siapa yang mengendalikannya?"      

"Dia sangat patuh dan percaya pada orang yang mengaturnya, semacam terkena hipnotis atau cuci otak. Pernah dengar?"     

"Aku pikir hipnotis itu hanya bohongan"     

"Ada berbagai teknik sayang, kalau untuk show biasanya sudah di setting" kini Hendra sudah mencapai ranjangnya. Dia meletakkan tubuh Aruna di atas ranjang, lalu pria itu melepas bajunya mempertontonkan tubuhnya yang semakin kekar berotot.      

"Jika memang itu yang terjadi pada kak Tania kenapa kau tak membawanya ke psikiater?" Gadis itu bertanya sambil memegangi tubuh Hendra yang berada di atasnya. Seolah pria ini sudah siap menjelajahi dirinya.      

"Kita perlu menangkap pelakunya, dan Tania butuh banyak diajak bicara supaya dia bisa terbuka dan membuka jati diri pelakunya" Hendra berhenti sejenak untuk menjawab pertanyaan Aruna. Lalu menyingkirkan tangan yang menahan dirinya.      

"aku sudah menahan diri tidak menciummu dari tadi, sekarang berikan bibirmu padaku" baru usai pria ini berucap, bibirnya sudah menangkap milik Aruna. Mengecap dan menghisapnya berulang seperti seseorang yang sedang kesetanan.     

"Hen! Hen.. Ah.." Aruna protes Hendra merobek bajunya. Dan jari jari pria ini menyentuh mama betinnya, dia mulai membuat pijatan.       

"Nikmati saja apa yang aku berikan" seorang pria turun ke bawah tapi mengangkat tangan Aruna ke atas dan mengekangnya erat-erat, supaya tidak ada penolakan apalagi tangan menarik rambut di kepala yang sering dia gejolak kan untuk menolak.      

"Beritahu aku sampai mana batas ku di izinkan menyentuh?" pria ini bangkit menatap wajah Aruna dengan tangan yang dia jerat.      

"Oh, so beautiful" dia tertegun sendiri melihat tubuh Aruna di bawahnya.      

"lepaskan tanganku Hendra" Pintanya pada laki-laki yang terus menatap tubuhnya dengan kancing baju tercecer.      

"Tidak.. ini sangat indah" dia tersenyum menatap Aruna yang memasang wajah khawatir.      

"Aku harus pulang, lain kali kau bisa dapatkan yang engkau inginkan"      

"lain kalimu amat sangat mahal" Hendra menggelengkan kepalanya tanda dia tidak mau melepas Aruna malam ini.     

Tiba-tiba bangkit menatap Aruna: "Emm... apakah lain kali itu aku akan mendapatkan intinya?" mata biru mulai tawar menawar.     

"Tidak juga, hanya sampai batasmu seperti biasanya"      

"Huuuh... Kalau begitu malam ini aku tak akan melepasmu" Mata Biru mulai menyusup di leher dan menggigitnya.      

"Hen.. Ayahku pasti khawatir aku belum pulang" pernyataan ini diabaikan dia yang tenggelam masih menyesap kulit Aruna.      

"jangan di leher aku akan kesulitan menyembunyikannya waktu kuliah"      

"Oh' oke"      

"Bagaimana dengan di sini" Dia membuka penutup mama betina lalu mengecup kuncupnya.      

"ouch" seorang gadis mendesah.      

"He he.." dan si pria terkekeh.      

"Kau nakal" Aruna melempar kata kata itu pada Hendra sembari mengamati si pria memperlakukan dirinya.      

"Bip Bip Bip" Suara Handphone Hendra di sakunya sangat mengganggu pria ini bangkit meraih mengamati nama seseorang yang meneleponnya.      

_Hais' Jones satu ini pandai banget menggagu ku_      

"Aku hanya 2 menit, ingat jangan tutup hidangan ku!" Pria ini tersenyum jahil pada istrinya. Padahal sang perempuan sudah menarik selimut membungkus diri.      

.     

"Ada apa Surya" Panggilan itu ternyata dari mantan sekretarisnya, pria di ujung sana baru saja mendapatkan pertanyaan dari calon mertua tentang apa kesibukannya saat ini dalam jamuan makan malam sederhana antara di rumah Dea.      

Pria bernama Surya buru-buru ijin ke kamar mandi dan membuat panggilan kepada mantan bos sialan yang memblokir namanya dalam bursa kerja, dia kesulitan mendapatkan pekerjaan baru: "Tawaran mu masih berlaku"      

"Ya tentu. Hehe kamu sudah menyerah" Hendra terkekeh senang mengetahui Surya akan kembali padanya.      

"Aku menyerah karena kelakuanmu, tega sekali kau"      

"Kamu juga tega meninggalkanku menangani semua masalah DM Grup sendirian, jadi kita impas"      

"Namun aku akan mengajukan syarat sebelum kembali jadi sekretarismu. Terutama terkait jam kerja"     

"Terserah kau saja"      

"Okey, kita bahas lebih detail setelah kita bertemu"      

"baik" Hendra menutup Handphonenya berbalik memasuki kamar tidur.      

.     

[RUMAH DEA]     

"Em.. Jadi saya bekerja di kantor pusat DM Grup sebagai pimpinan corporate secretary" balas Surya setelah kemunculannya dari kamar mandi. Pria ini akhirnya menemukan percaya diri, pria dewasa dengan pekerjaan mapan dan masa depan cerah, walaupun dia tahu akan ada konsekuensi dengan kembali bekerja bersama Hendra.      

Untuk mengatasi hal tersebut, Surya bertekad membuat sebuah perjanjian tentang jam kerjanya. Hendra perlu memperlakukan dirinya lebih manusiawi, di sesuaikan dengan ketentuan pekerja normal. Serta berhak menolak ketika di minta tambahan waktu lembur.      

