Ciuman Pertama Aruna

II-29. Getir



II-29. Getir

0"kumpulkan fakta lebih banyak. Agar aku bisa meringkusnya, tanpa ada penolakan dari para penghuni lantai D yang lain"     
0

"Baik tuan"     

.     

.     

"Dari mana Kau dapatkan baju itu, kecil" Anantha memandangi Aruna yang baru saja tiba.      

"em.." gadis ini hanya bisa berdehem dia bingung harus menjelaskan apa pada Anantha. Aruna berpakaian sesuai stylenya, nama blazer dan kaos yang membalutnya bukan sesuatu yang biasa dia jelaskan.     

Jika Anantha awas dengan brand pakaian yang dikenakan adiknya, dia pasti bisa menyadari baju itu bernilai berkali-kali lipat dari yang biasa pakai Aruna sehari-hari.      

"ini dibelikan Hendra, waktu masih tinggal dengan dia" Dan Aruna akhirnya bicara se kenanya. Baju yang dia kenakan sekarang memang pemberian Mahendra, dia mengambilnya dari ruang ganti pada tempat tinggal baru suaminya.     

"Jangan sebut nama itu kakak tidak suka" Anantha berdiri mengambil sebuah bag paper berisikan baju baru lalu di serahkan pada si bungsu.      

"seperti yang Kakak sampaikan, hari ini kakak punya rencana untukmu. Dandanlah yang cantik dan ikut aku jalan jalan" Anantha cerah menjelaskan keinginannya.      

"Wah sepertinya aku akan ditraktir kakak nih" Aruna turut antusias melihat kakaknya berbahagia hari ini. Padahal di dalam hati si bungsu ada rasa getir teramat menyakitkan. Kakak laki-laki yang berdiri di hadapannya telah melayangkan gugatan perceraian kepada suaminya. Aruna segera meraih paper bag dan berlari ke lantai 2.      

***     

"wow.. Ada apa ini" Gesang berputar memperhatikan penampilan Rey. Perokok itu tiba-tiba berubah style, dia yang suka mengenakan celana slim fit menggantung dan baju berupa kaos oblong di masukkan atau kadang kemeja bertali kodok lalu di balut blazer, Vintage Style. Mendadak berubah menjadi casual Style.      

Perubahan yang tiba tiba menebarkan aroma 'ada yang sedang berupaya menarik simpati perempuan' semacam aroma pria yang sedang di mabuk cinta.      

"Gila loe berubah banget bro" Gesang tertawa.      

"Gimana keren?" Beberapa kali mencoba memeriksa tampilannya.      

"loe mau kemana?"      

"Bukan urusanmu!"      

"Hai kita sudah seperti saudara, kau tinggal di sini berapa lama?! pakai main rahasia segala" Gesang tidak terima dengan jawaban berbelit Rey Barga.      

"hehe aku berangkat dulu"      

"Hais sialan!"      

"Woe.. gue buang rokokmu yang tertinggal ini!" Gesang kembali berseru.      

"Sorry bro gue mengurangi rokok!?" Balas Rey menyusup pada mobil sportnya.      

"Wuih loe beneran tobat nich!" _ya udah gue embat aja_ Gesang menyusupkan korek api dan rokok ke dalam saku celananya.      

"Hee.. berikan padaku!" kakak perempuan gesang ternyata sudah berdiri di belakangnya. Gadis berparas cantik dengan make up sempurna, namanya ialah Geraldine.      

"otakmu masih receh padahal sudah kuliah ke luar negeri" hina Geraldine pada Gesang. Dua kakak beradik ini selalu bermusuhan satu sama lain.      

Sebenarnya Geraldine cukup sayang kepada adik semata wayangnya, tapi laki-laki bernama Gesang ini selalu punya cara untuk membuat keluarga besarnya emosi. satu-satunya yang melindungi Gesang dari kemarahan keluarga ini hanya lah Gibran kakak tertua mereka.      

Kepergian Gesang yang sempat menimbulkan banyak tanda tanya di keluarga besarnya. Tidak lagi menjadi masalah yang berarti karena pengaruh Gibran. Geraldine tahu semua itu cuman sandiwara, karena dia melihat dengan mata kepalanya sendiri adik bungsunya berubah status menjadi ajudan keluarga Djoyodiningrat.      

Keluarga yang menjadi musuh besar Tarantula group sebuah perusahaan yang didirikan oleh kumpulan dewan yang mempunyai sejarah kelam dengan DM grup.      

" aku tidak akan mengulangi kata kataku, berikan padaku! Atau kamu akan berurusan dengan Gibran" Geraldine mengancam adiknya.      

"Dasar tukang mengadu!" Gesang hanya bisa mengeluh dan menyerahkan benda di sakunya.      

"Hiduplah dengan normal jangan suka bikin masalah"      

"ih bijak sekali kamu.. kelakuanmu juga sama saja"     

"minimal aku menjalankan misi dengan cara yang benar" Geraldine membela diri.      

***     

"Kakak kita mau ke mana? Mengapa aku harus berpakaian seperti ini.. hehe Aku kurang suka" Aruna sedikit terganggu dengan rok selutut yang dia kenakan. Mungkin laki-laki memang suka melihat perempuan menggunakan rok. Tapi tidak pada Aruna yang terbiasa dengan celana jeans-nya.      

"Duduklah kakak ke toilet sebentar" Anantha tersenyum manis pada adiknya kemudian menghilang.      

.     

"Hai.. kita jumpa lagi Aruna" pria yang dikenal Aruna dengan nama Gibran tiba-tiba duduk di hadapannya. Dia terlihat lebih rapi dan tersenyum cerah.      

