Ciuman Pertama Aruna

II-34. Sesuai Hatimu



II-34. Sesuai Hatimu

0"Iya benar.. kita harus memilih tempat ternyaman. Dengarkan itu Aruna!" Alia tiba-tiba menyentil Aruna yang memilih fokus menonton TV seperti kak Aditya.      
0

"Ha' Apa?" gadis ini ketinggalan arah pembicaraan mereka.     

.     

.     

"Aruna.. kakak titip ini buat Ayah!"      

"Apa ini Kak?" Gadis itu memeriksa bungkusan yang diberikan oleh Aliana.      

"Kado, kau lupa? Ayah 5 hari lagi ulang tahun.. jangan lupa, tolong kakak Aruna.. terus bantu kakak bujuk ayah ya.."     

"Oh ya Tuhan.. aku lupa ayah sebentar lagi ulang tahun" putri bungsu Lesmana terlihat menerawang mencari ide ingin ikut-ikutan menyiapkan kado.      

"Kalau masalah membantun kakak membujuk ayah, tanpa kakak minta pun sudah aku lakukan setiap hari" ujar Aruna menenangkan kakaknya.      

"satu lagi, boleh kita bicara berdua saja" pungkas Aliana bangkit dari tempat duduknya. Ibu hamil itu berjalan menarik tangan adiknya masuk ke kamar.      

Terlihat tangan Aliana menepuk tepian ranjang yang artinya meminta Aruna duduk di sampingnya: "sekarang, kakak mau tanya pada Aruna. Jawab dari hati.. jangan mikirin orang lain.. egois pun boleh"      

"apa sih maksud kakak?" tanya Aruna sembari mengerutkan keningnya. Dia tidak setuju dengan ungkapan Aliana terkait 'egois pun boleh', Apa maksud kata-kata kak Alia?, Ngapain juga membahas 'egois boleh?'.      

"Dengarkan kak Alia.. sekarang karena pernikahanmu sudah tak banyak harapan" belum usai Alia bicara, Aruna sudah memotongnya. Sama sekali bukan kebiasaan gadis yang memiliki tatapan sendu ini.      

"Kakak sok tahu ah"     

"Aku ini tinggal sama Aditya, kamu tahu sendiri dia kerja di mana? Gosip di kantornya sudah menyebar luas, tentang perceraian CEO dengan istrinya"      

Dan Aruna hanya bisa menundukkan kepala.      

"Kakak tanya serius sekarang! Aruna pengen seperti apa ke depan? Jawab pertanyaan kakak sesuai keinginanmu sendiri! Dari sini!" telunjuk ibu hamil menyentuh dada adiknya.      

Mata coklat mengerjap beberapa kali, mencari keberaniannya untuk bicara: "Aku ingin bertahan dengan Hendra, tapi kadang aku takut mengimbanginya. Dia terlalu luar biasa dengan kehidupannya termasuk sikapnya. Aku tahu dia tulus dan sangat menginginkanku, tapi caranya.. kadang membuatku takut sendiri. Begitulah Kak"      

"lalu.. kalau kau ingin bertahan dengan Hendra.. kenapa kau datang dengan Damar hari ini?"      

"Aku tadi minta tolong padanya. Jadi sebenarnya dia membantuku melarikan diri dari teman Kak Anantha     

"Kak Anantha? Kenapa harus lari dari teman kak Anantha"     

"Kak Anantha menginginkanku dekat dengan temannya, namanya Rey. Sesungguhnya hal seperti itu sangat menggangguku, kak Anantha juga menginginkan aku segera bercerai dengan Hendra"      

"Kak Anantha.. dasar!" Aliana tiba-tiba merasa kesal sendiri.      

"Sepertinya kita perlu bikin Anantha jatuh cinta deh! Kayaknya dia terlalu sibuk bekerja, nggak pernah dekat cewek dan punya perasaan sama cewek. Jadinya kelakuannya kaku kayak gitu" Aliana mangut-mangut sendiri seolah sedang  mengatur strategi.     

"Aruna! Apa ada temanmu yang tidak punya pacar? Kita dekatkan saja pada Anantha! Biar dia punya empati terhadap hubungan orang lain!"     

"Kalau teman-temanku usianya terlalu muda untuk kak Anantha, bisa jadi bedanya 11 tahun Kak.."      

"Baiklah akan kucarikan temanku. Bantu aku ya! Biar dia tahu rasa!" ibu hamil itu terlihat bersemangat mengepalkan tangannya.      

"Hehe.. kakak bersemangat sekali"      

"dia harus segera menikah supaya dia mengerti!" Alia sudah mirip ibu-ibu kompleks yang sedang nyinyirin tetangganya.      

"oke, sekarang balik, aku mau tahu isi hatimu lagi" cetus Aliana seolah menjelma menjadi seorang penyidik yang akan  melangsungkan investigasi.      

 "sebelumnya, Hendra pernah ke sini. Menemui kakak dengan kondisi berantakan. Dia sedang mencarimu, mencari rumah ayah, karena ingin bertemu denganmu. Apa sekarang kau sudah bertemu dengannya?"      