"bapak jangan bohong!" Dea mencoba berbisik di telinga Surya. Dea takut laki-laki ini sedang melantur disebabkan  pertanyaan ibunya.      

"Sungguh Dea, saya kembali bekerja dengan Hendra" pria itu membalas dengan bisikan pula.      

"Ehem... Ehem..." Ibu Dea berdehem memperingatkan calon pasangan yang mulai berani saling berbisik di hadapannya. Perempuan berhijab dan sopan ini tersenyum melihat calon suami anak gadisnya buru-buru mengatur posisi duduk.      

Terlalu formal dan terlihat sangat kikuk, Ibu Dea perempuan biasa yang sehari-hari lebih banyak menghabiskan waktunya dengan menjahit baju pesanan tetangga, sedangkan almarhum ayah Dea seorang guru Madrasah Tsanawiyah setara SMP.     

Putri sulung keluarga ini juga memiliki adik laki-laki, sayangnya pemuda tampan dengan pembawaan sangat sopan itu penyandang tunarungu.      

Pemuda setara kelas satu SMA mengucapkan terima kasih berulang menggunakan bahasanya, gerakan tangan yang unik secara langsung dijelaskan Dea bahwa hal tersebut maksudnya 'Gio sangat berterima kasih karena Surya merekomendasikannya sebagai salah satu penerima beasiswa dari DM foundation'.      

Surya menggelengkan kepala, pria ini menjelaskan kepada Gio bahwa Dea lah yang membuatnya mendapatkan beasiswa itu. Sesungguhnya beasiswa Gio adalah hadiah dari Hendra karena waktu itu keduanya berhasil membuat kado ulang tahun spesial untuk istrinya menggunakan Buck Roses.     

Dan Dea beberapa kali menggerakkan tangannya menjelaskan kepada Gio apa yang dikatakan oleh Surya. Keluarga ini sederhana dengan prinsip luar biasa, saling mendukung dan berbicara sopan satu sama lain. Surya seolah akan mendapatkan tanggung jawab baru. Bukan sekedar menjadi suami Dea pastinya, tapi dia juga akan menjadi tumpuan untuk 3 orang sekaligus.      

***     

"Ah' sayang sekali dia sudah tidur" ketika kembali dari aktivitasnya menerima panggilan, pria ini mendapat istrinya tertidur. Hendra mendekat mengelus rambutnya, dan saat dia mencoba merapikan selimut. Mata biru mendapati tubuh istrinya terbuka dengan baju berantakan.      

Hendra bangkit menyusuri kamarnya, kaca yang terhampar hampir di seluruh ruangan menangkap samar-samar tubuh tegap telanjang dada menyusup ke dalam ruang baju lalu keluar membawa sepasang piyama perempuan berwarna merah dia memang sudah menyiapkan segalanya termasuk kemungkinan kedatangan Aruna.      

Sebelum menyibak selimut tebal yang membungkus tubuh istrinya.      

Pria Bermata Biru sadar dia harus membuat izin untuk istrinya. Mencari dan membuka handphone Aruna lalu mengirimkan pesan singkat kepada ayah Lesmana.      

Berikutnya dia perlu berbicara dengan Dea, sahabat Aruna satu ini biasanya paling mudah diajak kerja sama. Hendra menelpon perempuan itu: "hallo Dea ini aku Hendra"     

"Siapa Dea?" Surya yang berada di dekat gadis itu berbisik penasaran.      

"Pak Hendra" balasnya lirih menjauhkan handphone. Surya sempat merungutkan dahinya 'Apa yang terjadi pada Hendra sampai perlu menelepon Dea'     

"iya.. bisa saya bantu pak?"     

"Aruna tidur di tempatku malam ini, sepertinya dia kelelahan. Sudah terlalu malam untuk perjalanan pulang"     

"Lalu?"     

"Aku sudah mengirimkan pesan untuk ayah Lesmana bahwa dia sedang bersamamu, tidur di rumahmu. Jadi aku harap bantuannya jika nanti keluarga Aruna bertanya, bilang dia bersamamu"     

"Akan saya usahakan" Dea mendengarkan kabar pertemuan Aruna dan Hendra membuat gadis ini turut bahagia.     

.     

Di sisi lain, laki-laki yang memberanikan diri berjumpa orang tua Dea minta izin pamit pulang.     

"Terima kasih sudah memberi kesempatan mengenal keluargamu, lain kali giliran kau datang ke rumahku. Adik-adikku pasti senang akan punya kakak ipar. Walaupun kamu jauh lebih muda daripada mereka, mereka pasti terkejut dan menertawakanku" Surya sempat mengucapkan kalimat yang membuat Dea turut tersenyum.     

"terima kasih juga pak Surya sudah berkenan datang di rumah Dea" Dea melambaikan tangannya mengantarkan kepergian Surya di balik jendela mobil.     

***     

_celana jeans-nya perlu diganti apa tidak ya?_     

Hendra tertegun lama menatap celana yang dikenakan istrinya. Bukan celana sebenarnya yang membuat pria ini penasaran. Ada sesuatu yang Aruna sembunyikan, padahal aslinya mata biru sangat tahu.      

_Luka bakar itu.. kau pasti belum bisa membuka diri padaku karena ini_ Hendra sudah membuka resleting celana Aruna. Mengamati sesuatu yang dia maksud setelah celana itu dia buka lebih lebar.      

"HENDRA APA YANG KAU LAKUKAN!!"      

"PLAK!" tamparan dilayangkan Aruna pada wajah Mahendra. Perempuan ini bangkit merapikan dirinya.      

"Bajuku? mana bajuku? Aku ingin pulang!"      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.