"kebetulan sekali kita bertemu.. senang berjumpa dengan anda" Aruna tersenyum mengimbangi lawan bicaranya.      

"sepertinya ini bukan kebetulan, Aku ada janji dengan Anantha hari ini. Dan Dia memintaku untuk mendatangi restoran ini" Gibran menjelaskan kedatangannya.      

"oh' kakak ke toilet dan belum kembali, sudah cukup lama sih" Aruna mencoba menggerakkan tangannya memberi tahu keberadaan kakaknya yang belum juga kembali sejak tadi.      

"Hehe sepertinya kita di jebak" pria ini seolah-olah tidak tahu rencana kakak Aruna yakni mendekatkan Gibran dengan Aruna.      

"oh.. kakak keterlaluan memang" Aruna tersenyum manis berlawanan dengan hatinya yang getir.      

"Kamu sudah pesan makanan, ya..h kita nikmati saja.. dari pada terlalu banyak di pikirkan" Gibran terlihat ramah memberi solusi agar Aruna tidak canggung lagi.      

"benar juga ide anda.." gadis ini berusaha menenangkan dirinya dengan membuka menu makanan.      

"Bagaimana kalau kamu panggil aku Rey!" sang pria menurunkan menu makanan yang menutupi dirinya. Melirik istri tuan muda Djayadiningrat yang terlihat menawan sore ini.      

"em.. bukankah nama anda Gibran" jawab Aruna masih sambil mengamati menu makanan, dia tidak begitu peduli dengan lawan bicaranya.      

"tapi aku suka dipanggil Rey, anggap saja namaku Rey di bagian depan dan Barga di bagian belakang sedangkan Gibran menyusup di antara keduanya"      

"Em.. aku tidak mengerti anda bicara apa.. tapi kalau Anda lebih suka dipanggil Rey.. Aku akan mencoba memanggil dengan nama itu" aruna menutup menu makanan karena dia sudah menemukan apa yang jadi incarannya.      

"Dan se andainya kata Anda berubah jadi kamu, aku akan merasa lebih nyaman"      

"Hehe Saya tidak enak pada kakak.. lebih baik anda saya panggil sesuai kepentingan saya" Aruna tidak suka laki-laki itu berusaha akrab dengannya. Dia ingat Hendra sangat tidak nyaman dengan pria ini dari awal.     

"menurutmu apa kepentinganmu saat ini?"      

"Em.. apa ya.. Aku tidak juga paham?"      

"hehe kamu lucu sekali.. sangat polos.."      

"Oh.. benarkah Aku sungguh tidak tahu" Aruna sangat tidak paham Sebenarnya apa yang mereka bicarakan.      

"Kakakmu meninggalkanmu bersamaku, itu artinya dia berharap kita saling mengenal satu sama lain" mendengar ungkapan Rey yang to the point, Aruna hanya bisa tersenyum tak mampu lagi dia berkata-kata.      

"Kita bisa memulai dengan mendengarkan ceritamu terlebih dahulu"      

"oh, tidak ada yang menarik dari ku" Aruna berusaha menutup dirinya. Dia berusaha menanggapi lawan bicaranya dengan biasa saja. Bukankah dia sangat pandai berperilaku dingin dan sepertinya laki laki ini akan mendapatkan perilaku tidak menyenangkan itu dari si mungil Aruna.     

"Baiklah supaya lebih mudah bagaimana jika kita mulai dengan saling melempar pertanyaan"      

"Ya.. terserah anda saja"     

"panggil aku Rey!"     

"maaf aku masih belum terbiasa"      

"Hehe enggak apa-apa, oh ya boleh aku tanya duluan?"     

"silakan Rey" Aruna terlihat datar saja menanggapi dia yang sedang berusaha menjadi akrab.      

"Baiklah.. apa makanan kesukaanmu?" Pria dengan kaca mata bulat itu bertanya sesuatu yang umum.      

"Tidak ada yang spesial, aku suka semua makanan apalagi ketika banyak promo oke food (makanan pesan online). Tapi untuk saat ini aku memesan Simply Tiffin, sebenarnya menu ini makanan favorit seseorang" Aruna tersenyum di akhir kalimatnya seolah memberitahu bahwa dirinya masih terikat dengan seseorang.      

simply tiffin terdiri dari menu mix and match dengan pilihan nasi atau pasta. Misalnya, nasi tutug oncom dengan cumi, nasi goreng oriental dengan ayam goreng dan telur asin atau nasi blackpepper dengan ayam goreng. Untuk pasta, menu mix and match yang bisa dipesan diantaranya pasta dengan tuna, iga, rendang atau sosis. Hendra pernah mengatakan konsep simply tiffin di Djoyo Rizt hotel merupakan konsep penyajian makanan yang cepat, enak dan mengenyangkan. Dengan adanya program menu makanan tersebut diharapkan waktu istirahat makan siang dapat digunakan sebaik mungkin.     

Arunatiba tiba merasakan rindu yang meluap-luap pada manusia ribet Mahendra.      

.     

.     

__________________________     

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/     

Bantu Author mendapatkan Power Stone terbaik ^^     

Gift anda adalah semangat ku untuk berkreasi. Beri aku lebih banyak Semangat!     

Silahkan tinggalkan jejak komentar, aku selalu membacanya.     

Review bintang 5, berupa kalimat lebih aku sukai     

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak     

-->     

(^_^) love you All, intip juga novel saya yang lain [IPK : Inilah Perjanjian Kita, Antara Aku Dan Kamu] dan [YBS: You Are Beauty Selaras]. Dengan gaya menulis berbeda dimasing masing novel.     

INFO : Instagram bluehadyan, fansbase CPA (Hendra, Aruna, Damar)     

Nikmati Cuplikan seru, spoiler dan visualisasi CPA     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.