"Sudah, Aku bahkan sudah datang ke tempat tinggalnya yang baru"      

"oh syukurlah, bulemu sangat kacau waktu itu. Dia bahkan terlihat kurusan, aku sampai khawatir karena penampilannya tidak seperti kebiasaannya"      

"Hee.. iya kak aku tahu"      

"Hendra terlihat sangat mencintaimu, dan aku juga tahu dari sorot mata pemuda yang di luar, dia pun terlihat jelas masih berharap padamu. Siapa yang kamu pilih? Kali ini egoislah.. pilih sesuai hatimu"     

"Aku harus jawab nih"      

"Iyalah! Supaya kakak bisa membantumu, walaupun tidak banyak yang bisa kakak bantu. Minimal, aku bisa mendukungmu. Kakak yang membuatmu berada di posisi ini, sebenarnya akulah yang paling bertanggung jawab terhadap apa yang terjadi pada Aruna saat ini.. kakak minta maaf" Ibu hamil terlihat menghapus tetesan air pada sudut matanya.      

"hai.. nggak gitu juga Kak! Ini adalah kehidupanku. Apa yang terjadi padaku kemarin, sekarang atau besok , seratus persen adalah tanggung jawabku sendiri. Toh aku sendiri yang dulu mengambil keputusan"      

"Huuh.." Alia terdengar pemenggalan nafas, mengais kekuatan.     

"apa jawabanmu?" kakak perempuan Aruna kembali meminta jawaban atas pertanyaannya.      

"jujur aku menginginkan kembali bersama Hendra, tapi sekali lagi kadang aku tidak yakin.. Hendra.. andai kakak tahu dia begitu dominan. Melakukan sesuatu sesuai pikirannya sendiri. Ketika melihat latar belakangnya, sesungguhnya aku bisa memahaminya. Dari kecil dia menjadi pusat perhatian, seseorang yang sangat penting di mata keluarganya, dan di mata banyak orang. Tapi hubungan tidak seperti itu kan kak.. kadang-kadang aku iri ingin punya relationship seperti kak Alia dan Kak Aditya"     

"Hee.. kau selalu sama Aruna.. dasar anak kecil sok dewasa! Haha" Aliana sempat tertawa.     

"Kakak bilang aku harus bicara dari hati, sekarang malah ditertawakan"      

"Karena aku merasa kita seolah seumuran, padahal aku 5 tahun lebih tua darimu"     

"Bisa aja kak Alia.."      

"Jadi kau menginginkan tuan muda, tapi dirimu kurang nyaman dengan perilakunya dan kehidupannya?" pertanyaan Alia dijawab anggukan gadis mungil bermata coklat.      

"Lalu.. siapa yang membuatmu nyaman? Atau jangan-jangan pemuda di depan lebih bisa membuatmu nyaman?"     

"Bisa jadi, sebab selalu menyenangkan bicara dengan Damar, mungkin karena kita seumuran atau karena kita berada dilingkungan yang hampir sama"      

"Senyaman Apa kau bersama Damar?"     

"Em.. seolah aku bisa menjadi diriku sendiri"     

"kalau dengan Hendra, kau tidak biasa jadi dirimu sendiri?"      

"Hendra sangat dominan, aku memahami hal tersebut karena dia juga baru sembuh"     

"Seperti apa sih dominannya?"     

"Kakak benar-benar menginterogasiku??!"      

"sudah jawab saja jangan protes! Kakak perlu tahu supaya kakak bisa membantumu!"     

"Dominannya Hendra itu.. contoh simpel adalah dia menyiapkan semua kebutuhanku tanpa bertanya terlebih dahulu"     

"Perilaku kayak gitu bagus kan"     

"bagus untuk di dengar, tapi tidak untuk dijalani. Misalnya, dia akan menyiapkan baju mana yang harus aku pakai.. bukan cuma gaunnya, bahkan dalamannya pun dia yang menyiapkan. Persis seperti yang dia inginkan"     

"Hah? Separah itu?"     

"aku masih tahan kalau hanya seputar baju, atau makanan apa yang harus aku makan, termasuk aku harus pakai sabun tertentu hanya untuk dirinya. Dan dilarang pakai beberapa jenis parfum yang dia sukai ketika keluar. Bahkan ajudan yang disiapkan untukku tidak boleh berada di dekatku kecuali dengan jarak tiga langkah"      

"dia terlalu posesif padamu"      

"Hal-hal yang aku sampaikan belum dikategorikan posesif versi Hendra"     

"Ada yang lebih parah?"     

"Ya.. terakhir kali kita bertemu, kita sempat berdebat, dan saat kejadian semacam itu terjadi di antara kita. Hendra selalu menatapku dengan cara berbeda, dia berhasrat ingin membelengguku. Seperti kemarin, Hendra enggan membuka kunci pintunya. Akhirnya dia tetap membuka pintu untukku, tapi aku juga tahu tangannya bergetar dan menggenggam kuat daun pintu"     

"dia takut kehilanganmu Aruna"     

"Antara takut kehilangan atau jangan-jangan sebuah obsesi kompulsif"     

.     

.     

__________________________     

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/     

Bantu Author mendapatkan Power Stone terbaik ^^     

Gift anda adalah semangat ku untuk berkreasi. Beri aku lebih banyak Semangat!     

Silahkan tinggalkan jejak komentar, aku selalu membacanya.     

Review bintang 5, berupa kalimat lebih aku sukai     

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak     

-->     

(^_^) love you All, intip juga novel saya yang lain [IPK : Inilah Perjanjian Kita, Antara Aku Dan Kamu] dan [YBS: You Are Beauty Selaras]. Dengan gaya menulis berbeda dimasing masing novel.     

INFO : Instagram bluehadyan, fansbase CPA (Hendra, Aruna, Damar)     

Nikmati Cuplikan seru, spoiler dan visualisasi CPA     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.